Wednesday, September 11, 2013

Bacaan Perang "SEJARAH PERANG SIPIL DI AMERIKA SERIKAT"

http://massandry.blogspot.com
Sejarah Perang Sipil Amerika Serikat
Amerika Serikat. Itulah nama dari sebuah negara besar yang terletak di Benua Amerika Utara. Ada banyak hal yang membuat negara tersebut bisa termahsyur di hampir setiap penjuru dunia. Mulai dari kemajuan teknologinya, budaya pop modernnya, popularitas para tokohnya, keberagaman penduduknya, pengaruh pentingnya dalam sejarah dunia, & lain-lain. Namun di luar semua kehebatannya tersebut, Amerika Serikat ternyata juga punya sisi gelap dalam sejarahnya karena di masa lalu, penduduknya pernah saling bunuh dalam peristiwa yang dikenal sebagai "perang sipil Amerika Serikat".

Perang sipil Amerika Serikat (American civil war) adalah perang saudara yang terjadi di Amerika Serikat (AS) pada tahun 1861 hingga 1865. Perang tersebut terjadi antara pemerintah pusat AS (biasa disingkat Serikat / Union) yang bertikai melawan Konfederasi Amerika (Confederate States), negara pecahan AS yang didirikan oleh negara-negara bagian selatan AS yang mendukung praktik perbudakan kulit hitam. Akibat perang tersebut, lebih dari setengah juta rakyat AS kehilangan nyawanya & kondisi negara tersebut - utamanya bagian selatan - sempat porak poranda.

Perang sipil AS menjadi salah satu perang paling berpengaruh dalam sejarah peperangan di era modern karena taktik & teknologi yang digunakan dalam perang ini nantinya diadopsi oleh para pelaku perang di belahan dunia lain, khususnya Perang Dunia I. Sebagai contoh, perang sipil AS adalah perang pertama di mana metode parit sebagai garis pertahanan & taktik perang total digunakan. Teknologi-teknologi modern pada masa itu seperti telegram, jalur kereta api, & kapal uap juga banyak digunakan selama perang & berperan besar dalam menentukan alur serta hasil akhir dari peperangan.

LATAR BELAKANG
Di abad ke-19, berdasarkan kondisi sosial ekonominya, AS bisa dibagi ke dalam 2 wilayah : wilayah utara yang sektor industri serta infrastruktur modernnya berkembang pesat & wilayah selatan yang relatif lebih tertinggal serta masih menggantungkan dirinya pada sektor pertanian, khususnya kapas. Di wilayah selatan inilah terdapat budak-budak kulit hitam yang dimiliki & diperkerjakan oleh para petani kaya setempat untuk membantu menggarap lahan pertanian. Dari segi taraf hidup & budaya, wilayah utara juga dianggap lebih makmur & lebih liberal ketimbang wilayah selatan yang dianggap lebih tradisional & lebih kolot.

Kondisi sosial di AS pada abad ke-19 lantas memunculkan istilah "negara bagian bebas" (free states) untuk wilayah utara & "negara bagian budak" (slave states) untuk wilayah selatan. Akibat kritik & penolakan yang diperlihatkan wilayah utara terhadap praktik perbudakan di wilayah selatan, hubungan antara masyarakat kedua wilayah pun mulai menegang. Ketegangan antara kedua wilayah semakin menjadi-jadi ketika pada tahun 1819, daerah Missouri ingin menjadi negara bagian AS yang baru. Masalah muncul ketika terjadi perbedaan pendapat mengenai apakah Missouri sebaiknya diterima sebagai negara bagian bebas atau negara bagian budak.

Sekedar info, di AS saat itu terdapat 11 negara bagian bebas & 11 negara bagian budak. Jika Missouri diterima sebagai negara bagian bebas, maka negara-negara bagian bebas akan menjadi kubu mayoritas dalam parlemen nasional & bisa mengancam kepentingan negara-negara bagian budak dalam parlemen nasional. Hal yang sebaliknya akan terjadi kalau Missouri diterima sebagai negara bagian budak. Belakangan, masalah soal status Missouri akhirnya terselesaikan setelah pada tahun 1821, daerah Maine di sebelah utara menjadi negara bagian bebas yang baru, sementara Missouri diterima sebagai negara bagian budak.

