Saturday, September 14, 2013

Bacaan Perang "SEJARAH BERDARAH PERANG IRAK - IRAN"

http://massandry.blogspot.com
Keberagaman negara diseluruh dunia ini memang juga mempunyai tradisi dan watak tersendiri-tersendiri. Adanya beberapa faktor mendasar yang sudah berlagsung sejak lama dan menyangkut kepercayaan serta menyangkut kemakmuran hidup bersama, ternyata sangat mudah menimbulkan konflik (peperangan).  Hal-hal yang menyangkut terkait ideologi bangsa, suku, keyakinan, sangat mudah sekali mengobarkan  adanya perselisihan dan permusuhan dan kemudian menjadi perang. Hal inilah yang terjadi pada Iran dan Irak yang saling berperang memperebutkan hak-nya yang sudah diklaim masing-masing. Mereka mempunyai dasar sendiri-sendiri yang dijadikanalat untuk membeladirinya supaya menjadi miliknya.

Kawasan Timur Tengah memangterkenal dengan sumber daya alamnya terutama hasilminyaknya yang mampu menyuplay keseluruh penjuru dunia. Iran sebagai salah satu negara yang kaya akan minyak, hal tersebut tidak lantas membuat Iran kaya dan tentram seperti yang diharapkan. Karena kita ketahui bahwa negara-negara lain yang butuh akan kekayaan minyak tersebut sudah siap untuk merebutnya. Irak adalah negara tetangga terdekatnya yang memiliki perbatasan dengan Iran. Di perbatasan itulah yang menjadisengketa dan menyulutkan perselisihan. Irak mengeklaim bahwa wilayah itu merupakan miliknya akan tetapi Iran juga tidak mau kalah dan menanggap bahwaitu juga wilayahnya.

Jika sudah begitu maka akan sangat sulit sekali untuk menengahinya. Dengan berbagai faktor baik intern maupun ekstern maka jelas perang antara negara tetangga ini tak mampu dielakkan lagi. Negara yang berdampingan yang seharusnya damai justru harus berperang dan mengakibatkan jatuhya korban yang tidak sedikit.

Latar Belakang
Konflik antar negara yang sampai sekarang masih terus berlanjut terjadi di Kawasan Timur Tengah, menjadikan bahan yang menarik untuk terus diulas dan dipelajari lebih mendalam. Terutama salah satu aktor negara yang sangat mencolok dengan konfliknya yaitu Irak. Irak terlibat perang dengan Iran negara tetangganya. Samapi sekarang konflik-konflik di negara-negara tersebut masih terus ada, hal tersebut disebabkab adanya faktor-faktor tertentu yang sangat mendasar di tambah lagi faktor-faktor pendukung lainnya. Kekurangpahaman terkait peran Irak-Iran ini tentunya membuat kita sebagai umat manusia yang sama tinggal di planet ciptaan Tuhan ini harus saling tahu dan memperhatikan bahkan ikut andil menjaga kerukunan antar negara. Karena pada dasrnya setiap peperangan pasti akan mempunyai dampak tidak hanya positif tetapi cenderung negatif terutama bagi pihak yang kalah.

Perang Teluk I - Iran - Irak
Latar Belakang
Ada begitu banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya Perang antara Irak dengan Iran atau sering dikenal dengan sebutan Perang Teluk I. Perang ini pecah pada 22 September 1980 dan sampai sekarang pun belum berakhir. Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi timbulnya perang Irak-Iran antara lain :

1. Perseteruan historis antara negeri Mesopotamia (sekarang Iraq), dengan Persia (sekarang Iran).
Walaupun perang Iran-Irak yang dimulai dari tahun 1980-1988 merupakan perang yang terjadi di wilayah Teluk Persia, akar dari masalah ini sebenarnya dimulai lebih dari berabad-abad silam. Berlarut-larutnya permusuhan yang terjadi antara kerajaan Mesopotamia(terletak di lembah sungai Tigris-Eufrat, yang kini menjadi sebuah negara Irak modern) dengan kerajaan Persia atau negara Iran modern. Yang pertama ialah persaingan dsn ketegangan Bangsa Arab dan Bangsa Parsi, yang kedua ialah masalah minoritas etnis dan yang ketiga ialah Orientasi politik luar negeri yang berbeda.

