Tuesday, October 29, 2013

Fakta Dunia "PEMBERONTAKAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA TAHUN 1926 - PART 2"

http://massandry.blogspot.com


3. Perkara Cooperasi (kerja bersama) Internasional

Kaum buruh sedunia bersatulah!

Inilah seruan Manifesto Komunis lebih kurang 100 tahun lampau. Komintern adalah Badan Proletar revolusioner sedunia yang menjadi pelaksana seruan kaum buruh di bawah pimpinan Marx dan Enges tadi. PKI sebagai Seksi Komintern wajib menterjemahkan dan melaksanakan persatuan itu dalam suasana Indonesia dan dunia sekitarnya pada tahun 1926.

Adakah pimpinan PKI cukup memperhatikan hal itu?

Seandainya PKI belum menggabungkan diri dalam sesuatu badan Internasional sebagai Partai Komunis, sepatutnyalah dia lebih dahulu menduga keadaan di dalam dan di luar Indonesia kalau mengambil satu tindakan! Cara berpikir ialah Materialisme Dialektis. Menurut filsafatnya Materialisme Dialektis maka kodrat revolusioner dari masa murba itu turun naik dengan turun dan naiknya keadaan ekonomi. Di waktu krisis hebat memuncak, maka hebat memuncaklah pula keinsyafan, perasaan serta kemajuan kaum proletariat. Di masa ini mungkin kapitalis Internasional bercakar-cakar, pecah belah atau bermusuhan dan kekuatan proletariat dalam dan luar negeri lebih mudah dipersatukan. Inilah masanya buat proletariat sesuatu negeri buat mengadakan menurut kekuatan dalam dan luar! Sebaliknya di masa Hoch Konjuktur, di masa makmur, di masa produksi memuncak, di masa hampir semua kaum buruh mendapat pekerjaan, maka kendorlah keinsyafan, perasaan dan kemauan revolusioner itu di golongan proletariat sendiri kecuali pada sebagian kecil, ialah golongan pelopornya. Di masa semacam ini kapitalis Internasional sedang membagi-bagi untungnya dan proletariat di dalam dan di luar negeri lebih susah dipersatukan dan dikerahkan buat menyerang musuh bersama secara revolusioner. Bukahlah di masa makmur itu saat yang paling baik buat mengadakan serangan revolusioner terhadap kapitalisme. Aksi menambah gaji memanglah baik buat dijalankan. Tetapi semua aksi revolusioner biasanya kandas, karena kelemahan nafsu berkorban.

Bagaimanakah keadaan nasional dan internasional pada tahun 1926.

Kita ketahui bahwa krisis hebat mengamuk pada tahun 1918 sampai 1922. Pada tahun 1926 itu roda ekonomi sedang berputar menuju ke puncak kemakmuran. Tahun 1929 krisis mengamuk kembali di seluruh dunia. Hal ini tidak diharapkan pada tahun 1917-1922, tetapi hal ini benar terjadi. Hal ini di Rusia dirasa amat penting sekali. Berhubung dengan hal ini apakah revolusi dunia mesti didorong ataukah Rusia baik membelok dahulu ke perusahaan membangun. Inilah pertanyaan yang timbul dalam kepala tiap-tiap komunis di mana-mana terutama di Rusia. Mendorong revolusi dunia artinya mempersulit kedudukan Rusia di dunia Internasional dan membangunkan kembali semangat kapital dunia memblokir dan menyerang Soviet Rusia. Beginilah paham satu pihak di masa ini. kita masih ingat bagaimana "Surat Zinoviev" dipakai oleh kaum reaksioner Inggris buat memukul kaum kiri dalam pemilihan umum di Inggris. Pada masa itu Zinoviev, yang katanya mengirimkan surat pada kaum buruh Inggris, adalah ketua Komintern. Sekarang nyata pada kita, bahwa Partai Komunis Rusia tiada mengambil tindakan yang disangsikan hasilnya. Rusia membelok menukar ke lapangan membangun, ialah menjalankan Rencana Ekonomi 5 tahun. Ini dijalankan dengan jaya. Rencana Ekonomi 5 tahun sudah tentu membutuhkan damai buat pertukaran barang dengan dunia kapitalis. Rusia menjual minyak dan gandum dan membeli mesin dari negara kapitalis. Tuduhan dunia kapitalis bahwa Komintern adalah alat pemerintah Rusia selalu dijawab: bahwa Komintern adalah satu Badan yang terpisah dari Pemerintah Soviet Rusia.

