http://massandry.blogspot.com
Dialah Murtado. Merasa telah dilecehkan, Mandor Bacan melancarkan serangan kearah Murtado. Berbekal ilmu bela diri yang dimilikinya, Murtado berhasil membuat Mandor Bacan kewalahan hingga dapat dikalahkan dan lari terbirit-birit.
Mandor Bacan melaporkan kejadian ini pada Bek Lihun. Bek Lihun berang dan langsung menuju ke tempat kejadian untuk mencari Murtado. Murtado sudah mengantisipasi diri bahwa Bek Lihun dan anak buahnya pasti mencarinya sehingga ia menghindar. Beberapa waktu kemudian, Bek Lihun memergokinya di sebuah warung. Pertengkaran mulut terjadi dan mereka berkelahi. Bek Lihun mengayunkan kepalan tangan namun ditangkis dengan tangan kosong oleh Murtado kemudian membalasnya dengan ayunan kaki yang tepat mengenai dada Bek Lihun hingga ia terjerembab ke tanah.
Bek Lihun bangkit dan mengeluarkan golok yang diselipkan di pinggangnya, menghunuskan ke arah Murtado. Murtado menangkis dan memberikan pukulan telak ke pinggang Bek Lihun hingga tersungkur ke dalam selokan tempat mengalirkan air ke sawah. Bek Lihun merasa posisinya terdesak kemudian ia melarikan diri.
Bek Lihun tidak terima atas kekalahannya, ia mendatangkan dua tukang pukul dari Tanjung Priok untuk membunuh Murtado. Pada suatu malam, Murtado pulang ke rumah dan tiba-tiba dicegat dua orang tak dikenal. Kedua orang itu mengancam agar tidak membela penduduk kampung dan menghalangi sepak terjang Bek Lihun. Mengetahui mereka adalah suruhan Bek Lihun, Murtado melawan mereka.
Dalam perkelahian itu salah seorang musuh mati dan satunya melarikan diri dan melaporkan kepada Bek Lihun. Bek Lihun jengkel, lalu mengatur siasat memfitnah Murtado telah membunuh orang di daerah Kwitang.
Namun, Murtado yakin bahwa perbuatannya tidak salah dan berupaya untuk tetap tenang. Murtado kemudian menggabungkan diri dengan teman-temannya untuk berlatih bernyanyi kasidah. Saat sedang bernyanyi, tiba-tiba dua orang polisi Kompeni datang mencokok Murtado dengan tuduhan telah membunuh orang di daerah Kwitang. Namun, teman-teman Murtado membelanya dan memberitahu keberadaan Murtado yang selalu ada bersama mereka. Karena tidak menemukan bukti-bukti kuat, polisi Kompeni tak berhasil meringkus Murtado.
Bek Lihun tak habis akal, dipanggilnya tiga jagoan lagi yang berwatak lebih jahat, berasal dari daerah Pondok Labu, Kebayoran Lama. Ketiga orang jagoan diberi upah dan bayaran yang tinggi untuk melenyapkan nyawa Murtado saat ia tengah terlelap di rumahnya. Ketiga orang itu bernama Boseh, Kepleng, dan Boneng.
Pada malam yang sepi, ketiga orang penjahat itu mengendap-endap dan meng-gangsir (menggali tanah untuk masuk ke dalam rumah) rumah Murtado. Murtado terjaga dan menyadari kehadiran mereka. Dengan memanjatkan doa mohon perlindungan kepada Tuhan, Murtado merancang siasat untuk membekuk ketiga penjahat ini.
Murtado ingat akan lampu tempel yang terpasang di pintu kamarnya. Ditendangnya lampu itu, sehingga seisi ruangan mendadak gelap gulita. Kepleng dan Boneng terkejut dan tersungkur sambil saling bertindihan. Mendengar kegaduhan itu, Boseh yang berada di luar kemudian masuk dan meraba-raba dalam gelap. Kepleng yang merasa tubuhnya diraba seseorang membabatkan golok karena mengira itu Murtado. Boseh berpekik kesakitan karena Kepleng salah sasaran.
Suara teriakan Boneng membangunkan warga sehingga warga berduyun-duyun menyambangi rumah Murtado. Penduduk marah dan ingin mengeroyok kedua penjahat yang tengah bertarung melawan Murtado, namun aksi itu dicegah Murtado dan menyarankan agar ketiga penjahat diringkus ke pihak berwajib. Dengan tuduhan ingin merampok, ketiga orang itu pun ditahan oleh Kompeni.
Bek Lihun tidak senang dengan kekalahannya, ia merencanakan balas dendam terhadap Murtado. Pada suatu malam, ia menyambangi rumah gadis teman baik Murtado yang dahulu bersama-sama memotong padi dengannya. Bek Lihun ingin memperkosa gadis itu, si gadis menjerit ketakutan. Kebetulan Murtado sedang akan bertandang ke rumah itu dan mendengar teriakan si gadis.
Murtado buru-buru masuk kamar dan mendapati Bek Lihun hendak memperkosa gadis itu. Amarah Murtado memuncak sehingga dihajarnya Bek Lihun sampai babak belur. Bek Lihun minta ampun dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Setelah kejadian itu, Bek Lihun benar-benar insyaf.