2. Memperebutkan daerah yang kaya kekayaan alam, Sengketa Atas Sungai  Shatt al-Arab & Khuzestan
Sungai dengan panjang kurang lebih 200 km yang terbentuk dari pertemuan Sungai Efrat & Tigris di kota Al-Qurnah, Irak selatan, di mana bagian akhir dari sungai yang mengarah ke Teluk Persia tersebut terletak di perbatasan Irak dan Iran. Sungai tersebut berperan  penting bagi Irak karena merupakan satu-satunya jalan keluar negara tersebut ke laut.

Karena letaknya yang berada di perbatasan dan posisi strategisnya yang mengarah ke Teluk Persia, sungai tersebut menjadi bahan sengketa Irak dan Iran. Sebelum perang antara kedua meletus, sejak tahun 1975 sungai tersebut menjadi milik kedua negara di mana batasnya adalah pada titik terendah sungai berdasarkan kesepakatan yang dikenal sebagai Persetujuan Aljier.

Wilayah lain yang menjadi sengketa kedua negara adalah provinsi Khuzestan yang kaya minyak. Wilayah tersebut selama ini menjadi wilayah Iran, namun sejak tahun 1969 Irak mengklaim bahwa Khuzestan berada di tanah Irak dan wilayah tersebut diserahkan ke Iran ketika Irak dijajah oleh Inggris. Dengan begitu maka mereka saling meng-klaim sebagai wilayah mereka masing-masing.

3. Munculnya Revolusi Islam di Iran.
Saddam Anti Iran.
Alm. Saddam Hussain adalah seseorang yang anti-Iran, dilihat dari sejarah hidupnya
Disamping itu pada tahun 1979 terjadi Revolusi Islam Iran. Hal inilah yang menjadi kekhawatiran pemimpin Irak yaitu Saddam Hussain atas perlawanan golongan Syah yang dibawa Imam Khomeini dalam revolusi Iran ini.

Revolusi ini merupakan revolusi pemerintahan di mana rezim kerajaan Pahlevi  yang dianggap sebagai rezim boneka Amerika serikat tumbang dan digantikan oleh sistem Republik Islam. Pasca revolusi tersebut, muncul kekhawatiran di kalangan nasionalis Arab dan muslim Sunni bahwa revolusi tersebut akan menyebar ke negara-negara Arab di sekitarnya. Kekhawatiran terbesar terutama datang dari Irak yang wilayahnya memang bersebelahan dengan Iran dan memiliki minoritas Syiah di wilayahnya.

Ayatullah Khomeini, pemimpin revolusi Islam di Iran, memang memiliki impian untuk menyebarkan pengaruh revolusinya ke negara-negara Arab lainnya. Pertengahan tahun 1980, Khomeini menyebut bahwa pemerintahan sekuler Irak adalah pemerintahan boneka setan dan masyarakat muslim di Irak sebaiknya bersatu untuk mewujudkan revolusi Islam seperti di Iran. Pernyataan Khomeini tersebut sekaligus sebagai respon dari pernyataan Saddam pasca revolusi Islam Iran yang menyatakan bahwa bangsa Persia (Iran) tidak akan berhasil membalas dendam kepada bangsa Arab sejak Pertempuran al-Qadisiyyah, pertempuran pada abad ke-7 yang dimenangkan oleh bangsa Arab sekaligus menumbangkan Kerajaan Persia kuno.

Irak di bawah kendali Saddam Hussein dan  Partai Baath memiliki ambisi untuk menjadi kekuatan dominan di wilayah Arab di bawah bendera pan-Arabisme sejak meninggalnya Presiden Mesir, Gamal A. Nasser. Revolusi Islam yang terjadi di Iran tersebut dianggap sebagai penghalang karena bertentangan dengan prinsip nasionalisme sekuler Arab. Selain untuk mencegah menyebarnya revolusi Islam, Irak juga berusaha mengambil keuntungan dengan kondisi internal Iran yang tidak stabil pasca revolusi Islam untuk merebut wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa dengan Iran dan menambah sumber minyak Irak.