Memasuki tahun 1830-an, suara-suara yang menginginkan penghapusan aktivitas perbudakan semakin banyak seiring dengan menjamurnya gerakan abolisionisme di negara-negara bagian utara. Penolakan terhadap aktivitas perbudakan semakin gencar menyusul terbitnya novel berjudul "Uncle Tom's Cabin" di tahun 1852 yang bercerita tentang penderitaan seorang budak kulit hitam. Wilayah selatan lantas merespon fenomena penolakan perbudakan tersebut dengan mengancam akan memerdekakan diri bila perbudakan sampai dihapuskan. Akibatnya, masalah perbudakan pun berkembang menjadi masalah sosial politik yang kompleks & dilematis.

Bulan November 1860, Abraham Lincoln yang selama ini getol menenentang praktik perbudakan terpilih sebagai presiden AS yang baru. Terpilihnya Lincoln lantas dianggap sebagai sinyal bahaya bagi negara-negara bagian budak yang ingin mempertahankan praktik perbudakan di wilayahnya. Maka, tidak lama setelah Lincoln memenangkan pemilu, 7 negara bagian di wilayah selatan - Carolina Selatan, Mississippi, Florida, Alabama, Georgia, Louisiana, & Texas - memisahkan diri dari AS & mendirikan negara baru yang bernama "Konfederasi Amerika" (Confederate States of America). Setahun kemudian atau tepatnya pada Bulan Mei 1861, negara Konfederasi menetapkan Richmond, Virginia, sebagai ibukotanya.

BERJALANNYA PERANG

Front Timur (1861 - 1863)
Walaupun negara Konfederasi sudah berdiri sejak tahun 1860, perang baru meletus pada tanggal 14 April 1861 setelah pada tanggal tersebut, pasukan Konfederasi berhasil menduduki Benteng (Fort) Sumter, Carolina Selatan. Jatuhnya Benteng Sumter ke tangan pasukan Konfederasi lantas diikuti dengan bergabungnya negara bagian Arkansas, Tennessee, Virginia, & Carolina Utara ke dalam Konfederasi sehingga sekarang, total ada 11 negara bagian yang menjadi anggota Konfederasi. Di pihak lawan, kemenangan pasukan Konfederasi direspon oleh Presiden Lincoln dengan memerintahkan perekrutan relawan perang besar-besaran & blokade di sekitar wilayah Konfederasi.

Bulan Juli 1861, pertempuran berskala besar antara pasukan AS (Serikat) dengan Konfederasi akhirnya pecah di Sungai Bull Run, selatan ibukota Washington, yang berakhir dengan kemenangan pasukan Konfederasi sehingga pasukan Serikat yang selamat terpaksa mundur ke ibukota. Terhenyak dengan kekalahan tersebut, parlemen AS pun mengeluarkan resolusi yang menyatakan bahwa perang melawan Konfederasi dilakukan bukan untuk menghapus perbudakan, melainkan untuk menjaga keutuhan negara. Harapannya, resolusi tersebut akan membuat negara-negara bagian budak yang masih menjadi bagian dari Serikat mengurungkan niatnya untuk bergabung dengan Konfederasi.

Bulan Maret 1862, pasukan Serikat yang berkekuatan 100.000 personil memulai "Kampanye Semenanjung" (Peninsular Campaign), serangan besar-besaran yang ditujukan untuk merebut Richmond, ibukota dari Konfederasi, lewat semenanjung yang diapit oleh Sungai York & Sungai James yang terletak di pantai barat Konfederasi. Awalnya pasukan Serikat sukses melaju hingga tinggal berjarak beberapa kilometer dari Richmond. Namun, pada akhirnya keinginan pasukan Serikat untuk menguasai Richmond gagal terwujud setelah mereka berhasil dikalahkan oleh pasukan Konfederasi dalam pertempuran yang berlangsung selama 7 hari di akhir bulan Juni 1862.

Kegemilangan pasukan Konfederasi di medan perang front timur masih berlanjut ketika di akhir Agustus 1962, mereka kembali terlibat pertempuran dengan pasukan Serikat di Sungai Bull Run. Dalam pertempuran tersebut, pasukan Konfederasi pimpinan Robert E. Lee secara cerdik memecah diri mereka menjadi 2 di mana sebagian dikirim untuk merebut gudang senjata lawan & memaksa pasukan Serikat untuk mengkonsentrasikan perhatiannya ke sana, sementara sebagian lainnya yang berjumlah lebih banyak baru menampakkan diri sehari kemudian untuk melakukan serangan mendadak yang sukses memaksa sisa-sisa pasukan Serikat yang kekuatannya sudah menurun untuk mundur kembali ke Washington.