Adakah PKI memperhatikan keadaan Internasional di masa itu?

Saya tak mendengar hal itu diperundingkan di rapat manapun juga. Juga tiada dikaji masak-masak ataupun diperundingkan keadaan ekonomi di dalam negeri. Sudah diketahui sekarang bahwa hampir semua pabrik gula pada tahun 1926 dibuka kembali. Kebon getah, teh, kopi, kina, palm-olie (minyak sawit), tembakau dll, serta tambang emas, intan, timah dan minyak sedang asyik bekerja mengeluarkan hasil bertimbun-timbun. Kereta dan kapal sedang giat mengangkut hasil kapitalis melimpah-limpah. Sebagian besar proletariat tanah dan mesin bisa bekerja dengan upah yang menghidupkan mereka sebagai kuli. Bukanlah pada masa ini memuncaknya keinsyafan, perasaan dan kemauan proletariat buat diorganisir dan dikerahkan menyerang kapitalisme Belanda yang pada saat itu tentulah siap buat dibantu oleh kapital Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat di sekitar dunia.

Saya selalu mendapat laporan dari PKI di masa ini! Almarhum Aliarcham, ketua PKI selambat-lambatnya seminggu sekali melaporkan aktivitasnya, usahanya partai di mana saja saya berada. Demikian pula saudara Sekretaris Partai di masa itu. Tetapi sebelumnya surat Putusan Prambanan itu dikirimkan kepada saya, tiadalah ada satu patah katapun diarahkan kepada perundingan buat memeriksa kemungkinan sesuatu percobaan revolusi langsung di bawah bendera PKI sebagai seksi Komintern. Tiba-tiba saya menerima Putusan Prambanan dan undangan ke Moskow buat meminta bantuan. Malangnya pula beberapa hari sebelumnya saya menerima surat "undangan" itu saya menerima surat bahwa Almarhum Aliarcham sudah ditangkap dan dibuang.

Almarhum Aliarcham di masa itu baru sedikit umurnya di atas 20 tahun. Dia ingin keluar berjumpa dengan saya. Laporannya kepada saya membuktikan kecerdasan dan semangat revolusioner yang menyala-nyala. Bukti pula menyatakan, bahwa sikap komunis ada padanya, ialah berani mengakui kesalahan dan ikhlas pula mencabut kembali langkah yang sudah terlanjur. Kehilangan Aliarcham buat partai seperti juga kehilangan komunis-lama, seperti Soegono, di masa itu dan sekarang pun saya anggap satu kehilangan yang sungguh merugikan.

Ringkasnya kemungkinan jaya atau gagalnya satu revolusi yang langsung dipimpin PKI yang sudah tentu membawa pusatnya ialah Komintern, tiadalah diperundingkan dengan para teman yang berkepentingan. Akibatnya aksi PKI sebagai cabang Komintern, yang tentu akan membawa-bawa Rusia pula tiada diperundingkan. Juga tiada perundingan bagaimana dan berapa jauhnya kaum revolusioner di Filipina, Annam dll. dan partai komunis di Amerika, Perancis, dan Inggris bisa memberi bantuan. Kalau hal ini diperundingkan di Moskow lebih dahulu, sudahlah pasti putusan seperti di Prambanan tak akan berlaku ataupun timbul.

Semua uraian kita di atas tiada berarti bahwa gerakan revolusioner bahkan revolusi pun umpamanya revolusi yang bersifat anti-imperialsme untuk nasional tidak mungkin. Ini memangnya mungkin. Saya sendiri selalu memajukan kemungkinan itu baik di Moskow ataupun di Asia ini. tetapi program, organisasi, taktik-strategi serta semboyan pun mesti dicocokkan dengan keadaan dan kekuatan yang nyata atau tersembunyi baik di dalam maupun di luar negeri Indonesia.

4. Perkara Organisasi

Banyak pekara yang berhubungan dengan organisasi yang sudah saya uraikan dalam tiga BROSUR terdahulu di sekitarnya tahun 1926 itu. Uraian itu tak perlu diulang lagi.