Dengan kekhawatiran-khekawatiran tersebut maka tak heran jika muncul tindakan-tindakan yang membawa ketegangan dan menimbulkan peperangan pada puncaknya.

2. Percobaan Pembunuhan Terhadap Pejabat Irak
Pertengahan tahun 1980, terjadi percobaan pembunuhan kepada Deputi Perdana menteri Irak, Tariq Aziz. Irak segera bertindak dengan menangkap sejumlah orang yang diduga terlibat atas percobaan pembunuhan tersebut dan  mendeportasi ribuan warga Syiah berdarah Iran keluar dari Irak. Pemimpin Irak, Saddam Hussein, menyalahkan Iran sambil menyebut ada agen Iran yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor pendorong meletusnya perang Irak-Iran.

Periode Peperangan
Perang ini terbagi dalam beberapa alur atau periode tahun, dimana setiap periode tersebut mempunyai makna sendiri bagi masing-masing negara karena menjadi ajang balas dendam atas serangan-serangan yang saling dilancarkan. Adapun babak-babak tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pereode Tahun 1980-1982 ( Penyerbuan oleh Irak )
Irak mempunyai sasaran yang jelas terhadap Iran. Ada 2 objektif Irak dalam serangannya ke Iran :
a. Menguasai wilayah-wilayah strategis serta kaya minyak di Iran 
b. Mencegah tersebarnya revolusi Islam di wilayah tersebut.

Dalam serangannya, Irak menginginkan kemenangan cepat atas Iran dengan memanfaatkan situasi internal Iran yang masih belum stabil pasca revolusi Islam. Irak juga berharap bahwa masyarakat di Iran akan menyalahkan pemerintahan baru Iran dan kemudian sebagian dari mereka terutama dari golongan Arab Sunni  akan membelot kepada Irak.

Berikut serangan-serangan yang dilancarkan Irak terhadap Iran :
a. Tanggal 22 September 1980, jet-jet tempur Irak menyerang 10 pangkalan udara milik Iran dengan tujuan menghancurkan pesawat tempur Iran di darat, taktik yang dipelajari dari kemenangan Israel atas Arab dalam Perang 6 Hari.

Serangan dari pasukan udara Irak berhasil menghancurkan gudang amunisi serta jalur transportasi darat, namun sebagian besar pesawat Iran tetap utuh karena terlindung dalam hanggar yang terproteksi khusus. Kegagalan Irak menghancurkan pesawat-pesawat tempur Iran dalam serangan kejutan tersebut memberi peluang bagi Iran untuk melancarkan serangan udara balasan ke Irak.

b. Tanggal 23 september 1980, Irak melakukan serangan darat ke wilayah Iran dari 3 front sekaligus. Inti dari serangan tersebut adalah untuk menguasai Khuzestan dan Shatt al-Arab di mana 4 dari 6 divisi pasukan Irak dalam penyerbuan dikirim untuk menguasai kedua wilayah tersebut. Sisanya dipecah jadi 2 untuk menguasai front utara (Qasr-e Shirin) dan front tengah (Mehran) untuk mengantisipasi serangan balik yang mungkin dilakukan oleh Iran. Hasilnya, usai serangan mendadak itu Irak berhasil menguasai wilayah Iran seluas 1.000 km persegi.

Bulan November 1980, pasukan Irak melancarkan serangan ke 2 kota penting yang strategis di Iran selatan, Shabadan dan Khorramshahr. Dalam penyerbuannya itu, pasukan Irak mendapat perlawanan sengit dari pasukan Pasadan (Garda Revolusi) Iran. Kedua kota tersebut akhirnya berhasil dikuasai Irak pada tanggal 10 November 1980.

