Tuesday, October 29, 2013

Fakta Dunia "SEJARAH GARDA SWISS ATAU PASUKAN PENGAWAL SWISS - PART 2"

http://massandry.blogspot.com
Keanggotaan Garda Swiss Sri Paus
Para tentara Garda Swiss ini haruslah pria beragama Katolik, belum menikah, memiliki kewarganegaraan Swiss, telah menyelesaikan pendidik dasar militer dari Angkatan Bersenjata Swiss, dan dapat memperoleh sertifikat kelakuan baik. Para calon pasukan ini haruslah minimal memiliki sebuah diploma profesional atau lulus SMA, berusia antara 19 hingga 30 tahun, dan memiliki tinggi badan minimal 174 cm.

Semua calon yang memiliki kualifikasi tersebut harus mendaftarkan diri untuk bisa dipilih menjadi anggota pasukan elit tersebut. Bila dipilih, anggota-anggota baru disumpah di setiap tanggal 6 Mei di Lapangan San Damaso (Bahasa Italia: Cortile di San Damaso) di Vatikan. Tanggal 6 Mei adalah hari peringatan peristiwa Jatuhnya Roma Tahun 1527. Pastor dari Garda Swiss akan membaca sumpah dengan lantang dalam bahasa para pasukan tersebut (mayoritas berbahasa Jerman, beberapa berbahasa Perancis, sedikit berbahasa Italia):

(dalam Bahasa Jerman)
“ "Ich schwöre, treu, redlich und ehrenhaft zu dienen dem regierenden Papst [nama] und seinen rechtmäßigen Nachfolgern, und mich mit ganzer Kraft für sie einzusetzen, bereit, wenn es erheischt sein sollte, selbst mein Leben für sie hinzugeben. Ich übernehme dieselbe Verpflichtung gegenüber dem Heiligen Kollegium der Kardinäle während der Sedisvakanz des Apostolischen Stuhls. Ich verspreche überdies dem Herrn Kommandanten und meinen übrigen Vorgesetzten Achtung, Treue und Gehorsam. Ich schwöre, alles das zu beobachten, was die Ehre meines Standes von mir verlangt." ”

(translasi bebas Bahasa Indonesia)
“ "Saya bersumpah untuk melayani Paus yang berkuasa [nama Paus] dan para penerusnya yang resmi dengan sepenuh hati, penuh kejujuran dan penuh kehormatan, dan untuk mendedikasikan diri saya kepada mereka dengan semua kekuatan saya, siap untuk mengorbankan bahkan nyawa saya sekalipun setiap saat bila perlu untuk mereka. Dengan demikian saya mengajukan janji ini pada para anggota Dewan Kardinal yang suci dalam periode Sede vacante di Kepengurusan Murid-murid Tuhan. Kemudian daripada itu, saya berikrar untuk menghormati, setia dan taat pada Komandan dan para perwira lainnya. Saya bersumpah untuk mentaati semua persyaratan yang dibuat untuk kewibawaan posisi saya." ”

Ketika namanya dipanggil, tiap anggota Garda Swiss yang baru mendekatkan diri pada bendera Garda Swiss dan memegang kain bendera dengan tangan kirinya. Ia kemudian mengangkat tangan kanannya dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengahnya diacungkan sebagai seimbol dari Trinitas, dan mengucapkan:

(dalam Bahasa Jerman)
“ "Ich, [Name des Rekruten], schwöre, alles das, was mir soeben vorgelesen wurde, gewissenhaft und treu zu halten, so wahr mir Gott und seine Heiligen helfen." ”

(translasi bebas Bahasa Indonesia)
“ "Saya, (menyebutkan nama), bersumpah untuk dengan segenap hati dan konsisten mematuhi semua hal yang baru saja dibacakan pada saya, dengan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Para Santo/Santa menjadi saksinya." ”

Masa tugas anggota Garda Swiss Sri Paus adalah antara 2 hingga 25 tahun.

Seragam
Seragam resmi mereka berwarna biru, merah, oranye dan kuning dengan penampilan gaya Masa Pencerahan (Renaissance) yang sangat unik. Salah satu anggapan yang salah yang sering terjadi adalah bahwa seragam tersebut dirancang oleh Michelangelo. Padahal, perancang seragam tersebut adalah Komandan Jules Repond (bertugas 1910-1921) pada tahun 1914. Walau seragam Garda Swiss yang sedang membawa Paus Julius II dalam sebuah tandu yang dilukis oleh Raphael seringkali disebut sebagai sumber inspirasi untuk seragam Garda Swiss saat ini, kenyataannya adalah seragam tersebut adalah gaya yang umum untuk seragam tentara di Masa Pencerahan.

