Friday, May 30, 2014

Bacaan Ringan "SEJARAH PANJANG BIOSKOP DI INDONESIA - PART 4"

http://massandry.blogspot.com
Di Jakarta pada tahun 1951 diresmikan bioskop Metropole yang berkapasitas 1.700 tempat duduk, berteknologi ventilasi peniup dan penyedot, bertingkat tiga dengan ruang dansa dan kolam renang di lantai paling atas. Pada tahun 1955 bioskop Indra di Yogyakarta mulai mengembangkan kompleks bioskopnya dengan toko dan restoran.

Pada awal Orde Baru, dianggap sebagai masa yang mendukung kemajuan berbioskopan, baik dalam skala produksi film nasional maupun dalam sarana tempat pertunjukkannya.  Keadaan ini terus mencapai puncaknya pada tahun 1990-an yang produksi film nasional nya mencapai 112 judul per tahun. Sementara sudah sejak tahun 1987 tempat pertunjukan dengan konsep sinepleks (gedung  bioskop dengan lebih dari satu layar) bermunculan. Sinepleks-sinepleks ini biasanya berada di kompleks pertokoan, mall ataupun pusat perbelanjaan yang menjadi tempat nongkrong anak-anak muda.

Sinepleks tidak  hanya banyak terdapat di kota besar, melainkan hadir sampai di tingat kecamatan. Hal ini adalah tidak terlepas dari  kebijakan pemerintah y ang memberikan masa bebas pajak dengan cara mengembalikan pajak tontonan kepada “bioskop depan”. Karena itu pada tahun 1990 bioskop di Indonesia mencapai puncak kejayaan: 3.048 layar. Sebelumnya, pada tahun 1987, di seluruh Indonesia terdapat 2.306 layar.

Era 1990-an jaringan bioskop di Indonesia hampir dikuasai oleh jaringan sinepleks 21. Di seluruh wilayah Indonesia pasti ada bioskop 21 ini. Otomatis 21 cineplex nyaris monopoli sebagai jaringan bioskop untuk kelas menengah keatas.

Lalu sekitar tahun 2000-an, jaringan bioskop mulai marak di Indonesia. 21 cineplex menambah bioskopnya dengan nama XXI dan The Premiere yang ditujukan untuk masyarakat metropolis, dengan sarana dan fasilitas lebih baik juga tayangan film yang lebih beragam, bukan hanya dari Hollywood saja.

Setelah itu dibuka Blitzmegaplex pertama kali di buka di Paris Van Java, Bandung. Kehadiran Blitzmegaplex menghilangkan kesan monopoli yang terjadi dalam jaringan bisnis bioskop di Indonesia karena hanya ada Bioskop 21 yang sebelumnya telah lebih dahulu sukses dalam pasar sinema di Indonesia.

Setelah hadir di Bandung, Blitzmegaplex masuk ke Jakarta dengan membuka cabangnya di Grand Indonesia disusul kemudian dengan pembukaan di Pacific Place dan yang bioskop Blitzmegaplex yang terbaru di Mall of Indonesia dengan 11 layar dan studio 3D dengan menggunakan teknologi realD. Dan dipertengahan tahun 2009, Blitzmegaplex membuka lagi cabang barunya di Teraskota dengan 9 layar dan studio 3D.

Blitzmegaplex telah meraih penghargaan dari MURI sebagai bioskop dengan layar terbesar di tanah air yaitu di auditorium 1 di blitzmegaplex Grand Indonesia. Fasilitas yang membedakan Blitzmegaplex dengan Bioskop 21 adalah studio BlitzDining Cinema yang memadukan konsep menonton film dan restoran.

Newer Post Older Post Home

Tokoh Islami "HABIB ABDURRAHMAN BIN ZEIN BIN ALI BIN AHMAD AL JUFRY"

http://massandry.blogspot.com Sayyidy al-Habib Abdurrohman bin Zein bin Ali bin Ahmad al-Jufri dilahirkan tahun 1938 di Semarang. Ayahand...

Blogger Template by Blogcrowds