Sukses memukul mundur pasukan Serikat di Sungai Bull Run, pasukan Konfederasi pimpinan Lee melanjutkan pergerakannya pada bulan September 1862 & berencana menyerbu Maryland dengan menyebrangi Sungai Potomac. Namun saat baru berada di anak sungai Antietam, pasukan Konfederasi dicegat oleh pasukan Serikat sehingga pertempuran sengit pun tak terelakkan. Total, ada 23.000 korban jiwa yang timbul akibat pertempuran tersebut sehingga hari terjadinya pertempuran di Antietam menjadi hari paling berdarah dalam sejarah AS. Namun berkat pertempuran di Antietam pula, invasi pasukan Konfederasi ke Maryland gagal terwujud & popularitas Lincoln menanjak sehingga ia bisa mengumandangkan Proklamasi Emansipasi mengenai pembebasan budak di seluruh wilayah AS.

Awal Juli 1863 adalah salah satu periode yang paling berdarah dalam perang sipil AS karena pada periode itu, terjadi pertempuran di Gettysburg, Pennsylvania. Awalnya pasukan Konfederasi ingin mencaplok Pennsylvania untuk mengancam kedudukan Washington & mendapatkan pengakuan diplomatis dari negara-negara Eropa, namun di sana pihak Konfederasi mendapatkan perlawanan sengit dari pasukan Serikat. Setelah melalui pertempuran sengit selama 3 hari, pasukan Konfederasi terpaksa mundur dengan menanggung korban tewas 28.000 orang. Akibat pertempuran di Gettysburg pula, pasukan Konfederasi tidak bisa lagi melakukan invasi skala besar ke wilayah utara.

Front Barat (1861 - 1863)
Fokus utama dari pertempuran-pertempuran di front barat adalah daerah sekitar Sungai Mississippi karena sungai yang bisa dilayari tersebut sangat vital sebagai jalur transportasi menuju Samudera Atlantik. Bulan Agustus 1861, pasukan Serikat berhasil dikalahkan di tepi Anak Sungai Winson oleh pasukan Konfederasi yang berjumlah 2 kali lebih banyak. Namun, kegemilangan pasukan Konfederasi tidak bertahan lama setelah mereka mengalami kekalahan di Arkansas pada bulan Maret 1862 sehingga negara bagian Missouri tetap berada di bawah kendali pihak Serikat.

Bulan April 1862, pasukan Serikat berhasil menguasai New Orleans tanpa perlawanan berarti sehingga pihak Serikat kini memiliki kontrol penuh atas Sungai Mississippi - minus daerah muara sungai hingga kota Vicksburg karena adanya benteng milik pihak Konfederasi di kota tersebut. Pertempuran yang jauh lebih berdarah sendiri terjadi di Shiloh, Tennessee, pada awal bulan yang sama. Dalam pertempuran di Shiloh, pasukan Serikat awalnya berada dalam posisi terdesak karena tidak menyangka akan mendapatkan serangan mendadak dari pihak Konfederasi. Namun datangnya bala bantuan membuat pihak Serikat akhirnya bisa memenangkan pertempuran yang memakan korban tewas 23.000 jiwa di kedua belah pihak tersebut.

Nasib baik masih menaungi pihak Serikat setelah pada bulan Desember 1862, pasukan Serikat berhasil mengalahkan pasukan Konfederasi di dekat Fayetteville, Arkansas. Kendati demikian, pasukan Serikat masih belum berhasil menaklukkan Vicksburg yang terletak di tepi timur Sungai Mississippi walaupun sudah melakukan penyerangan berkali-kali dari arah utara. Pihak Serikat lantas melakukan modifikasi taktik dengan cara menyelinap ke sebelah selatan Vicksburg dari tepi barat Sungai Mississipi & memutus jalur logistik kota tersebut sejak permulaan Mei 1862. Hasilnya, pasukan Konfederasi di Vicksburg mengibarkan bendera putih pada bulan Juli 1862 & seluruh Sungai Mississippi kini dikuasai oleh pihak Serikat.

