Bacaan Perang "SEJARAH PERANG DUNIA II - AKHIR SEBUAH TIRANI PART 1"
http://massandry.blogspot.com
Sejak Juni 1940, Inggris harus bertahan sendirian dalam menghadapi keperkasaan angkatan perang Jerman. Inggris menyaksikan sendiri, bagaimana angkatan bersenjata Jerman yang perkasa itu mencaplok Austria, merobohkan Cekoslovakia, kemudian menghancurkan Polandia, meruntuhkan Denmark dan Norwegia, melindas Belanda, Belgia, dan Luksemburg, serta bagaimana cara Jerman memberangus sekutu karibnya dengan sangat tragis, Perancis.
Ditambah lagi, pada 10 Juni 1940, Italia menyatakan perang terhadap Inggris dan Perancis. Ini bukan masalah besar, hanya tinggal menunggu waktu hingga Italia runtuh dengan sendirinya.
Pada 5 Juli, pemerintah Perancis Vichy memutuskan hubungan diplomatik dengan Britania Raya dan Irlandia Utara (United Kingdom). Masalah besarnya adalah, bagaimana kalau Jerman sampai berpikir untuk menyerang Kepulauan Inggris. Hanya Selat Inggris yang memisahkan Inggris dengan Eropa Daratan, yang mana hampir seluruhnya telah dikendalikan Nazi Jerman yang tengah menjalankan holocaust.
Lagi-lagi, Inggris masih sendirian, bahkan Amerika Serikat dan Uni Soviet masih belum terlibat. Australia, Selandia Baru, dan India yang menjadi sekutu Inggris pun, masih sibuk menghadapi ekspansi Jepang. Irlandia yang masih meributkan sengketa wilayah di Irlandia Utara, tak akan sudi membantu, dan Semenanjung Hispanik telah netral.
Pada 10 Juli 1940, ketakutan Inggris terbukti. Jerman dengan angkatan lautnya mencoba menyeberangi Selat Inggris. Usaha Jerman ini selalu gagal, karena angkatan laut Inggris terlalu kuat. Meskipun Jerman mengerahkan hampir semua kapal selamnya, namun semua seperti percuma.
Inggris menyadari kapal-kapal perang yang ia buat bersama Perancis, yang kini telah takluk, akan menjadi ancaman bagi dirinya. Sebab kapal perang itu kini ada di tangan Perancis, tepatnya di salah satu tanah jajahan Perancis yaitu di Algiers, Aljazair.
Sebelum Jerman menyadari keberadaan kapal tersebut, dan sebelum pemerintah Perancis Vichy benar-benar berkhianat, Inggris bersama Royal Air Force (RAF), angkatan udara Kerajaan Inggris, menyerbu pangkalan angkatan laut kolonial Perancis di Algiers, Aljazair.
Serangan tersebut sukses menenggelamkan seluruh kapal yang dianggap berbahaya bagi Inggris, hal itu jelas menggambarkan bagaimana suksesnya dan betapa kejamnya Inggris membantai mantan sekutu karibnya itu.
Merasa terkhianati, Perancis Vichy merencanakan untuk bergabung bersama Jerman untuk mencaplok Inggris, tetapi Petain menolak. Dia mengatakan, "Sudah cukup satu kekalahan dan tak akan ada lagi hal serupa."
Keinginan untuk menjajah Inggris akhirnya ditunda oleh Hitler. Dia merasa Inggris akan jatuh dengan sendirinya, apabila dia berhasil membombardir daratannya. Dengan angkatan udara-nya yang kuat, Luftwaffe, Jerman memulai aksinya mengebom kota-kota penting di Inggris, yaitu London, Portsmouth, serta kota-kota lainnya.
Seketika Inggris menderita kehancuran besar, tetapi masih berani dengan nyali yang tersisa untuk membalas dengan membombardir Bremen dan Dresden. RAF yang selama ini menjadi rival abadi Luftwaffe, mau tak mau harus mengakui, bahwa mereka memang benar-benar imbang.
