Thursday, May 29, 2014

Bacaan Ringan "KISAH SENIMAN PERANAKAN - TAN TJENG BOK - PAK ITEM PART 2"

http://massandry.blogspot.com
Dialah Tan Tjeng Bok, seorang seniman keturunan Tionghoa yang sejak kecil menyenangi seni akting, seperti sandiwara, wayang China, atau tonil. Seorang seniman yang darah seninya memang mengalir hebat dalam dirinya yang membuatnya menjadi seorang seniman serba bisa. Bernyanyi dan berakting merupakan kemampuan terbaiknya dalam dunia keartisannya. Dengan berkarier hingga menjelang akhir hayatnya, Tan Tjeng Bok menunjukkan konsistensinya sebagai seorang seniman dan kecintaannya pada dunia seni tersebut.

Dalam dunia tarik suara, dia pernah bergabung dengan berbagai grup Keroncong di Jakarta. Hal ini terdorong karena kegemarannya akan musik keroncong dan salah satu lagu yang terkenal sering sekali dia bawakan adalah lagu keroncong Mauritsco. Selain sebagai seniman orkes keroncong, ia juga keranjingan Wayang Cina. Di Jakarta, ia juga pernah bergabung dengan perkumpulan sandiwara Miss Tjitjih. Ia ikut rombongan Sui Ban Lian di Jakarta, yang waktu itu bermain tetap di Sirene Park, jalan Hayam Wuruk. Namun ayahnya yang tinggal di Bandung, marah besar. Di marah karena memandang nista dunia tarik suara yang identik dengan mengamen. Akhirnya dia dipaksa pulang ke Bandung.

Setelah tinggal di Bandung, itu tidak menghentikan langkahnya untuk tetap bergabung dengan rombongan Lenong Si Ronda pimpinan Ladur. Saat itu, rombongan berkeliling ke perkebunan-perkebunan di daerah Jawa Barat dan karena itu, akhirnya ayahnya tak sabar lagi. Ia diusir dan sejak saat itu ia tak berjumpa lagi dengan ayahnya. Sampai di tahun 1920-an, ketika ia hanya mendengar kabar si ayah meninggal, sedangkan Ibunya meninggal tahun 1930-an.

Setelah 6 bulan ia kembali ke Bandung, Tjeng Bok memutuskan bergabung dengan Stambul Indra Bangsawan untuk meneruskan hasrat seni dan keartisannya. Awalnya, ia hanya diberikan peran sebagai tukang untuk membenahi panggung. Belakangan, ia akhirnya bisa dipercaya menjadi seorang toneel directeur (pemimpin pentas). Saat itu, Djaffar Toerki memintanya bermain sebagai pemain pembantu dan ia pun puas. Merasa tak betah di Stambul, ia kemudian bergabung dengan orkes Hoetfischer pimpinan Gobang dan ikut pentas berkeliling Pulau Jawa.  Dengan tetap membawakan lagu kroncong kesukaannya, Mauritsco, namanya pun mulai tenar sebagai seorang artis dan seniman.

Namun saat ia berada di Bangil, dia kemudian justru keluar dari orkes Hoetfischer dan bergabung dengan opera Dardanella pimpinan Pedro atau Pyotr Litmonov, seorang keturunan Rusia. Dardanella adalah grup tonil (sandiwara) terkemuka saat itu di Indonesia. Reputasinya terkenal tidak hanya di Indonesia, namun juga internasional.  Dardanella yang berdiri pada 21 Juni 1926, merupakan kelompok kesenian Indonesia pertama yang memiliki pengakuan Internasional. Mereka pernah pentas menjelajahi empat benua, dari Singapura, Rangoon, Madras, Calcuta, New Delhi, Bombay, Baghdad, Basra, Kairo, Roma, Muenchen, Warsawa, Amsterdam, hingga kota-kota di Amerika. Bahkan pertunjukan mereka di Rangoon dan New Delhi sempat ditonton tiga tokoh besar politik  modern India: Mahatma Gandhi, Jawaharlal Nehru, dan Rabindranath Tagore. Belum lagi, saat menggelar pertunjukan di Muenchen, pimpinan besar Jerman kala itu, Adolf Hitler, sempat berniat datang menyaksikan. Akan tetapi, karena alasan kedaruratan rencana itu dibatalkan.

Newer Post Older Post Home

Tokoh Islami "HABIB ABDURRAHMAN BIN ZEIN BIN ALI BIN AHMAD AL JUFRY"

http://massandry.blogspot.com Sayyidy al-Habib Abdurrohman bin Zein bin Ali bin Ahmad al-Jufri dilahirkan tahun 1938 di Semarang. Ayahand...

Blogger Template by Blogcrowds