Bacaan Perang "SEJARAH PERANG DUNIA II - AKHIR SEBUAH TIRANI PART 2"
http://massandry.blogspot.com
Akibat kelalaian Stalin yang belum juga menempatkan pasukan di perbatasan barat, lebih dari 3 juta serdadu Jerman menyeberangi perbatasan menuju wilayah Uni Soviet. Serangan tersebut hanya mengalami sedikit perlawanan. Hitler bahkan berhasil menduduki Ukraina dan merebut Kiev.
Banyak warga Ukraina yang menuntut kemerdekaan dari Uni Soviet, sehingga banyak yang membangkang dan bergabung dengan Jerman. Sasaran utama Hitler ada dua, menguasai kota Leningrad dan Moskow. Taktik Blitzkrieg digunakan lagi dalam pertempuran ini, dengan harapan mampu meraih kemenangan gemilang seperti yang sudah-sudah.
Tetapi kali ini berbeda. Jerman semakin terdesak, ketika mencoba memasuki Uni Soviet lebih dalam. Perlawanan besar terjadi beberapa mil di luar pintu gerbang ibukota Moskow. Pasukan Soviet yang kuat, yang sukses mengalahkan Finlandia, kini berhadapan langsung dengan pasukan negara yang telah menaklukkan Eropa Barat. Pertempuran habis-habisan akan dimulai, yang menjadi pertempuran paling berdarah di sepanjang sejarah.
Di Asia, Jepang berhasil menguasai sejumlah negara-negara di Kepulauan Pasifik. Hanya ada tiga musuh besar bagi Jepang, yakni Australia, India yang dikendalikan Inggris, dan Selandia Baru.
Pada 16 September 1940, RUU yang diajukan Presiden Amerika Serikat, Franklin Delano Roosevelt, tentang mobilisasi pasukan disetujui, dan ini membuat Jepang merasa terancam. Hanya ada dua pilihan bagi Jepang, menyerang terlebih dahulu dan menang atau menunggu hingga Amerika Serikat datang dan menentangnya.
Maka pada 7 Desember 1941, pangkalan militer Amerika Serikat di Hawaii, Pearl Harbor, dibombardir dan menenggelamkan empat ratus kapal Amerika Serikat. Anehnya, kapal-kapal penting dan kuat tidak ada di sana. Yang ada hanyalah kapal-kapal tua yang lemah, yang mungkin bisa tenggelam kapan saja tanpa diserang.
2403 orang meninggal, termasuk 68 warga sipil. Mereka seperti korban yang sudah disiapkan Roosevelt, agar memiliki alasan untuk ikut dalam pertempuran dalam Perang Dunia II (PD II) ini. Maka sehari setelahnya, Amerika Serikat dan Inggris menyatakan perang terhadap Jepang.
Sehari setelah menyerang Pearl Harbor, Jepang segera menyerbu Filipina yang juga dikuasai Amerika Serikat. Serangan bom menjadi awal penyerangan, dan berubah menjadi serangan darat dua minggu kemudian.
Pasukan Amerika Serikat dan Filipina mencoba mempertahankan wilayah, tetapi Jepang lebih kuat. Amerika Serikat yang dipimpin Jenderal Douglas McArthur tergusur. Langkah Jepang sangat gemilang, yang dapat disamakan dengan blitzkrieg Jerman.
Jerman melihat Jepang sebagai sebuah kekuatan besar di Asia yang dapat diandalkan. Angkatan perang Jepang berhasil dengan sukses menghajar pertahanan negara-negara kolonial Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat di Asia-Pasifik.
Hitler mencoba merangkul Jepang, dengan harapan dengan itu Jepang akan sudi membantunya dengan menyerang Uni Soviet dari timur, hal yang sebelumnya tak pernah dilakukan Tokyo. Hitler menggambarkan keinginannya bersekutu dengan Jepang melalui pernyataan perang dengan Amerika Serikat, hal yang ditentang banyak anggota Nazi.
Para jenderal memohon agar Hitler tidak melakukan hal tersebut. Mereka tak ingin berhadapan dengan dua legenda sekaligus, Amerika Serikat dan Uni Soviet. Pertempuran front timur sudah melelahkan, dan menambah-nambah front hanya akan mengukir nisan Nazi saja.
Akan tetapi Hitler ingin menjadi orang yang memutuskan. Akhirnya, pada 11 September 1941, Jerman dan Italia menyatakan perang terhadap Amerika Serikat dalam waktu hampir bersamaan.
Afrika Utara menjadi medan pertempuran yang panas. Jerman dan Italia berhasil mengembalikan wilayah yang semula direbut oleh Sekutu. Maroko, Tunisia, Aljazair, dan Sahara Barat yang menrupakan jajahan Perancis yang sudah runtuh, otomatis telah berada di bawah kontrol Jerman.