Berikut beberapa serangan balasan dari Iran terhadap serangan Irak :

1. Awal tahun 1981,Iran yang tertekan sempat berusaha melakukan serangan balasan kepada Irak, namun gagal karena presiden Iran, Bani Sadr, nekat memimpin langsung pasukan reguler Iran sekalipun dia hanya memiliki pengetahuan militer yang minim. Ia mengirimkan 3 resimen pasukan reguler tanpa didukung oleh Pasadar dan tidak memperhitungkan waktu serangan di waktu hujan yang bakal menyulitkan suplai logistik. Akibatnya, pasukan Iran dikepung pasukan Irak dan banyak dari kendaraan lapis baja Iran yang hancur atau perlu ditinggalkan karena terjebak dalam lumpur.

2. Pesawat-pesawat F-4 milik Iran melakukan serangan ke wilayah Irak dan secara efektif berhasil melumpuhkan sejumlah titik penting di Irak. Keberhasilan tersebut membuat pasukan udara Iran terlihat lebih superior dibanding pasukan udara Irak. Namun, kurangnya amunisi dan suku cadang yang hanya bisa didapatkan dari AS mantan sekutu Iran yang berbalik memusuhi mereka pasca revolusi Islam  membuat Iran lebih banyak memakai helikopter yang dipasangi persenjataan darat sebagai pendukung dari udara.

2. Periode Tahun 1982-1984  ( Titik Balik  Mundurnya Irak )
Tak disangka militer Irak yang tadinya dianggap tak terkalahkan oleh militer Iran teranyata situasi bisa berubah. Titik balik bagi Iran terjadi kerena Iran tidak tinggal diam dan segera melakukan serangan dengan berbagai Operasi Militer, antara lain :

a. Bulan Maret 1982, dalam operasi militernya di bawah kode sandi Operasi Kemenangan yang Tak Dapat Disangkal (Operation Undeniable Victory). Dalam operasi militer itu, pasukan gabungan Pasadan-Basij milik Iran berhasil menembus garis depan pasukan Irak yang sebelumnya dianggap tidak bisa ditembus dan memecah pasukan Irak di utara dan selatan Khuzestan sehingga pasukan Irak terpaksa mundur.

Hasil dari Operasi ini antara lain :
Bulan Mei 1982, Iran berhasil merebut kembali wilayah Khorramshahr.
Dalam pertempuran di wilayah tersebut, Irak kehilangan 7.000 tentara, sementara Iran 10.000 sehingga menjadikan pertempuran itu sebagai salah satu pertempuran paling berdarah dalam inisiatif serangan balik Iran.

Sejak kemenangan tersebut, Iran berganti menjadi pihak yang menekan Irak & pada bulan Juni berhasil mendapatkan kembali seluruh wilayahnya yang sebelumnya dikuasai oleh Irak.

Saddan Hussein yang melihat bahwa moral pasukannya sudah terlanjur runtuh akibat serangkaian kekalahan melawan Iran pun menyatakan akan segera menarik seluruh pasukannya dari Iran dan menawarkan gencatan senjata kepada Iran. Tawaran gencatan senjata itu mencakup pembayaran ganti rugi perang sebesar 70 juta dollar AS oleh negara-negara Arab. Iran menolak tawaran gencatan senjata tersebut dan menyatakan bahwa mereka akan menyerbu Irak dan tidak akan berhenti sampai rezim yang berkuasa di Irak digantikan oleh rezim pemerintahan republik Islam.

b. Bulan Juli 1982, Iran melancarkan serangannya ke kota Basra, Irak, di bawah kode sandi "Operasi Ramadhan". Dalam serangan tersebut, puluhan ribu anggota Basij dan Pasdaran mengorbankan diri mereka dengan berlari melewati ladang ranjau untuk memberi jalan bagi tank-tank di belakangnya di mana selain menghadapi bahaya ranjau, mereka juga dihujani tembakan artileri pasukan Irak.Irak berhasil mencegah Iran merengsek lebih jauh berkat kegtangguhan persenjataannya di garis pertahanan, namun Irak juga harus kehilangan sejumlah kecil wilayah karena dikuasai Iran.