Saya pikir, bahwa organisasi PKI tahun 1926 masih banyak mengandung kekurangan. Maka kekurangan itu banyak pula mempengaruhi PKI terdorong ke jurusan PUTCH, ialah aksi bersandarkan semata-mata senjata kemiliteran. Bukannya bersandar pada Massa-Aksi yang bersandar pada murba yang bergerak terus menerus disebabkan terutama oleh keadaan politik-ekonomi, menuju kepada tuntutan yang berjiwa hak politik-ekonomi pula.

Apakah motive-force, kodrat penggeraknya sesuatu partai komunis?

Hasrat sesuatu Partai Komunis, ialah mengubah masyarakat yang berdasarkan produksi kapitalis, ialah penghasilan dengan cara memeras (exploitation) tenaga buruh, untuk, dua tiga lusin kapitalis, melalui jalan Massa-Aksi-Teratur, menjadi masyarakat sosialis, pada tingkat permulaan, yakni mengadakan hasil secara rasional (terkendali) buat seluruhnya masyarakat yang kerja menuju ke masyarakat komunis. Di dunia sosialis isepan (exploitation) itu dilenyapkan. Di dunia Komunis, maka Staat, Negara sebagai alat penindas kaum buruh lenyaplah pula.

Golongan apakah yang lebih pantas lagi dalam masyarakat buat menjalankan perubahan masyarakat kapitalis itu menjadi masyarakat sosialis (nanti Komunis) selainnya dari pada golongan yang sehari-hari diisap dan ditindas dalam pekerjaannya dalam semua perusahaan kapitalis? Dalam perusahaan kapitalis, yang menghasilkan besar-besaran dengan alat mesin modern dan administrasi secara modern pulalah terdapat proletariat modern. Di sinilah proletariat diikatkan pada mesin modern, diorganisir dan di-disiplin secara modern, scientific menurut ilmu.

Di dalam perusahaan modern inilah sesuatu partai komunis harusnya mencari calon buat motive-force, kodrat-penggerak revolusi sosial. Tingkat pertama yang baiknya ditempuh oleh pekerja-murba dalam dunia organisasi ialah serikat buruh. Sebagian (tak semuanya) pekerja yang insyaf akan keadaan hidupnya mempersatukan diri buat maksud yang pertama ialah memperbaiki nasib hidupnya (tambahan gaji, kekurangan lama kerja, hak mogok dll). Dari serikat buruh sebagai organisasi buruh tingkat pertama inilah partai komunis seharusnya mencari calon buat anggotanya. Dari anggota serikat buruh-lah disaring para anggota partai komunis, yakni pelopor, kodrat-penggerak, motive-force dalam revolusi sosial. Tak pula perlu banyak asal saja cerdas, jujur, aktif dan bisa memimpin atau mempengaruhi seluruh serikat buruh tadi.

Syahdan dalam gerakan Rakyat berperang, maka kita lihat pertama kader-opsir, yang memimpin tentara tetap. Di sekitarnya tentara tetap di bawah pimpinan kader-opsir, itu kita lihat reserve dan seluruh rakyat.

Tak berapa bedanya dengan itu maka kita wujudkan dalam gerakan revolusi sosial partai komunis sebagai kader opsir yang memimpin serikat buruh. serikat buruh itu seolah-olah tentara tetapdi atas tadi. Di sekitarnya serikat buruh, yang memimpin oleh partai komunis kita lihat pekerja seluruhnya dan Rakyat lainnya.

Memang para saudagar kecil bangsa Indonesia terdesak oleh saudagar asing. Majikan perusahaan kecil Indonesia (perusahaan batik umpamanya) terdesak majikan perusahaan asing. Semuanya pedagang kecil, tukang warung kecil, sampai penjual sate dan gado-gado, disampingnya warga-kota yang kecil seperti juru-tulis, tukang, intelligensia-miskin, yang semuanya kita namai saja warga-miskin, terdesak sungguh oleh kapital asing. Tetapi tiada langsung terdesaknya. Mereka berada di luar kebun, tambang, pabrik, kereta, dan perkapalan asing. Mereka tiada diikat oleh mesin, administrasi, organisasi dan disiplin-nya kapital asing dalam satu perusahaan asing. Sebab itulah, maka tak tepat kalau mereka dijadikan motive-force dalam gerakan komunis. Setengah atau satu lusin di antara mereka yang cerdas, jujur, dan berani yang terikat oleh filsafat materialisme dialektis dan rasa tanggung jawab terhadap masyarakat tentulah patut diterima di dalam partai komunis. Tetapi umumnya mereka warga-miskin ini berhasrat dan berfilsafat hidup yang berlainan dari pada proletariat modern. Memasukkan mereka terlampau banyak ke dalam partai komunis niscaya akan memperlemah dasar tujuan partai komunis. Mayoritas, lebih dari setengahnya banyak warga kecil dalam partai komunis mudah membelokkan partai komunis ke lapangan anarkisme atau oportunisme, putsch atau kontra-revolusi. Mayoritas sebagian besar dari pada anggota sesuatu partai komunis buat menjaga kesehatannya partai itu harus terdiri dari proletariat industri. Para pekerja industri beratlah yang sepatutnya mendapat perhatian pertama buat dijadikan anggota partai komunis.

