Bacaan Perang "SEJARAH PERANG SEMENANJUNG KOREA - PART 1"
http://massandry.blogspot.com
Korea. Itulah nama dari sebuah semenanjung yang terletak di Asia Timur. Ada 2 negara yang saat ini menempati Semenanjung Korea : Korea Utara & Korea Selatan. Mungkin ada yang bertanya-tanya, kenapa Semenanjung Korea bisa ditempati oleh 2 negara walaupun dari segi komposisi etnis, penduduk dari kedua negara tersebut bisa dikatakan serumpun? Jawabannya bisa ditelusuri pada artikel ini yang - sesuai judulnya - akan membahas soal Perang Korea & sejarah terbelahnya Semenanjung Korea hingga bisa dihuni oleh 2 negara seperti sekarang.
Perang Korea adalah perang yang terjadi di Semenanjung Korea antara Korea Utara yang disokong oleh negara-negara komunis melawan Korea Selatan yang didukung oleh pasukan koalisi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Perang tersebut berlangsung selama 3 tahun (1950 - 1953), namun secara resmi perang tersebut sebenarnya masih berlangsung hingga sekarang karena masih belum adanya kesepakatan damai yang jelas antara pihak-pihak yang berperang. Akibat Perang Korea, lebih dari 3 juta orang harus tewas & wilayah Semenanjung Korea kini ditempati oleh 2 negara yang memiliki perbedaan ideologi.
Latar Belakang
Sejak tahun 1910, wilayah Semenanjung Korea dikuasai oleh Kekaisaran Jepang. Memasuki tahun 1945 yang juga merupakan fase akhir dari Perang Dunia II, Uni Soviet atas izin negara-negara Blok Sekutu menginvasi Manchuria (Cina Utara) & menduduki Semenanjung Korea bagian utara. 3 minggu kemudian, pasukan AS tiba di Semenanjung Korea & menduduki wilayah semenanjung bagian selatan. Jatuhnya Semenanjung Korea ke tangan pasukan Uni Soviet & AS sekaligus mengakhiri kekuasaan Jepang atas wilayah Korea.
Bulan Juli hingga Agustus 1945, negara-negara Sekutu & Uni Soviet menggelar Konferensi Potsdam untuk memutuskan nasib Semenanjung Korea tanpa melibatkan perwakilan dari orang-orang Korea sendiri. Berdasarkan kesepakatan yang dicapai dalam konferensi tersebut,
Semenanjung Korea pun dibagi menjadi 2 : wilayah utara yang dikendalikan oleh Uni Soviet & wilayah selatan yang dikelola oleh AS. Batas pimsah antara wilayah utara & selatan dikenal sebagai "garis paralel ke-38".
Tahun 1947, PBB mengajukan proposal untuk menggelar pemilu untuk menentukan badan pemerintahan baru yang kelak akan menguasai seluruh Semenanjung Korea. Proposal tersebut juga mencakup penarikan mundur seluruh pasukan asing dari Semenanjung Korea. Namun, proposal tersebut ditolak oleh Uni Soviet yang ingin menciptakan negara boneka pro-Soviet di Semenanjung Korea bagian utara agar wilayah Soviet tidak berbatasan langsung dengan wilayah Korea bagian selatan yang condong memihak AS.
Tahun 1948, 2 negara baru akhirnya terbentuk di Semenanjung Korea : Republik Demokratik Rakyat Korea yang berlokasi di semenanjung bagian utara & berhaluan sayap kiri, serta Republik Korea yang berlokasi di semenanjung bagian selatan & berhaluan sayap kanan. Baik Korea Utara maupun Selatan masih belum puas akan kondisi mereka sekarang & sama-sama terobsesi untuk menaklukkan tetangganya demi menjadi pihak penguasa seluruh Semenanjung Korea. Sebagai akibatnya, sejak tahun ini kontak senjata di perbatasan kedua negara mulai sering terjadi hingga akhirnya memuncak menjadi perang terbuka.
Invasi Korea Utara & Intervensi Pasukan PBB
Bulan Juni 1950, pasukan Korea Utara (Korut) menyerbu masuk wilayah Korea Selatan (Korsel) & pecahlah Perang Korea. Korut berdalih kalau serangannya ke wilayah selatan adalah untuk menangkap pasukan Korsel yang sebelumnya menyerang pasukan Korut dari balik garis perbatasan & kemudian melarikan diri. Namun, belakangan diketahui kalau serangan Korut ke Korsel sebenarnya sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari & mendapat izin dari Cina serta Uni Soviet. Hanya dalam waktu singkat, pasukan Korut berhasil mendesak mundur pasukan Korsel yang saat itu memang tidak siap.
Di luar Korea, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengutuk serangan Korut ke Korsel & meminta negara-negara anggotanya menyiapkan pasukan untuk membantu pihak Korsel. Niat PBB untuk mengintervensi Perang Korea lewat jalur militer sebenarnya bisa digagalkan oleh Uni Soviet sebagai salah satu anggota DK PBB yang mmegang hak veto. Namun, Uni Soviet memilih untuk memboikot sidang PBB pada periode itu karena PBB lebih memilih untuk menempatkan Taiwan alih-alih Cina sebagai anggota DK tetap PBB.