Dengan bala bantuan dari Jerman, Poros berhasil memasuki Mesir dan membuat Sekutu terdesak. Jepang di Asia berhasil merebut pulau-pulau Pasifik, seperti Pulau Guam dan Wake yang dikuasai Amerika Serikat.
Pada Maret 1941, ketika pertempuran di Rusia dan Afrika Utara semakin memanas, Jepang menyerbu Birma dan menguasainya. Jepang kemudian mulai terfokus pada Port Moresby di Papua Nugini, yang menjadi koloni Inggris.
Sekali lagi, Poros di Afrika Utara terjepit, karena Hitler tengah terfokus pada Uni Soviet dan tidak terlalu memperhatikan pertahanan di Afrika.
Jerman menyerahkan keamanan Laut Mediterania pada angkatan laut Italia yang berjaga-jaga di sepanjang perairan, dari Perancis hingga Tripoli, Libya. Italia berjaga-jaga dengan jumlah pasukan yang banyak, yang diyakini Mussolini tak akan berhasil ditembus Sekutu dengan usaha sekeras apapun.
Namun, kenyataannya lain. Kesalahan justru terjadi akibat kelengahan tentaranya. Angkatan Udara Kerajaan Inggris menyerbu Laut Mediterania dan menenggelamkan sebagian besar kapal-kapal Italia yang berpatroli di lautan. Serangan ini tak mampu ditahan Italia, karena tidak siaga.
Meski mendapat teguran dari Hitler, Mussolini dan Italia-nya memang tak bisa diandalkan sejak awal. Kemudian tak lama setelah itu gabungan angkatan udara Amerika Serikat dan Inggris menyerang angkatan laut Italia lagi, dan sekali lagi, angkatan laut Italia dapat dilumpuhkan secara total akibat ketidaksiagaan pasukannya.
Dalam keadaan putus asa dan semakin terdesak, Rommel meminta pengunduran dirinya pada Hitler, tetapi ditolak. Dia dipaksa melanjutkan pertempuran, bahkan hingga sebagian besar angkatan perang Italia telah lumpuh dan bantuan logistik telah diblokir, karena Laut Mediterania telah berhasil direbut Sekutu. Hitler lebih fokus pada Uni Soviet yang bertempur habis-habisan dengan persenjataan yang lebih hebat.
Di tahun yang sama, Jepang menyerbu Hongkong, koloni utama Inggris di China. Pasukan Inggris mencoba mempertahankan Pulau Hongkong, tetapi hasilnya sama saja. Pada 25 Desember 1941, bertepatan dengan hari Natal, seluruh Hongkong sudah jatuh ke tangan Jepang.
Hari Natal yang seharusnya disambut dengan bahagia, justru menjadi duka di pihak Inggris. Poros di Afrika Utara semakin babak belur. Kota Benghazi di Libya berhasil dikuasai oleh Inggris, dan Ajdabiya juga jatuh sehari setelahnya. Rommel mendapat pukulan hebat ketika harus menelan kekalahan di front El Agheila, Libya.
Pada 1 Januari 1942, bertepatan dengan tahun baru Masehi, Deklarasi Persatuan Bangsa-Bangsa ditandatangani oleh 26 negara. Sembilan belas hari kemudian, Konferensi Wannsee diadakan Nazi untuk membahas 'Solusi Akhir Pertanyaan Yahudi'.
Berdasarkan hasil konferensi itu, jutaan orang Yahudi mulai dieksekusi di kamp-kamp tahanan, holocaust sudah semakin merajalela di seluruh Jerman. Salah satu korban holocaust paling terkenal adalah Anne Frank, seorang Yahudi Belanda yang kemudian menulis buku harian pengalamannya selama di kamp. Bahkan, satu hal yang nyaris dilakukan Hitler, dia hampir mengubah nama Berlin menjadi Germania.
Rommel tetap bertahan setelah permintaan mundurnya ditolak Hitler. Dengan sukses dia mendapatkan kembali Ajdabiya pada 23 Januari dan Benghazi enam hari kemudian. Pasukan Jerman di tanah Rusia semakin terdesak. Jerman, yang berperan sebagai pasukan garis depan, mengandalkan Italia, Rumania, Hungaria, dan Bulgaria sebagai pasukan garis belakang.
Tapi itulah kesalahan paling fatal Hitler. Tanpa disadarinya, pasukan garis belakang yang dipimpin Italia mengalami kehancuran setelah diserang mendadak oleh Tentara Merah Soviet. Jerman mendapati dirinya terjebak tanpa perlindungan belakang, dan mereka tidak siap menghadapi musim dingin Rusia yang sangat kejam.
Pada Februari 1942, segelintir pasukan Jepang berhasil meluluhlantakkan pasukan Inggris yang berjumlah jauh lebih banyak di Singapura. Pulau Singapura dan sekitarnya jatuh ke tangan Jepang pada hari itu juga, yang menjadi kekalahan paling memalukan dalam sejarah angkatan bersenjata Inggris.