Keberhasilan Iran memukul balik Irak dan berbalik menjadi negara penyerbu membawa kekhawatiran tersendiri bagi AS yang memutuskan untuk membantu Irak sejak tahun 1982. Presiden AS Ronald Reagan menyatakan bahwa AS akan berusaha dengan cara apapun untuk mencegah Irak kalah. Bantuan AS beserta negara-negara sekutunya ke Irak yang diketahui mencakup bantuan teknologi, alutsista, dan intelijen. Dukungan untuk Irak juga datang dari Uni Soviet dan Liga Arab.

Karena keberpihakan terang-terangan AS ke Irak, maka cukup mengejutkan ketika AS diketahui juga membantu Iran dengan jalan menjual persenjataan ke Iran secara diam-diam. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah dominasi dari pihak pemenang di kawasan tersebut.

c. Penyerbuan tahun 1983, Iran melakukan 3 penyerbuan besar yang disusul 2 penyerbuan lainnya dengan mengerahkan ratusan ribu personil tentaranya. Iran sempat berhasil menembus garis pertahanan Irak, namun Irak berhasil memukul balik Iran dengan melakukan serangan udara mendadak secara besar-besaran. Hingga akhir tahun 1983, tercatat 120.000 personil Iran dan 60.000 personil Irak tewas dalam peperangan..

d. Bulan Februari 1984, Iran menggelar "Operasi Fajar (Operation Dawn) 5 dan 6" yang ditargetkan ke kota Kut al-Amara dengan tujuan memotong jalur perairan yang menghubungkan Baghdad dan Basra. Dalam kedua operasi militer itu, Iran mengerahkan 500.000 personil Basij dan Pasdaran. Pertempuran dalam Operasi Fajar sekaligus menjadi seperti head-to-head kekuatan militer yang dominan di masing-masing negara. Iran unggul jumlah tentara tapi kekurangan alutsista pendukung macam pasukan udara dan artileri, sementara Irak kalah jauh dalam hal jumlah tentara tapi unggul dalam hal alutsista. Periode antara tanggal 29 Februari hingga 1 Maret merupakan salah satu episode pertempuran terbesar dalam Perang Irak-Iran di mana dalam pertempuran itu, masing-masing pihak kehilangan 20.000 tentaranya. 

Bulan Februari hingga Maret 1984 di bawah kode sandi "Operasi Khaibar" dengan memakai sejumlah serangan pendobrak ke Kota Basra. Agresi militer tersebut berujung keberhasilan pasukan Iran merebut Pulau Majnun yang kaya minyak. Irak sempat melancarkan serangan balik untuk merebut wilayah tersebut - termasuk dengan memakai senjata kimia. Namun, pasukan Iran tetap berhasil mempertahankan pulau tersebut hingga menjelang akhir perang. Walaupun berada pada posisi tertekan, pada tahun 1985 Irak masih sempat melakukan penyerbuan balik ke Iran dengan menyerang Tehran dan kota-kota penting di Iran lainnya usai mendapatkan bantuan finansial dari negara-negara Arab sekutunya dan bantuan alutsista terbaru dari Uni Soviet, Cina, dan Perancis. Serangan Irak tersebut tidak membawa perubahan yang signifikan dalam arah peperangan dan sekalipun wilayahnya diserang, di tahun itu Iran tetap melakukan penyerbuan ke wilayah Irak di bawah kode sandi "Operasi Badr"

Periode Tahun 1984-1988  ( Perang Tanker )
Tahun 1984, Irak yang baru mendapat bantuan pesawat tempur Super Etentard terbaru dari Perancis  melakukan operasi militer di laut mulai dari muara Shatt el-Arab hingga pelabuhan Iran di Bushehr. Target dari operasi militer tersebut adalah semua kapal yang bukan berbendera Irak di wilayah operasi militer, baik itu kapal berbendera Iran maupun kapal netral yang dari atau menuju Tehran. Tujuannya adalah untuk memblokade ekpsor minyak Iran dan mempengaruhi ekonominya sehingga Iran mau berunding dengan Irak. Kebijakan militer Irak tersebut lalu mengawali babak baru dalam perang yang dikenal sebagai Perang Tanker.