Sebermula, maka harus diinsafkan lebih dahulu, oleh para pemimpin Komunis Indonesia, bahwa Indonesia ini (pada tahun 1926 itu!) adalah satu jajahan. Kapitalisme di sini ialah kapitalisme penjajahan dan penjajah yang amat terbelakang pula dalam per-industrian berat di negaranya sendiri Belanda! Perusahaan Indonesia sebagian besar terdiri dari perusahaan bahan, seperti getah, timah, dan kina, perusahaan barang mewah seperti teh, gula, kopi, tembakau. Memang ada perusahaan penting (vital) seperti minyak bumi dan arang, di samping pengangkutan modern, seperti perkongsian kereta api dan perkapalan. Tetapi perindustrian berat seperti tambang besi, perusahaan baja dan mesin, perusahaan barang kimia dan listrik dan akhirnya industri mesin bikin mesin, atau industri induk, belum lagi muncul sama sekali, walaupun bahan serta tenaga melimpah di kepulauan Indonesia ini. Lantaran semangat ahli-keju dan tukang warung serta kedudukan perekonomian sebagai jongos Inggris, maka pikiran dan perhatian Belanda tak sampai dan tak mungkin sampai kepada industri induk tadi.

Indonesia belum sampai ke tingkat perindustrian berat dan baru berada pada pemulaan industri enteng, seperti perusahaan kain, kertas, tinta dan pena. Tetapi perkebunan, pertambangan, pengangkutan serta perdagangan sudah dijalankan secara modern sekali dan mempunyai sifat internasional. Pada perusahaan yang sudah sampai ke tingkat tertinggi dalam perusahaan yang adalah seharusnya PKI memperedarkan matanya. Kepada perusahaan yang paling modern mesinnya, yang paling up-to-date (baru) administrasinya, yang paling penting hasilnya buat dalam dan luar Indonesia dan akhirnya kepada buruh yang paling banyak terpusat, paling tersusun terdisiplin, jadinya mereka yang paling merasa pula isepan dan tindasannyalah perhatian dan usaha yang pertama seharusnya ditujukan.

Dengan jalan terbuka kalau bisa dan jalan tertutup kalau terpaksa, PKI seharusnya memusatkan semua perhatian usaha dan tenaganya terutama sekali kepada buruh minyak di Cepu, Wonokromo, Palembang, Deli, Balikpapan dan Tarakan. Di sinilah terkumpulnya 120.000 atau mungkin lebih proletariat tulen-modern-produktif, menghasilkan barang penting buat dunia seharusnya. Di sini PKI baru boleh dikatakan mendapat kemenangan tentangan pengaruh dan organisasi kalau bisa mengikat separuh atau lebih proletariat otak dan tangan. Setelah serikat buruh tertanam di semua sumber minyak tersebut, dan setelah mendapatkan cukup calon buat didik dan disiplin oleh PKI sebagai para anggotanya, barulah bisa PKI berkata, bahwa dia sudah mempunyai pimpinan atas proletariat minyak. Kalau kelak bendera PKI cabang Komintern dikibarkan di atas tambang dan pabrik minyak tersebut, dan kapitalis Belanda-Inggris dan Amerika mengirimkan kapal perang dan pesawat udaranya buat membela "harta bendanya" di semua tempat tersebut dan pasti akan dibelanya maka barulah boleh dikatakan ada jaminan, bahwa revolusi sosial (termasuk nasional) di sana akan dibela, mati-matian secara Komunis, cocok dengan Organisasi Program, Taktik-Strategi-nya, Otoritas dan Namanya Komintern.

