Thursday, May 29, 2014

Bacaan Ringan "KISAH SENIMAN PERANAKAN - TAN TJENG BOK - PAK ITEM PART 3"

http://massandry.blogspot.com
Grup opera ini bermain di setiap kota di Indonesi selama berbulan-bulan dengan membawakan cerita yang  hebat-hebat. Seringkali opera ini membawakan karya Shakespeare, seperti cerita Hamlet, Romeo and Juliet. Mereka juga sering membawakan cerita-cerita tentang 1001 Malam, seperti Pencuri dari Baghdad atau cerita film seperti Tiga Orang Tamtama penembak karangan Alexander Dumas Pere atau yang dikenal dengan terjemahan Tiga Orang Panglima Perang.

Mengenang Almarhum Pedro, ia berkata, “Karena dialah saya dulu pandai main anggar. Lalu sukses dalam karier saya, sampai-sampai digelari’ Douglas Fairbanks van Java.” Douglas Fairbanks Sr (1883-1939) adalah bintang film dan produser Hollywood yang terkenal sebagai pahlawan dalam film-filmnya.

Di Dardanella inilah Tan Tjeng Bok alias Oom Item, merengkuh puncak karirnya dalam dunia kesenimanannya. Ia ikut berkeliling Indonesia, memonopoli satu kurun zaman yang bisa disebut sebagai masa keemasan tonil di Indonesia. Tan Tjeng Bok dan Devi Dja, salah satu pemain wanita Dardanella yang lain, hidup dan berkarir tak ubahnya superstar, yang terkenal dan digandrungi oleh banyak penggemarnya.

Dalam periode ini, Tan Tjeng Bok hidup bagaikan dalam negeri dongeng. Di Dardanella, dia memperoleh bayaran paling tinggi, namun tetap dianggap seimbang dengan kualitas permainannya. Sebagai bintang, ia hidup mewah hingga ia memiliki mobil sedan 8 silinder merk Studebaker seharga 2.000 Gulden.

Sementara teman sepermainannya Dewi Dja, belakangan menjadi tokoh wanita yang dikagumi banyak orang. Dewi Dja adalah orang Indonesia pertama yang bisa menembus keras dan ketatnya persaingan di Hollywood. Sebagai anak bangsa yang merasakan hidup dalam keadaan terjajah oleh bangsa lain, Dewi Dja juga pernah ikut demonstrasi di depan kantor PBB di New York untuk menyuarakan kemerdekaan Indonesia.

Sebagai salah seorang seorang seniman besar Indonesia, Dewi dja juga pernah menari atau menjadi koreografer untuk film Road to Singapore (1940), Road to Morocco (1942), The Moon and Sixpence (1942), The Picture of Dorian Gray (1945), Three Came Home (1950) dan Road to Bali (1952). Anaknya yang bernama Ratna Assan, bahkan pernah menjadi salah satu pendukung film terkenal Papillon (1973), yang dibintangi Dustin Hoffman dan Steve McQueen.

Tapi seperti dalam tonil yang sering dia mainkan, sebuah ‘sandirawa hidup’ pasti akan berakhir. Keemasan Dardanella akhirnya berhenti dan tutup layar pada awal tahun 1940-an. Tan Tjeng Bok lalu memutuskan untuk ikut sandiwara keliling Orpheus pimpinan Manoch. Kemudian juga kelompok sandiwara Star pimpinan Afiat. Tercatat beberapa kali Tjeng Bok berpindah-pindah grup, namun tak satupun grup-grup itu berhasil mengulang sukses Dardanella.

Sejak Dardanella bubar, praktis hampir tak ada grup tonil atau sandiwara yang bisa mengulang kejayaannya. Namun di masa itu pula, dunia perfilman mulai merambah Indonesia meski masih dengan hasil gambar hitam putih. Dan menjelang Jepang masuk ke Indonesia, di Jakarta berdiri perusahaan Java Industri Film (JIF) milik The Theng Tjoen. Bersama JIF inilah Si Item masuk babak baru dunia perfilman.

Pada tahun 1941, hanya dalam waktu satu tahun, Tan Tjeng Bok membintangi tiga buah film berjudul “Si Gomar”, “Srigala Item” dan  Tengkorak Hidup”. Namun saat Jepang masuk ke Indonesia dan perang dunia kedua mulai berkobar, dunia film Indonesia sempat terhenti sebelum menggeliat lagi pada dekade 1950-an.  Dan pada dekade itulah, Tan Tjeng Bok menancapkan hegemoninya di panggung layar lebar Indonesia dan ia berhasil membintangi sepuluh judul film selama tahun 1950-an.

Tak berhenti sampai di situ, memasuki tahun 1970-an, nama Tan Tjeng Bok semakin berkibar sebagai seorang seniman dunia akting. Dalam kurun waktu sepuluh tahun, antara 1970 sampai 1980, Tan Tjeng Bok tak kurang membintangi 25 judul film.  Suatu jumlah yang luar biasa pada masa itu.
Seperti yang tercatat dalam tinta sejarah perfilman Indonesia, film-film yang dibintangi oleh Tan Tjeng Bok banyak disutradarai oleh Tan Tjoei Hock, antara lain “Melarat Tapi Sehat” dan “Si Bongkok dari Borobudur”, di mana dia bermain dengan aktris Sofia WD. Lalu ada film “Si Gomar”, “Singa Laoet”, “Srigala Item”, dan “Tengkorak Hidoep”. Dalam beberapa filmnya itu, Tjeng Bok banyak bermain berpasangan dengan aktris Hadijah. Namanya sejajar dengan aktris top pada zaman itu, antara lain Fifi Young, Aminah Cendrakasih, dan WD. Mochtar.

Namun dasar jiwa artis dan merasa tenar, selama hidupnya, Tan Tjeng Bok mengaku kawin cerai hingga 100 kali. Istrinya yang terakhir adalah Sarmini berasal Bojonegoro yang memberinya dua anak, Nawangsih dan Sri Anami. Sampai akhit hayatnya, ia tinggal dan menempati sebuah rumah sederhana di Bandengan Utara, Gang Makmur, Jakarta Kota. Yang menarik, pada saat menjelang akhir karirnya,  dalam film “Syahdu”, ia masih sanggup memaksa produser untuk memberikannya honor Rp. 1 Juta, yang sangat besar pada saat itu.  

Newer Post Older Post Home

Tokoh Islami "HABIB ABDURRAHMAN BIN ZEIN BIN ALI BIN AHMAD AL JUFRY"

http://massandry.blogspot.com Sayyidy al-Habib Abdurrohman bin Zein bin Ali bin Ahmad al-Jufri dilahirkan tahun 1938 di Semarang. Ayahand...

Blogger Template by Blogcrowds