a. Perang Tangker Fase I
Sebenarnya perang tanker sudah dimulai sejak tahun 1981 di mana pasukan laut Irak saat itu menargetkan titik-titik penting milik Iran di laut seperti pelabuhan dan kilang minyak. Dalam operasi militernya di laut tersebut, Irak lebih banyak memakai angkatan udaranya untuk melakukan serangan. Perang Tanker fase I tersebut berlangsung selama 2 tahun setelah baik Irak maupun Iran kekurangan armada kapal untuk meneruskan operasi militernya. Baru pada tahun 1984, Irak memutuskan untuk kembali melakukan operasi militer di laut sekaligus mengawali babak baru Perang Tanker fase II.

b. Perang tanker fase II
Dimulai ketika Irak menyerang kapal berbendera Yunani di sebelah selatan Kepulauan Khark pada bulan Maret 1984. Iran lantas membalasnya dengan menyerang kapal-kapal berbendera Kuwait di dekat Bahrain dan Arab Saudi di perairan Arab Saudi sendiri sekaligus memberi peringatan bahwa jika Irak tetap nekat melanjutkan perang tanker, tak akan ada kapal milik negara Teluk yang selamat. Suatu ancaman yang dampaknya tidak ringan karena berpotensi melumpuhkan aktivitas pengangkutan minyak mentah di kawasan tersebut.

Upaya Irak untuk memblokade jalur transportasi minyak Iran gagal melumpuhkan ekonomi Iran karena ketika Irak memblokade kawasan teluk, Iran hanya memindahkan pelabuhannya ke Kepulauan Larakdi dekat Hormuz sehingga aktivitas ekspor minyaknya relatif tidak terganggu. Di lain pihak, justru Irak yang perekonomiannya terancam setelah Suriah, sekutu Iran saat itu, memblokade pipa minyak Irak ke Mediterania sejak tahun 1982. Sebagai antisipasinya, Irak mengalihkan aktivitas ekspor minyaknya lewat Kuwait dan jalur pipa minyak baru dibangun melewati Laut Merah serta Turki.

4. Periode Tahun 1987-1988 ( Ikut Campurnya AS )
Dampak dari perang Tanker
Situasi perang tanker yang semakin membabi buta karena ikut menargetkan kapal-kapal tanker dari negara-negara yang netral membuat Kuwait meminta bantuan pihak internasional pada tahun 1986. Uni Soviet adalah negara pertama yang merespon dengan mengirimkan kapal-kapal perangnya untuk mengawal kapal tanker Kuwait. Kebijakan Uni Soviet lalu diikuti oleh AS pada tahun 1987 yang sebenarnya sudah didekati Kuwait lebih dulu.

Faktor pendorong utama ikut campurnya AS dalam Perang Irak-Iran sebenarnya disebabkan karena kapal perangnya ditenggelamkan oleh pesawat tempur Irak sehingga 13 awak kapalnya meninggal. Irak meminta maaf kepada AS sambil mengatakan bahwa itu adalah kecelakaan dan permintaan maaf Irak diterima oleh AS. Ironisnya, sesudah insiden itu AS justru menyalahkan Iran dengan alasan Iranlah yang menyebabkan peperangan semakin berkobar. Tuduhan AS lalu diikuti tindakan AS mengirim armada lautnya untuk mengawal kapal-kapal tanker milik Kuwait yang mengibarkan bendera AS.

Tujuan utama AS dalam penerjunan armada lautnya di sekitar Teluk adalah untuk mengisolasi Iran dan menjaga agar kapal-kapal bebas berlayar di sana. AS baru melancarkan serangan langsung ke Iran dengan menghancurkan kilang minyak Iran di ladang minyak Rostam setelah pasukan Iran menenggelamkan kapal tanker Kuwait berbendera AS, Sea Isle City. Setahun kemudian, tepatnya bulan April 1988, AS kembali menyerang kilang minyak & kapal-kapal perang Iran setelah kapal perangnya, USS Samuel B. Roberts, tenggelam akibat ranjau laut Iran.