Sepadan dengan kepentingan perusahaan minyak tanah, maka perusahaan lain-lainnya pun mesti mendapat perhatian sepenuhnya pula. Perusahaan itu ialah perusahaan besi dan bengkel seperti Bengkel Manggari di Jakarta, ACW di Bandung, Braat dan Nagel & Co di Surabaya, 180 atau kurang pabrik gula di Jawa, tambang arang di Sawah Lunto (+ 40.000 buruh kontrak dan rantai!) tambang timah di Bangka dan Belitung, tambang emas di Bengkulu dan Minangkabau. Haruslah pula dimasuki ratusan kebun modern dan pabrik kecil-kecil di mana-mana. Setelah proletariat yang menghasilkan barang ini tersusun dalam serikat buruh dan saringannya dilatih, diuji dan akhirnya diterima sebagai anggota aktif dalam PKI maka dijalankan pula atau disampingkan pula pekerjaan dalam perusahaan kereta-api, perkapalan, kantor, sekolah dan polisi serta tentara.

Patut diperingatkan di sini bahwa bukannya Serikat Rakyat yang mestinya dijadikan onderbouw, ialah lantai bawahnya PKI, melainkan serikat buruh, menurut kepentingan buruhnya dalam dunia perekonomian. Sebaliknya tidak pula Serikat Rakyat mesti dimatikan otomatis, menurut salah satu putusan Kongres PKI di Yogya, Desember 1924! Ini juga bertentangan dengan putusan Komintern pada ketika saya berada di Asia. Saya sendiri tidak mengetahui putusan mematikan Serikat Rakyat, sebelumnya saya mengetahui putusan Komintern tadi. Menurut pikiran saya Serikat Rakyat berhak dan patut berdiri di samping PKI dan di bawah pimpinan semangat (spiritual leadership) PKI seperti mudah dimaklumi warga-miskin adalah hasil imperialisme dan kapitalisme juga, dan bermusuhan terus dengan kapital imperialis sebelumnya Negara Nasional Indonesia didirikan. Memang semangat ke-revolusioneran-nya turun naik menurut kemakmuran dan krisis ekonomi di Indonesia: turun semangat memberontak sebagai golongan dalam waktu kemakmuran, dan naik di waktu krisis. Ini adalah hal biasa! Juga terjadi di antara golongan proletariat.

Dari Almarhum Aliarcham sendiri saya menerima laporan tentang mematikan (sendirinya) Serikat Rakyat. Saya tentu tidak setuju, Saya sedang berkirim-kiriman surat (dari Manila) membereskan persoalan Serikat Rakyat itu. Tetapi malangnya pula Sdr. Aliarcham ditangkap dan dibuang.

Di Moskow laporan saya tentang banyak anggota PKI pada tahun 1922 selalu mendapat gangguan saja kiri kanan "Bagaimana" tanya para komunis dari beberapa negara dari yang muda remaja sampai beruban, bagaimana bisa 40.000 banyaknya anggota PKI. Sedangkan Amerika di masa itu baru mempunyai 2 atau 3000. Tiongkok paling banyak 100 orang dan Hindustan cuma beberapa lusin saja? Apakah industri yang ada di Ternate, yang beruntung mempunyai 1.300 anggota yang aktif dan taat itu tanya mereka itu pula.

Dari salah satu buku statistik (Yaarboek?) di Balai Pembacaan Jakarta kita bisa baca berapa orang di antara mereka revolusioner di Digul yang boleh dinamai proletariat yang dimaksudkan di Moskow dan dunia Barat. Kalau saya tak silap cuma beberapa orang saja. Sebagian besar adalah pedagang kecil dan guru sekolah dasar atau langgar.

Kaum pemberontak di Silungkang anggota PKI terdiri dari para saudagar yang masuk golongan kaya buat perdagangan Indonesia, seperti para saudagar di Lawean (solo), di Kota Gede (Yogyakarta) dan di Kudus. Di samping Silungkang terdapat tambang arang Sawah-Lunto, perusahaan terbesar buat seluruhnya Indonesia, dengan + 40.000 buruh tambang yang paling terhina, terperas dan tertindas. Tetapi PKI belum lagi bisa mengatasi kesulitan mengorganisir buruh tambang itu. Asistent Residen di sana daya memperkosa percobaan mendirikan serikat buruh.

