Bacaan Ringan "KISAH SA'AD ABI WAQQAS - MUSLIM YANG DOANYA DIKABULKAN ALLAH S.W.T - PART 1"
http://massandry.blogspot.com
Diantara dua pilihan. Itulah mungkin kata yang tepat mewakili awal kisah dari Sa'ad bin Malik za-Zuhri alias Sa'ad bin Abi Waqash, ini adalah sebuah kisah tentang seorang sahabat yang pada masa Rasulullah Saw, dikenal sebagai prajurit pilihan.
Sa’ad bin Malik Az-Zuhri atau sering disebut sebagai Sa’ad bin Abi Waqqas, dilahirkan di Makkah dan berasal dari bani Zuhrah suku Quraisy. Dia adalah paman Rosulullah Saw dari pihak ibu. Ibunda rasul, Aminah binti Wahhab berasal dari suku yang sama dengan Saad yaitu dari Bani Zuhrah. Sa’ad termasuk ke dalam golongan orang yang pertama masuk Islam dan termasuk sepuluh sahabat yang mendapat jaminan surga.
Sa’ad dilahirkan dari keluarga yang kaya raya dan terpandang. Dia adalah seorang pemuda yang serius dan memiliki pemikiran yang cerdas. Sosoknya tidak terlalu tinggi namun bertubuh tegap dengan potongan rambut pendek. Dia sangat dekat dengan ibunya. Hidupnya selalu dilimpahi kasih sayang. Ibu Sa’ad yang bernama Hamnah binti Suyan bin Abu Umayyah adalah seorang wanita hartawan keturunan bangsawan Quraisy, yang memiliki wajah cantik dan anggun. Sa’adpun sangat mencintai ibunya, sehingga seolah-olah cinta Sa’ad hanya untuk ibunya yang telah memelihara dirinya sejak kecil hingga dewasa dengan penuh kelembutan dan berbagai pengorbanan.
Meski dia lahir dan dibesarkan di Makkah Sa’ad sangat benci pada agamanya dan cara hidup yang dianut masyarakatnya. Ia membenci praktik penyembahan berhala yang membudaya di Makkah saat itu. Masa muda Sa’ad tidak banyak dihabiskan dengan berbagai kesenangan sebagaimanai para pemuda Makkah lain, meski dia masih berusia 17 tahun tetapi dia sudah berfikir dewasa dan mempunyai kematangan dalam berfikir. Sa’ad bekerja sebagai pembuat panah dan menjualnya. Pekerjaannya ini membuat ia pandai memainkan panah dan menunggang kuda.
KeIslaman Sa’ad dimulai ketika dia bermimpi seolah-olah tenggelam dalam kegelapan yang tindih menindih. Ketika Sa’ad sedang mengalami puncak kegelapan itu, tiba-tiba dia lihat bulan memancarkan cahaya sepenuhnya lalu dia mengikuti bulan itu. Sa’ad melihat tiga orang telah lebih dahulu berada dihadapannya mengikuti bulan tersebut. Mereka itu adalah Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar As-Shiddiq, kemudian Sa’ad bertanya kepada mereka, “Sejak kapan anda bertiga disini?” Mereka menjawab, “Belum lama.” Sejak ia bermimpi yang demikian itu, mata Sa’ad bin Abi Waqqash tidak mau terpejam lagi. Kini Sa’ad bin Abi Waqqash duduk merenung untuk memikirkan arti mimpi yang baginya sangat aneh. Sampai keesokan harinya Sa’ad masih memikirkan mimpinya tersebut, tetapi dia tidak menceritakan mimpi itu kepada ibunya sebagai orang yang paling dekat dengan dirinya.