5. Periode Tahun 1988 ( Gencatan Senjata )
Pada tahun 1988, arah pertempuran mulai kembali ke arah Irak di mana Irak berhasil meraih beberapa kemenangan penting atas Iran. Dalam pertempuran pada kurun waktu tersebut, Irak juga berhasil merebut sejumlah besar alutsista milik Iran dan menguasai kembali Semenanjung Al-Faw serta Kepulauan Majnun yang kaya minyak. Perang akhirnya berakhir setelah Iran menerima Resolusi Dewan Keamanan PBB 598 dan secara resmi mengakhiri perang yang sudah terjadi selama 8 tahun pada tanggal 20 Agustus 1988.

Dampak Perang Telik I 1980-1988
Tak dapat dipungkiri bahwa semua perang terutama perang fisik tentulah berakibat pada jatuhnya korban jiwa. Dalam Perang Iran-Irak ini tidak hanya dirasakan oleh satu pihak saja tetapi oleh keduanya. Adapun dampak kerugian dari Perang Irak-Iran ini antara lain :

1. Kerugian besar bagi kedua belah pihak, dari segi material jumlah kerugian material bagi masing-masing negara diperkirakan mencapai 500 juta dollar AS.

2. Jumlah korban jiwa, jumlah korban tewas Irak mungkin mencapai 200.000 jiwa lebih, sementara Iran mencapai 1 juta jiwa sebagai akibat dari taktik militer Iran yang banyak mengorbankan tentaranya untuk berhadap-hadapan langsung dengan moncong senjata musuh. Jumlah tersebut belum termasuk mereka yang meninggal kemudian akibat luka parah dan penyakit, termasuk akibat penggunaan senjata kimia Irak yang berdampak jangka panjang. .

3. Jumlah kerugian lebih besar harus ditanggung Irak yang selama perang memang aktif mencari pinjaman uang untuk menambah persenjataan.

4. Pembangunan ekonomi menjadi terhambat dan ekspor minyak kedua negara terganggu
5. Selain kerugian materi dan korban jiwa, tidak ada perubahan berarti pasca perang. Wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa statusnya kembali seperti sebelum perang dan batas antara kedua negara juga tidak banyak berubah. Wilayah perairan Shatt al-Arab contohnya, tetap dibagi menjadi milik kedua negara dengan batasnya adalah titik terdalam pada perairan.

Keseimpulan
Perang Iran-Irak juga dikenali sebagai Pertahanan Suci dan Perang Revolusi Iran di Iran, dan Qadisiyyah Saddam) di Irak, adalah perang di antara Irak dan Iran yang bermula pada bulan September 1980 dan berakhir pada bulan Agustus 1988. Umumnya, perang ini dikenali sebagai Perang Teluk I.
Perang ini pecah karena dilatarbelakangi antara lain :

1. Perseteruan historis antara negeri Mesopotamia (sekarang Iraq), dengan Persia (sekarang Iran). Antara lain yaitu masalah ketegangan akibat ketatnya persaingan, menoritas etnis, dan juga orientasi politik luar negeri yang berbeda.
2. Sengketa atas Sungai  Shatt al-Arab dan Khuzestan yang kaya akan hasil minyaknya. Hasil minyak ini sangat menguntungkan dan menimbulkan daya terik setiap negara.
3. Munculnya Revolusi Islam di Iran yang notabene Saddam Hussein ialah AntiIran.

Percobaan Pembunuhan Terhadap Pejabat Irak
Kemudian terkait dengan jalannya perang Teluk I ini, maka di bagi menjadi beberapa periode antara lain :
1. Pereode Tahun 1980-1982 ( Penyerbuan oleh Irak )
Irak melakukan berbagai serangan terhadap Iran guna menguasai wilayah dan mencegah Revolusi Islam Iran.

2. Periode Tahun 1982-1984  ( Titik Balik  Mundurnya Irak )
Iran tidak tinggal diam. Iran balas melancarkan berbagai Operasi militer untuk membalas serangan-serangan dari Irak. Dan hal tersebut telah berhasil memukul mundur tentara militer Irak.