Para pemberontak Silungkang tentulah tiada memakai materialiasme dialektis sebagai obor pergerakan melainkan dalam hakekatnya perasaan kebangsaan. Tiadalah mementingkan murba dan massa aksi melainkan keberanian dan senjata. Tiadalah pula mementingkan tuntutan politik-ekonomi yang nyata melainkan kebencian pada pemerintah asing dan kapitalisme asing.

Para pemberontak Banten pula menjadi anggota PKI tentulah pula dalam filsafat hidup dan perjuangannya tiada berdasarkan Materialisme Dialektis, melainkan keteguhan kepercayaan pada Allah (Jimat). Tiadalah mementingkan murba dan massa aksi teratur melainkan iman dan ketabahan, bahkan tak memperdulikan senjata "lahir" sama sekali atau taktik strategi berjuang sama sekali. Bukanlah tuntutan Politik-Ekonomi yang nyata yang dituju, melainkan Masyarakat berdasarkan ke Islaman.

Tak kurang memang tak perlu kurang artinya kaum saudagar dan kaum Islam dalam masyarakat kita. Tak pula mestinya kurang kejujuran, keberanian dan ketabahan mereka dalam perjuangan kemerdekaan. Tetapi pencaharian hidup yang berlain-lain yang menimbulkan wujud, muslihat dan minat berjuang berlain-lain pula. Berhubungan dengan hal ini sepatutnyalah para saudagar, alim-ulama dan umat Islam umumnya mempunyai Partai istimewa yang bergandengan tangan dengan Partai Komunis, dalam satu gabungan Nasional.

Pikiran saya, bahwa dalam Partai Komunis terlampau banyak beranggota non-proletariat dan terlampau sedikit proletariat (mesin) dan mungkin belum lagi 1% kaum proletariat mesin dan tanah, pabrik, tambang dan kebun yang jumlahnya barang kali lebih kurang 3.000.000 di masa itu masuk ke dalam serikat buruh, amat disetujui oleh Almarhum Aliarcham.

Sdr. Aliarcham memasuki pabrik gula di daerah Surabaya. Menurut laporannya terakhir sudah mempunyai serikat buruh beranggota 200.000 orang. Tetapi ini berarti memasuki sarang macan. Laporan inilah yang terakhir saya terima dari Sdr. Aliarcham. Ditangkap dan dibuang. Semuanya menunjukkan bahwa PKI tidak mempunyai kader yang proletaris tulen. Belum mempunyai reserve ialah serikat buruh yang mengikat, umpamanya setengah saja dari proletariat mesin dan tanah. Dengan begitu maka PKI mudah akan terdorong oleh non-proletariat kelaparan putsch.

5. Saat menerkam dan kesimpulan

Dalam "Naar de Republik Indonesia" (1924) dan Massa Aksi (1926) sudah luas dalam saya uraikan siasat massa aksi. Di sini cuma sedikit tambahan saja akan disampaikan.

Baik dalam perjuangan dua orang jago silat ataupun dua tim sepak bola, apalagi dalam peperangan negara dan negara maka saat bila akan menerkam itu amat penting sekali buat diperhatikan.

Saat itu pada instansi, tingkat terakhirnya, ialah ketika kita mempunyai kekuatan sebesar-besarnya dan musuh sekecil-kecilnya. Pada saat itulah bisa dilakukan pukulan terakhir (strategic-blow).

Maksud pukulan terakhir itu ialah dengan cepat, sekonyong-konyong dan dengan kekuatan sebesar-besarnya menerkam rantai terlemah tentara musuh dengan maksud memutuskan rantai organisasinya serta akhirnya menghancur-leburkan seluruhnya tentara musuh itu.

Saat menerkam itu teramat penting pula dalam perjuangan revolusioner berdasarkan massa-aksi-teratur. Pukulan terakhir itulah pula yang diwujudkan oleh massa aksi teratur itu.