Kemudian, tiga hari setelah mimpi tersebut menghampirinya, Sa’ad bertemu dengan Abu Bakar, dia menceritakan adanya mimpi tersebut. Kemudian Abu Bakar menyampaikan kabar tentang datangnya seorang utusan Allah Muhammad Saw yang membawa ajaran Islam, ajaran kebenaran. Lalu Sa’ad bertanya kepada Abu Bakar: ” siapakah orang-orang yang telah beriman kepada Muhammad Saw?”, kemudian dijawab oleh Abu Bakar : dirinya sendiri, Ali bin Abi Thalib r.a., dan Zaid bin Haritsh. Ajakan Abu Bakar kepada ajaran Islam telah mengetuk pintu hati Sa’ad. Kemudian Sa’ad segera mencari Rosulullah Saw, sehingga bertemu dengan beliau pada suatu tempat ketika beliau sedang melaksanakan salat Ashar dan akhirnya Sa’adpun menyatakan masuk Islam di hadapan Rosulullah Saw.
Meski Sa’ad berasal dari keluarga yang kaya raya, tetapi keislamannya bukanlah tanpa halangan. Ibundanya sendiri adalah seorang yang teguh memegang tradisi dan ajaran nenek moyangnya. Sehingga karena tidak ingin berseteru dengan ibunya, dia menyembunyikan keislamannya dari orang yang sangat disayanginya tersebut. Tetapi pada suatu hari, ketika Sa’ad sedang melaksanakan sholat di kamarnya, ibunya memergokinya. Dengan marah dan tanda Tanya besar, ibunya bertanyaa: “apa yang kamu lakukan?”, kemudian Sa’ad menjawab bahwa dia sedang melaksanakan ibadah kepada Allah yang Maha Esa. Mendengar jawaban Sa’ad ibunya sangat marah dan berkata: “Rupanya engkau telah meninggalkan agama nenek moyang kita, Tuhan Lata, Manata dan Uzza. Ibu tidak rela wahai anakku.
Tinggalkanlah agama itu dan kembalilah kepada agama nenek moyang kita yang telah sekian lama kita anut”. Kemudian Sa’ad berkata: “Wahai ibu, aku tidak dapat lagi menyekutukan Allah, Dia-lah Dzat Yang Tunggal, tiada yang setara dengan Dia, dan Muhammad adalah utusan Allah untuk seluruh umat manusia,” jawab Sa’ad. Kemarahan ibunya semakin menjadi-jadi, karena Sa’ad tetap bersikeras dengan keyakinannya yang baru ini. Tetapi kemarahan sang ibu selalu ditanggapi dengan lemah lembut oleh Sa’ad.
Hingga pada suatu hari, ibu Sa’ad memutuskan untuk tidak makan dan minum apapun sehingga dia badannya sakit dan lemas, hal itu dilakukan oleh ibunya sampai Sa’ad mau kembali kepada kepercayaan nenek moyangnya. Melihat kondisi ibunya, Sa’ad juga merasa sangat menderita, tetapi dia tidak bisa meninggalkan keimanannya yang teguh telah tertanam di dalam hatinya.
Sa’ad selalu datang membujuk ibunya dengan mengajaknya makan dan minum bersama, tapi ibunya menolak dengan harapan agar Sa’ad kembali kepada agama nenek moyangnya, hingga beberapa hari, ibunya tidak pernah menyentuh makanan dan minuman yang selalu disiapkannya. Di depan matanya ia menyaksikan keadaan ibunya yang meluluhkan hatinya, namun dari lidahnya keluar kata-kata yang membingungkan lbunya; “Demi Allah, ketahuilah wahai ibunda sayang, seandainya ibunda memiliki seratus nyawa lalu ia keluar satu persatu, tidaklah aku akan meninggalkan agama ini walau ditebus dengan apa pun juga. Maka sekarang, terserah kepada ibunda, apakah ibunda akan makan atau tidak”.
Mendengar ketegasan dari putra tercintanya, akhirnya ibu Sa’adpun luluh dan membiarkannya untuk meninggalkan kepecayaan nenek moyangnya.
http://www.lampuislam.blogspot.com/