Tak lama setelah muncul resolusi dari PBB, ada 21 negara yang bersedia mengirimkan personil militernya ke dalam pasukan PBB. Ke-21 negara tersebut adalah Amerika Serikat (AS), Inggris Raya, Afrika Selatan, Australia, Belgia, Denmark, Ethiopia, India, Italia, Kanada, Norwegia, Perancis, Filipina, Kolombia, Yunani, Luxemburg, Belanda, Selandia Baru, Swedia, Thailand, & Turki. Dari sekian banyak negara tersebut, negara yang paling banyak menyumbangkan personil militernya adalah AS. Pemimpin dari pasukan koalisi PBB juga merupakan orang berkebangsaan AS, yaitu Jenderal Douglas McArthur.
Pasukan koalisi PBB akhirnya tiba di Semenanjung Korea pada awal bulan Juli 1950. Masuknya pasukan PBB langsung mengubah arah pertempuran secara drastis. Jika sebelumnya pasukan Korut bisa terus bergerak ke sebelah selatan Semenanjung Korea nyaris tanpa kendala berarti, sesudah pasukan PBB ikut campur pasukan Korut tidak bisa lagi melanjutkan pergerakannya lebih jauh. Bahkan ketika memasuki bulan Oktober 1950, Korut berbalik menjadi pihak yang tertekan setelah pasukan PBB mengusir pasukan Korut keluar wilayah Korsel & mengejar mereka sampai ke wilayah Korut.
Pasukan Cina saat memasuki wilayah Korut. (Sumber)
Berbaliknya alur peperangan yang tidak lagi menguntungkan pihak Korut langsung menarik perhatian pihak Cina, negara tetangga sekaligus sekutu dari Korut. Maka pada akhir bulan Oktober 1950, Cina pun mengirim 200.000 prajuritnya ke Semenanjung Korea untuk membantu pihak Korut. Uni Soviet sebagai negara sekutu lain dari Korut juga ikut mengirimkan bantuan persenjaan ke pihak Cina & Korut, namun masih enggan mengirimkan pasukannya untuk terjun langsung di medan perang.
Ikut Campurnya Cina & Buntunya Alur Peperangan
Ikut campurnya pasukan Cina di medan perang membawa keuntungan besar bagi pihak Korut yang sukses mengusir pasukan gabungan Korsel & PBB keluar wilayah Korut di akhir tahun 1950. Memasuki awal tahun 1951, pasukan gabungan Cina & Korut bahkan kembali menjadi pihak penyerbu di mana pada periode tersebut, pasukan gabungan keduanya sukses menduduki kembali Seoul, ibukota dari Korsel. Salah satu kunci kesuksesan dari keberhasilan pasukan Cina & Korut adalah pemakaian suara-suara gong & terompet yang keras saat melakukan penyerbuan sehingga pasukan PBB merasa panik.
Bulan Maret 1951, pasukan gabungan Korsel & PBB sukses merebut kembali Korsel dari tangan pasukan komunis. Pada periode yang kurang lebih bersamaan, Cina meminta bantuan perlindungan dari udara ke pihak Soviet. Uni Soviet sendiri pada awal-awal perang sebenarnya kurang percaya pada kekuatan pasukan Cina & Korut sehingga enggan mengirim pasukan langsung ke medan perang. Namun setelah melihat bagaimana pasukan gabungan keduanya bisa membuat pihak lawan kerepotan, Uni Soviet akhirnya menyetujui permintaan Cina tersebut & mengirim 2 divisi pasukan udara serta 600 truk.
Bulan April 1951, presiden AS memecat Jenderal Douglas McArthur & mengangkat Jenderal Matthew Ridgway sebagai pemimpin pasukan PBB. Ada beberapa alasan kenapa pemecatan itu dilakukan. Pertama, McArthur salah memprediksi bahwa Cina tidak akan ikut campur dalam perang sehingga ia nekat mengirim pasukan untuk menyerbu masuk wilayah Korut. Kedua, dia tidak pernah terjun langsung ke Korea & hanya mengendalikan pasukan dari Tokyo, Jepang. Dan terakhir, McArthur ngotot menyerang Cina & menjatuhkan bom nuklir di Korut untuk mengakhiri perang - sesuatu yang tidak diinginkan oleh presiden AS.
Masih di bulan Maret 1951, Cina kembali melakukan penyerbuan dengan pasukan berjumlah 700.000 personil. Awalnya pasukan Cina berhasil menerobos garis perbatasan Korut-Korsel & mendekati ibukota Seoul. Namun memasuki bulan Mei, pergerakan mereka berhasil ditahan oleh pasukan AS yang kemudian sukses mengusir pasukan Cina keluar wilayah Korsel. Pasca pertempuran tersebut, perang masih tetap berlangsung, namun hanya terjadi sedikit pergeseran di garis depan karena kedua belah pihak lebih memilih untuk menggelar taktik defensif demi mencegah jatuhnya wilayah mereka ke tangan musuh.
Buntunya situasi di garis depan lantas membuat kedua belah pihak mulai menempuh jalur negosiasi untuk menemukan solusi mengakhiri perang. Perundingan pertama digelar pada bulan Juli 1951. Namun selama perundingan berlangsung, perang masih tetap berjalan. Bulan Juli 1953, gencatan senjata hingga batas waktu yang tidak ditentukan akhirnya berhasil dicapai oleh kedua belah pihak & Perang Korea pun berakhir tanpa pemenang yang jelas. Pasca dicapainya gencatan senjata, wilayah kekuasaan Korut mengalami sedikit penyusutan jika dibandingkan dengan saat sebelum perang.