3. Periode Tahun 1984-1988  ( Perang Tanker )
Tahun 1984, berkat bantuan pesawat tempur Super Etentard terbaru dari Perancis, Irak melakukan operasi militer di laut mulai dari muara Shatt el-Arab hingga pelabuhan Iran di Bushehr. Target dari operasi militer tersebut adalah semua kapal yang bukan berbendera Irak di wilayah operasi militer. Tujuannya adalah untuk memblokade ekpsor minyak Iran dan mempengaruhi ekonominya sehingga Iran mau berunding dengan Irak.

4. Periode Tahun 1987-1988 ( Ikut Campurnya AS )
Dampak dari perang Tanker.
Faktor pendorong utama ikut campurnya AS dalam Perang Irak-Iran sebenarnya disebabkan karena kapal perangnya ditenggelamkan oleh pesawat tempur Irak sehingga 13 awak kapalnya meninggal. Akhirnya AS menerjunakann armada lautnya di sekitar Teluk adalah untuk mengisolasi Iran dan menjaga agar kapal-kapal bebas berlayar di sana.

5. Periode Tahun 1988 ( Gencatan Senjata )
Perang akhirnya berakhir setelah Iran menerima Resolusi Dewan Keamanan PBB 598 dan secara resmi mengakhiri perang yang sudah terjadi selama 8 tahun pada tanggal 20 Agustus 1988.

Dampak Kerugian Perang Irak-Iran ini, antara lain :
Kerugian besar bagi kedua belah pihak, dari segi material jumlah kerugian material bagi masing-masing negara diperkirakan mencapai 500 juta dollar AS. 

Jumlah korban jiwa, jumlah korban tewas Irak mungkin mencapai 200.000 jiwa lebih, sementara Iran mencapai 1 juta jiwa sebagai akibat dari taktik militer Iran yang banyak mengorbankan tentaranya untuk berhadap hadapan langsung dengan moncong senjata musuh.

Jumlah tersebut belum termasuk mereka yang meninggal kemudian akibat luka parah dan penyakit, termasuk akibat penggunaan senjata kimia Irak yang berdampak jangka panjang. .

c. Jumlah kerugian lebih besar harus ditanggung Irak yang selama perang memang aktif mencari pinjaman uang untuk menambah persenjataan.

d. Pembangunan ekonomi menjadi terhambat dan ekspor minyak kedua negara terganggu

e. Selain kerugian materi dan korban jiwa, tidak ada perubahan berarti pasca perang. Wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa statusnya kembali seperti sebelum perang dan batas antara kedua negara juga tidak banyak berubah. Wilayah perairan Shatt al-Arab contohnya, tetap dibagi menjadi milik kedua negara dengan batasnya adalah titik terdalam pada perairan.

f. Selain itu, perang Irak-Iran ini menimbulkan polarisasi sikap negara-negara arab. Mereka ikut khawatir melihat pertikaian antara dua negara ini.   Negara arab pada umumnya tidak suka terhadap Iran dan cenderung memihak Irak. Sedangkan Iran sendiri akan mengancam bagi siapa saja yang membela Irak dan akan memotong jalur minyak di Teluk Persi dan selat Hornuz, yang artinya akan mengancam pula bagi negara-negara barat terutama untuk Industrinya yang maju dan berkembang. 

Dengan begitu memungkinkan Uni soviet untuk memasuki Iran dan menguasai alur minyaknya sehingga dapat menundukan Amerika serikatsebagai pesaing Abadinya selama ini serta negara-negara berkembang lainnya. Tetapi semuanya itu tak dapat dicapai Uni soviet dengan mudah, karena Amerika serikat juga sudah mengetahui dan bersiap-siap untuk menaggulangi ancaman itu.

Newer Post Older Post Home

Tokoh Islami "HABIB ABDURRAHMAN BIN ZEIN BIN ALI BIN AHMAD AL JUFRY"

http://massandry.blogspot.com Sayyidy al-Habib Abdurrohman bin Zein bin Ali bin Ahmad al-Jufri dilahirkan tahun 1938 di Semarang. Ayahand...

Blogger Template by Blogcrowds