Bacaan Ringan "SABUNG AYAM MAULANA HASANUDDIN vs PRABU PUCUK UMUN"
http://massandry.blogspot.com
Setelah kedua belah pihak telah bersepakat, dan telah menyiapkan ayam yang akan disabungkan, maka di hari itu, pada 11 Rabiul Awal tahun 888 Hijriah, orang-orang dari istana Pakuan Banten Girang dan para adjar dan pandita di Gunung Pulosari telah berkumpul untuk menyaksikan pertandingan sabung ayam antara Maulana Hasanuddin dan Ragamulya Surya Kencana alias Prabu Pucuk Umun. Saat itu, ayam keduanya saling mematuk, menghantam, mencabik, atau sesekali menghindari serangan lawannya, sebelum saling menyerang satu sama lain, yang diiringi oleh sorak-sorai para pendukung Maulana Hasanuddin dan Ragamulya Surya Kencana secara bergantian atau pun bersamaan.
Saat itu, semua yang hadir dan menyaksikan adu tanding kesumat itu merasa takjub dan heran ketika kedua ayam yang sama gagah dan perkasanya belum menandakan ada yang akan kalah di tengah arena. Bila ayam yang satu terpantik atau terjangkar oleh ayam yang lainnya, maka para pendukungnya akan bersorak gembira, dan begitu juga sebaliknya.
Adu-tanding sabung ayam itu juga disaksikan oleh Prabu Seda Sakti dan Jang Kangkalang dari Pakuan Pajajaran dan Agus Jong dan Agus Ju dari Pakuan Banten Girang. Sementara itu, Maulana Hasanuddin dan Raga Mulya Surya Kencana saling mengadu doa dan mantra agar ayam-ayam jalu mereka tetap gagah dan perkasa saat saling menyerang secara bersamaan dan bergantian. Anehnya, tanding sabung ayam yang telah berlangsung sejak pagi hingga sore itu belum juga menampakkan mana yang kalah. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk melanjutkan adu tanding sabung ayam itu keesokan harinya.
Dan begitulah selanjutnya, adu tanding sabung ayam antara ayam Maulana Hasanuddin dan Ragamulya Surya Kencana atau Prabu Pucuk Umun itu berlangsung selama tujuh hari tujuh malam dengan kekalahan ayam jalu milik Prabu Pucuk Umun. “Sekarang sudah terbukti ayam milikku yang menang? Lalu apa keinginanmu selanjutnya?” Ujar Maulana Hasanuddin. “Tentu saja saya tetap tidak akan takluk dengan agama yang anda bawa, dan saya akan beradu tanding di medan laga!” Jawab Ragamulya Surya Kencana. Ketika itu, Maulana Hasanuddin memberi isyarat kepada dua pengikutnya yang bernama Ki Santri untuk menghadapi dan melawan Prabu Pucuk Umun, dan ketika dua Ki Santri hendak memegang lengan Prabuk Pucuk Umun, seketika Prabu Pucuk Umun pun melompat ke atas pohon kelapa dan masuk ke dalam cumplung kelapa, sembari berteriak: “Silahkan cari di mana gerangan aku berada?”
Namun Maulana Hasanuddin pun kembali memberi isyarat kepada dua Ki Santri agar memanjat pohon kelapa tersebut, dan mereka pun segera meluruhkan dan melepaskan cumplung kelapa tempat persembunyian Prabu Pucuk Umun itu hingga jatuh ke tanah. Dan ketika itu pula Prabu Pucuk Umun kembali memekik sambil keluar dari cumplung kelapa tersebut. Melihat keadaan itu, giliran Ki Mas Jong yang melompat untuk menangkap Prabu Pucuk Umun, yang pada saat itu pun Prabu Pucuk Umun menantang Ki Mas Jong untuk dapat mencari dirinya yang memang segera menghilang dan bersembunyi itu. Ketika itulah Maulana Hasanuddin memerintahkan dua Ki Santri untuk mencarinya di setiap bunga melati yang hendak mekar, dan bantinglah bila menemukan bunga tersebut.
Betul saja. Prabu Pucuk Umun memang bersembunyi di dalam bunga melati, dan saat Ki Santri mendapatkan bunga melati tempat persembunyiannya itu, Ki Santri pun menyerahkannya kepada Maulana Hasanuddin, yang segera membanting bunga melati tersebut hingga terlontarlah kilatan-kilatan api yang diiringi pekikan suara Prabu Pucuk Umun. Saat itu, Maulana Hasanuddin cepat-cepat memberi isyarat kepada Ki Santri untuk menangkapnya, meski Ki Santri gagal melakukannya karena Prabu Pucuk Umun ketika itu melompat dan terbang ke udara, bersembunyi di balik awan putih, yang segera diikuti oleh dua Ki Santri, hingga mereka bertarung di angkasa.