Pertempuran di Selat dan daratan Inggris ini disebut Battle of Britain (Pertempuran Britania). Blitzkrieg di daratan Inggris berlangsung pada 7 September 1940 dan menghancurkan sebagian besar London, termasuk daerah East End. Kehancuran juga terjadi di Glasgow, Coventry, dan Portsmouth.
Sehari sebelum Battle of Britain, Italia yang masih menjajah Libya mencoba menginvasi Mesir yang dikuasai Inggris. Melalui pesisir utara, tentara Italia menyeberangi perbatasan dan mulai mengadakan penyerangan menuju Kairo. Tujuannya adalah mengambil alih Terusan Suez yang vital, yang bisa melumpuhkan ekonomi Inggris.
Namun, Italia justru mengalami kemalangan. Pasukan Inggris yang dibantu tentara pelarian Perancis di bawah pemerintahan darurat di London, malah menyerang balik dan Italia terpukul mundur kembali ke Libya.
Invasi Italia atas Mesir gagal pada 16 September 1940. Di saat bersamaa, Inggris dan Perancis berhasil mengambil sebagian wilayah utara Libya dan Italia mulai terdesak mundur.
Ini merupakan kekalahan Italia yang untuk kali pertamanya, setelah sebelumnya berhasil menang atas Abessynia dan Albania. Italia segera membuat Front Sidi Barrani Timur yang diharapkan mampu membendung kekuatan Inggris di Libya. Tapi sekali lagi, ini tak berfungsi sama sekali.
Melihat kesuksesan Jerman, Italia jadi semakin termotivasi dan tak pantang menyerah, meski sudah mengalami kekalahan di Afrika Utara. Dengan semangat membara, Mussolini memutuskan untuk menyerbu Semenanjung Balkan lebih dalam lagi, yaitu dua negara besar, Yugoslavia dan Yunani.
Italia menyerbu masuk ke dalam Yunani pada 28 Oktober 1940. Meski begitu, tentara Italia harus menerima, bahwa dirinya dihabisi oleh pasukan gabungan Yunani dan Yugoslavia yang disokong oleh Inggris. Italia bahkan lari terbirit-birit kembali ke Albania, karena dikejar-kejar calon mangsanya sendiri.
Pasukan Yunani, Yugoslavia, dan Inggris bahkan bisa menyerang balik dan mendesak pertahanan Italia di Albania. Italia benar-benar gagal total dalam menginvasi seluruh Balkan pada Maret 1941. Melihat sekutunya dipermalukan dengan sangat tak terhormat, Jerman dengan baik hati mengirim bala bantuan yang langsung mendapat kemenangan kembali atas Albania.
Di Afrika Utara, perang terus berlanjut antara Italia yang lemah melawan Inggris, Perancis, Australia, Mesir, Selandia Baru, dan, kemudian Amerika Serikat sejak Desember 1941.
Pasukan Sekutu menyerang dari timur, merebut Tobruk pada 22 Januari, setelah sebelumnya berhasil mengambil Bardia. Pada 6 Februari, kota Benghazi direbut oleh Sekutu dan Italia mulai kewalahan menghadapi pemberontakan rakyat Libya yang mulai merasa kolonial Italia sudah semakin lemah.
Tripoli yang dijadikan ibukota kolonial pun, mengalami kerusuhan yang hebat. Melihat hal ini, lagi-lagi Jerman berbaik hati dan segera datang membantu di bawah komando Jenderal Erwin Rommel yang dijuluki "serigala padang pasir".
Setelah menduduki Albania kembali dengan sukses, Jerman dan Italia berencana mendapatkan Yugoslavia, negara terbesar di Semenanjung Balkan. Invasi atas Yugoslavia diberi nama Operasi 25 (Operation 25), yang dimulai pada 6 April 1941. Bersamaan dengan itu, Operasi Marita (Operation Marita) juga dilancarkan, yaitu serangan Jerman terhadap Yunani. Yugoslavia jatuh pada 17 April 1941 dan Yunani menyusul sepuluh hari setelahnya.