Bulan November 1863, pasukan Serikat kembali menorehkan catatan emas setelah berhasil mengalahkan pasukan Konfederasi di Chattanooga yang terletak di tepi Sungai Tennessee, negara bagian Tennessee. Dalam pertempuran tersebut, pasukan Serikat melakukan serangan dari arah utara serta selatan sekaligus & sukses mendesak mundur pasukan Konfederasi ke negara bagian Georgia yang terletak di sebelah tenggara Tennessee. Dengan kemenangan dalam pertempuran di Chattanooga, seluruh wilayah Tennessee kini berada di bawah kendali pihak Serikat & jalur penyerbuan menuju Georgia serta Virginia - lokasi dari Richmond, ibukota Konfederasi - menjadi terbuka lebar.

Fase Akhir Peperangan (1864 - 1865)
Berkat kegemilangannya memimpin pasukan Serikat memenangkan pertempuran-pertempuran di front barat, Lincoln mengangkat Ulysses S. Grant sebagai pemimpin militer tertinggi pihak Serikat pada permulaan tahun 1964 untuk menaklukkan sisa-sisa wilayah Konfederasi. Grant kemudian mengajukan ide mengenai perang total (total war), yaitu taktik menghancurkan bangunan-bangunan penting milik pihak Konfederasi seperti rumah, lahan pertanian, & jalan raya untuk mengalahkan pihak Konfederasi sepenuhnya sehingga mereka tidak bisa lagi bangkit melawan. Rencana perang Grant tersebut lantas dikenal sebagai "Grant's Overland Campaign" (Kampanye Lewat Darat Milik Grant).

Rencana perang total Grant dimulai dengan mengirimkan pasukan Serikat untuk melakukan serangan kilat lewat Wilderness, Virginia, pada awal Mei 1864. Namun, pasukan Konfederasi bergerak cepat & sukses memukul mundur pasukan Serikat di Wilderness. Grant lalu memerintahkan pasukannya bergerak ke Spotsylvania, namun pasukan Serikat kembali berhasil dipukul mundur oleh pasukan Konfederasi yang tiba di sana lebih dulu. Masih belum kapok, Grant kemudian menggerakkan pasukannya ke Cold Harbor yang lokasinya dekat dengan ibukota Richmond, namun pasukan Serikat lagi-lagi berhasil dipukul mundur dengan jumlah korban tewas lebih dari 12.000 orang.

Beralih ke sebelah selatan, pasukan Serikat yang berkekuatan 110.000 orang melakukan penyerbuan ke Georgia pada awal Mei 1864. Di sana, pasukan Serikat banyak melakukan taktik serangan sembunyi-sembunyi untuk menekan jumlah korban tewas. Perlahan tapi pasti, pasukan Serikat semakin dekat dengan kota Atlanta & berhasil memutus jalur logistik kota tersebut. Merasa putus asa, pihak Konfederasi lalu membumi hanguskan kota Atlanta & meninggalkannya pada bulan September. Memasuki bulan Desember, giliran kota pesisir Savannah yang jatuh ke tangan pasukan Serikat. Berkat rentetan keberhasilan pasukan Serikat tersebut, popularitas Lincoln meroket sehingga ia sukses memenangkan pemilu presiden di tahun yang sama.

Tahun berganti, Konfederasi semakin terdesak karena kini Virginia menjadi satu-satunya negara bagian yang masih berada di bawah kendali mereka. Robert E. Lee naik menjadi pemimpin militer tertinggi pihak Konfederasi, namun hal tersebut tidak banyak mengubah alur peperangan. Hal tersebut bisa dilihat pada awal April 1865 di mana kota Petersburg & ibukota Richmond jatuh ke tangan pasukan Serikat yang sudah melakukan pengepungan di sekitar Petersburg sejak bulan Juni 1864. Lee & para pengikutnya yang masih tersisa lantas melarikan diri ke arah barat, namun ia juga sadar bahwa pasukan Konfederasi tidak akan sanggup bertempur lebih lama lagi.

Tanggal 9 April 1865, Lee pergi ke desa Appomattox, Virginia, untuk menyerah tanpa syarat. Menyerahnya Lee lantas diikuti dengan menyerahnya jenderal-jenderal pasukan Konfederasi yang lain di mana jenderal Stand Watie menjadi jenderal pasukan Konfederasi terakhir yang menyerah, tepatnya pada tanggal 23 Juni 1865. Dengan menyerahnya jenderal-jenderal Konfederasi, perang sipil AS pun berakhir dengan kemenangan pihak Serikat & negara-negara bagian anggota Konfederasi kembali menjadi bagian dari AS. Sayang, berakhirnya perang sipil AS juga diwarnai dengan insiden tewasnya Presiden Lincoln akibat dibunuh oleh John Wilkes Booth pada tanggal 14 April 1865.