Tetapi ada banyak perbedaan antara tentara perang dengan tentara revolusi. Yang paling mencolok mata di antara perbedaan yang banyak itu ialah: Pertama, Tentara Perang itu sudah lebih dahulu bisa dihitung banyak prajuritnya, baikpun kader, Tentara tetap atau reservenya. Tetapi tentara revolusi itu tak bisa ditetapkan Partai, Serikat buruh dan lain-lain kumpulan serta rakyat revolusioner yang akan membantu dengan pasti. Kedua, bahwa latihan tentara perang sudah bisa dilakukan seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya di waktu damai. Latihan partai, serikat buruh dan kumpulan Rakyat tiadalah bisa dilatih betul kalau tidak ada krisis ekonomi atau politik. Ketiga, senjata tentara perang sesuatu negara bisa ditentukan lebih dahulu, baik di waktu damai ataupun tambahnya di waktu perang dengan jalan membeli atau membikin sendiri. Tetapi tentara revolusi sudahlah tentu tentaranya golongan orang miskin, pastilah pula amat sedikit di waktu damai, tetapi mungkin amat banyak di musim reovlusi (contoh revolusi Perancis, Rusia dan Indonesia sekarang).

Baik perkara banyak orang (massa), latihan berjuang ataupun persenjataan satu golongan pemberontak, boleh dikatakan sama sekali tergantung pada psychology , ialah jiwanya Rakyat murba pada sesuatu negara.

Menurut filsafat berdasarkan Materialisme, kebendaan, maka jiwa murba tadi terombang-ambing lantaran keadaan lahir, kebendaan, ialah susah mudahnya mendapatkan makanan, pakaian, perumahan dll. Dalam dunia kapitaisme keadan lahir ini berpusat pada susah-mudahnya mendapatkan pekerjaan ialah jalan mendapatkan upah, ialah jalan pula mendapatkan makanan, pakaian dan perumahan tadi. Di musim rodanya kapitalisme berputar lancar, mudahlah mendapatkan benda, matter, keperluan hidup itu. Karena mudahnya itu, maka yang revolusioner-pun bisa menjadi lembek, lena, lalai. Di musim rodanya kapitalisme berhenti berputar, atau krisis susahlah atau mustahillah mendapatkan benda tadi buat keperluan hidup. Sesabar-sabar dan sealimnya orang dia bisa menjadi mata gelap, merasa sendiri dan melihat anak istri kelaparan, bertelanjang dan bergelandangan di hujan panas. Kaum berpikir bisa menjadi revolusioner di masa krisis seperti itu.

Menurut filsafat Materialisme yang bersandar pada Dialektisme, pertentangan, maka pikiran revolusioner itu melantun (terugkaatsenrebound) kembali kepada MATTER, kebendaan, seperti penghidupan, produksi-distribusi, akhirnya kepada negara dan produksi-distribusi (ekonomi) lama dan membangunkan yang baru. Jiwa semacam ini dinamai revolusioner.


Ringkasnya di musim krisislah bisa diharapkan tentara revolusioner yang besar, giat-berlatih secara massa-aksi seperti mogok-demonstrasi yang mempunyai maksud yang pasti-terbatas disertai oleh tuntutan pasti-terbatas pula (clear-cut-aim). Dalam latihan itu kelak bisa ternyata berapa jauhnya murba yang beraksi itu bisa dipimpin dengan selamat, ialah supaya pengorbanan bisa sekecil-kecilnya dan hasil yang diperoleh adalah sebesar-besarnya. Kalau krisis memangnya mendalam, berhubungan dengan itu jiwa Rakyat memangnya positive revolusioner, maka jiwa Rakyat Murba Indonesia yang menyala-nyala itu pastilah akan menjilat-jilat benteng pertahanan imperialisme Belanda, dan memasuki sanubarinya serdadu yang bersenjata dalam benteng itu. Senjata yang disimpan oleh serdadu yang berdiam dalam benteng Cimahi, Magelang, dan Bandung itu, akan dikembalikan kepada Rakyat revolusioner buat diganti menjadi prajurit revolusioner dari penjual kepala bertukar menjadi pahlawan revolusi.

Newer Post Older Post Home

Tokoh Islami "HABIB ABDURRAHMAN BIN ZEIN BIN ALI BIN AHMAD AL JUFRY"

http://massandry.blogspot.com Sayyidy al-Habib Abdurrohman bin Zein bin Ali bin Ahmad al-Jufri dilahirkan tahun 1938 di Semarang. Ayahand...

Blogger Template by Blogcrowds