Dengan dikalahkannya Yugoslavia, Jerman dan Italia memecah-mecah negara tersebut menjadi tiga, yaitu negara independen Kroasia, negara boneka Serbia yang dikendalikan oleh Jerman, dan Montenegro yang menjadi negara protektorat Italia.
Di Yunani, bendera swastika Nazi mulai berkibar sejak Athena dirampas pada 27 April 1941. Tentara Inggris yang beroperasi di Yunani mencoba melarikan diri ke Pulau Kreta. Melalui Operasi Merkur (Operation Merkur), pasukan Jerman membersihkan Pulau Kreta dari sisa-sisa tentara Inggris dan memaksanya lari tunggang langgang menyelamatkan diri ke Pulau Malta di Laut Mediterania.
Turki, bekas sekutu Jerman dalam Perang Dunia I (PD I), yang juga memiliki wilayah kecil di Semenanjung Balkan, segera mengerahkan pasukannya agar Jerman dan Italia tidak bergerak lebih jauh lagi menuju Istanbul.
Operasi Merkur dijalankan begitu Hitler menghentikan Battle of Britain pada Mei 1941, ketika Jerman merasa perang tersebut tak menghasilkan apa-apa, akan tetapi Inggris diuntungkan berkat keputusan Hitler itu.
RAF, meski kuat, tetapi benar-benar sudah habis-habisan saat itu. Jika seandainya Jerman bersabar sedikit saja dan meneruskan perang, maka tak akan ada lagi masa depan bagi Kerajaan Inggris.
Pada Juni 1941, Angkatan Darat Australia dan Sekutu, menginvasi Suriah dan Lebanon, merebut Damaskus pada 17 Juni 1941. Di Irak, terjadi penggulingan kekuasaan atas pemerintah yang pro-Inggris oleh kelompok Rashid Ali yang pro-Nazi.
Pemberontakan di dukung oleh Mufti Besar Jerusalem, Haji Amin al-Husseini. Karena garis belakangnya terancam, Inggris mengirimkan bala bantuan dari India dan menduduki Irak. Pemerintahan pro-Inggris kembali berkuasa, sementara Rashid Ali dan Haji Amin al-Husseini melarikan diri ke Iran.
Tetapi kemudian pasukan Inggris yang dibantu Uni Soviet, menyerbu Iran dan menggulingkan rezim shah Iran yang pro-Nazi. kedua tokoh itu kemudian menyelamatkan diri ke Eropa melalui Turki, di mana mereka lalu bekerja sama dengan Hitler untuk menyingkirkan orang Inggris dan Yahudi.
Uni Soviet sudah tak ingin lagi terlibat lebih jauh dalam perang. Setelah puas melumat Finlandia, Stalin kini bisa duduk-duduk dengan santai di kursi kekuasaannya. Ia masih saja bermimpi membagi Eropa bersama Jerman, tetapi mimpinya itu pupus di tengah jalan, ketika Operasi Barbarossa dimulai pada 22 Juni 1941, tiga minggu setelah Operasi Markur berakhir.
Tetapi pada kenyataannya, kedua belah pihak sama sekali tak berniat memenuhi pakta yang telah mereka tanda tangani pra-jatuhnya Polandia. Hitler hanya ingin Stalin diam, sementara dia menggilas Eropa Barat, dan sebaliknya Stalin ingin Hitler bungkam sementara, dia membangun tentara untuk mempertahankan wilayahnya yang paling barat, yakni Polandia bagian timur dan Ukraina.
Stalin tahu pasti, cepat atau lambat Hitler akan tergoda untuk menyerang Uni Soviet yang begitu luas, yang dianggap tambang emas sebenarnya oleh Nazi Jerman. Akan tetapi dia tak mengira Hitler akan sudi terlibat dalam banyak pertempuran untuk waktu yang relatif dekat.