Gambaran yang jelas dari seragam Garda Swiss modern bisa dilihat dalam lukisan karya Jacob Coppi tahun 1577 yang menggambarkan Ratu Eudoxia sedang berbincang dengan Paus Sixtus III. Disana jelas terlihat pendahulu dari seragam tiga warna masa kini yang dilengkapi dengan penutup sepatu bot, sarung tangan putih, kerah tinggi berkerut-kerut, dan sebuah baret hitam atau sebuah morion (helm tentara khas abad ke-16/17) berwarna hitam (berwarna perak mengkilat untuk upacara-upacara khusus). Para sersan mengenakan atasan berwarna hitam dan celana berwarna merah bata, sementara perwira lainnya mengenakan seragam berwarna merah bata seluruhnya.


Seragam harian bersifat lebih praktis, terdiri atas pakaian seragam berwarna biru tua, sebuah ikat pinggang sederhana berwarna coklat, kerah putih yang datar (tidak berkerut-kerut) dan sebuah baret hitam. Untuk anggota baru dan latihan menembak, seragam berwarna biru muda dan ikat pinggang coklat cukup untuk digunakan. Selama musim dingin atau cuaca yang tidak cerah, sepotong kain panjang berwarna biru tua dikenakan untuk menutupi seragam yang sedang dikenakan.

Warna asli biru dan kuning diresmikan oleh Paus Julius II mengambil warna-warna simbol keluarganya (Della Rovere). Paus Leo X menambahkan warna merah untuk menunjukkan warna simbol keluarganya (Medici).

Garda Swiss Saat Ini
Setelah percobaan pembunuhan terhadap Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 13 Mei 1981 oleh Mehmet Ali Agca, perhatian yang lebih mendalam telah dilakukan terhadap peran Garda Swiss selain menjadi anggota upacara. Perhatian ini terwujud dengan diadakannya latihan bertempur tanpa senjata, latihan tempur yang lebih mendalam, serta diijinkannya penggunaan senjata api dalam melakukan tugas mereka.

Pada tanggal 6 Mei 2003, Dhani Bachmann resmi menjadi orang non-kulit putih pertama yang menjadi anggota Garda Swiss Sri Paus. Dhani adalah anak yatim-piatu dari India yang diadopsi oleh sebuah keluarga Katolik Swiss dari Luzern yang berbahasa Jerman.

Daftar Komandan Garda Swiss

Kaspar von Silenen, Uri (1506-1517) 
Markus Röist, Zürich (1518-1524) 
Kaspar Röist, Zürich (1524-1527) 
Jost von Meggen, Luzern (1548-1559)
Kaspar Leo von Silenen, Luzern (1559-1564)
Jost Segesser von Brunegg, Luzern (1566-1592)
Stephan Alexander Segesser von Brunegg, Luzern (1592-1629)
Nikolaus Fleckenstein, Luzern (1629-1640)
Jost Fleckenstein, Luzern (1640-1652)
Johann Rudolf Pfyffer von Altishofen, Luzern (1652-1657)
Ludwig Pfyffer von Altishofen, Luzern (1658-1686)
Franz Pfyffer von Altishofen, Luzern (1686-1696)
Johann Kaspar Mayr von Baldegg, Luzern (1696-1704)
Johann Konrad Pfyffer von Altishofen, Luzern (1712-1727)
Franz Ludwig Pfyffer von Altishofen, Luzern (1727-1754)
Jost Ignaz Pfyffer von Altishofen, Luzern (1754-1782)
Franz Alois Pfyffer von Altishofen, Luzern (1783-1798)
Karl Leodegar Pfyffer von Altishofen, Luzern (1800-1834)
Martin Pfyffer von Altishofen, Luzern (1835-1847)
Franz Xaver Leopold Meyer von Schauensee, Luzern (1847-1860)
Alfred von Sonnenberg, Luzern (1860-1878)
Louis-Martin de Courten, Wallis (1878-1901)
Leopold Meyer von Schauensee, Luzern (1901-1910)
Jules Repond, Freiburg (1910-1921)
Alois Hirschbühl, Graubünden (1921-1935)
Georg von Sury d'Aspremont, Solothurn (1935-1942)
Heinrich Pfyffer von Altishofen, Luzern (1942-1957)
Robert Nünlis, Luzern (1957-1972)
Franz Pfyffer von Altishofen, Luzern (1972-1982)
Roland Buchs, Freiburg (1982-1997, 1998)
Alois Estermann, Luzern (1998)
Pius Segmüller, St. Gallen (1998-2002)
Elmar Theodor Mäder, St. Gallen (2002-)

Newer Post Older Post Home

Tokoh Islami "HABIB ABDURRAHMAN BIN ZEIN BIN ALI BIN AHMAD AL JUFRY"

http://massandry.blogspot.com Sayyidy al-Habib Abdurrohman bin Zein bin Ali bin Ahmad al-Jufri dilahirkan tahun 1938 di Semarang. Ayahand...

Blogger Template by Blogcrowds