KONDISI PASCA PERANG
Perang sipil AS adalah perang paling berdarah dalam sejarah AS karena jumlah korban tewas yang mencapai lebih dari 600.000 jiwa. Sementara mereka yang terluka di medan perang namun masih hidup banyak yang harus kehilangan anggota badannya. Salah satu penyebab tingginya korban tewas adalah akibat masih banyaknya penggunaan taktik dari era Perang Napoleon seperti berbaris & berlari ke arah pasukan musuh secara bersama-sama (charging) di medan perang. Padahal teknologi senapan di masa perang sipil AS sudah lebih berkembang yang ditandai dengan semakin tingginya akurasi senapan & ditemukannya senjata api yang bisa menembak secara berulang-ulang dengan jeda waktu singkat.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan pihak Serikat bisa memenangkan perang. Dari segi jumlah penduduk & kemajuan infrastruktur, kubu Serikat memang lebih unggul sehingga peluang mereka untuk memenangkan perang sejak awal memang lebih besar. Selama perang sipil, pihak Serikat juga melakukan blokade di sekitar wilayah Konfederasi sehingga pihak Konfederasi tidak bisa mengekspor kapas yang notabene merupakan komoditas ekonomi andalannya. Pihak Konfederasi sendiri awalnya berharap Inggris akan membantu Konfederasi supaya suplai kapasnya tetap lancar. Namun faktanya, Inggris menolak untuk membantu pihak Konfederasi karena menolak praktik perbudakan & masih melimpahnya stok kapas di Eropa serta daerah-daerah jajahan Inggris.

Sesuai keinginan Lincoln & para aktivitas abolisionis, aktivitas perbudakan akhirnya benar-benar dihapus secara resmi pada bulan Desember 1865 via Amandemen Ke-13 Konstitusi AS. Total, ada 4,7 juta budak kulit hitam yang dibebaskan semasa & sesudah perang sipil. Kendati demikian, tetap saja ada sejumlah orang yang tidak menyukai kebijakan pembebasan budak-budak kulit hitam. Imiran-imigran miskin dari Irlandia contohnya, menganggap orang-orang kulit hitam yang baru bebas sebagai saingan dalam mendapatkan pekerjaan. Di wilayah selatan, kelompok-kelompok ekstrimis anti kulit hitam juga bermunculan tak lama sesudang perang sipil berakhir, salah satunya Ku Klux Klan (KKK).

Perang sipil AS juga meninggalkan setumpuk masalah baru pasca perang. Beberapa di antaranya adalah porak-porandanya sebagian wilayah AS, anjloknya taraf kemakmuran penduduk wilayah selatan, & masih tingginya sentimen kebencian antara penduduk wilayah utara dengan selatan. Untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut, sejak perang berakhir hingga tahun 1867, AS memasuki periode yang dikenal sebagai era Rekonstruksi (Reconstruction). Sejumlah masalah berhasil diselesaikan selama periode tersebut, namun sebagian lainnya tetap tidak terselesaikan. Salah satu suara negatif bahkan menganggap kalau era Rekonstruksi tidak lebih sebagai upaya orang-orang di wilayah utara untuk membalas dendam & memperkuat dominasinya atas wilayah selatan.
 
RINGKASAN PERANG

1. Waktu & Lokasi Pertempuran
    - Waktu : 1861 - 1865
    - Lokasi : Amerika Serikat

2. Pihak yang Bertempur
    (Negara)  -  Amerika Serikat
        melawan
    (Daerah)  -  Konfederasi Amerika

3. Hasil Akhir
    - Kemenangan Amerika Serikat
    - Negara Konfedarasi Amerika dibubarkan

4. Korban Jiwa
    Sekitar 620.000 jiwa

Newer Post Older Post Home

Tokoh Islami "HABIB ABDURRAHMAN BIN ZEIN BIN ALI BIN AHMAD AL JUFRY"

http://massandry.blogspot.com Sayyidy al-Habib Abdurrohman bin Zein bin Ali bin Ahmad al-Jufri dilahirkan tahun 1938 di Semarang. Ayahand...

Blogger Template by Blogcrowds