Bacaan Ringan "PASUKAN KAMIKAZE : AWAL TERBENTUKNYA KAMIKAZE"
http://massandry.blogspot.com
Awal Terbentuknya Satuan Kamikaze
Mabalacat adalah sebuah kota kecil di Luzon, Filipina, sekitar 80 km barat daya Manila. Di dekat kota ini terdapat lapangan terbang yang dijadikan pangkalan Grup Udara 14e-201 AL Jepang. Pada sore 19 Oktober 1944, pangkalan udara Mabalacat mendadak didatangi oleh Laksamana Madya Takijiro Ohnishi, panglima baru Armada Udara Pertama, yang membawahi seluruh kekuatan udara AL Jepang di Filipina. Padahal dia baru dua hari tiba dari Tokyo untuk memulai jabatan barunya ini. Dia diterima oleh perwira eksekutif 201 Commander Asaichi Tamai dan perwira staf senior Kolonel Rikihei Inoguchi, karena komandan 201 Kolonel Sakae Yamamoto tengah bertugas ke Manila. Kedua pewira ini heran dan bertanya-tanya, apa gerangan yang membawa Ohnishi ke Mabalacat?
Takijiro Ohnishi
Kepada kedua perwira ini, Ohnishi langsung meminta diantar ke markas pangkalan. “Saya kemari karena ada sesuatu yang amat penting untuk kita bicarakan,” katanya singkat. Setiba di markas, tiga perwira lain dipanggil ikut bergabung. Masing-masing Chuichi Yoshioka, Perwira staf dari Flotila Udara Ke-26, dan dua pemimpin skadron dari Grup Udara 201, Letnan Masanobu Ibusuki dan Letnan Ryo Yokoyama.
Komandan 201 Yamamoto yang pergi ke Manila karena dipanggil oleh Ohnishi belum juga tiba. Rupanya di jalan mobilnya dan mobil Ohnishi sempat berpapasan, namun keduanya saling tidak menyadari. Ohnishi buru-buru ke Mabalacat karena tidak sabar menunggu tibanya Yamamoto di Manila. Mengetahui komandannya justru yang datang ke pangkalan, maka begitu tiba di Manila ia minta disiapkan sebuah pesawat agar cepat tiba di Mabalacat. Tetapi sial, begitu mengudara pesawat Zero-nya rewel hingga terpaksa mendarat di persawahan.
Di markas pangkalan, Ohnishi duduk berenam mengelilingi sebuah meja di ruangan lantai dua. Dia memandangi wajah anak buahnya satu persatu, seolah-olah ingin membaca pikiran masing-masing. Suasana hening itu baru pecah ketika ia mulai membuka suara. “Seperti kalian ketahui, situasi peperangan makin genting. Munculnya armada Amerika yang kuat di Teluk Leyte telah dikonfirmasi. Sehingga nasib Kekaisaran kita, kini tergantung dari pelaksanaan Operasi Sho,” katanya.
Operasi bersandi Sho atau `Kemenangan’ ini dirancang Jepang setelah garis pertahanan utamanya di Pasifik seperti Nugini (Papua) dan Kepulauan Mariana ditembus oleh AS. Jepang memperkirakan Filipina akan jadi sasaran berikut, tanpa menutup kemungkinan Formosa (Taiwan), Kepulauan Ryukyu, dan bahkan tanah Jepang sendiri juga menjadi sasaran. Mana pun yang pertama akan diinvasi oleh Amerika, rencana Sho menegaskan wilayah itu harus dijadikan “ajang pertempuran yang menentukan”. Seluruh kekuatan pertahanan Jepang yang ada harus dikerahkan ke wilayah tersebut tanpa kecuali. Kapan operasi ini diaktifkan, sepenuhnya diserahkan kepada Mabes Umum Kekaisaran. Ternyata pada 18 Oktober 1944 pukul 17.01, Mabes telah memutuskan Sho diaktifkan menyusul kuatnya ancaman invasi Amerika di Leyte.
Laksamana Ohnishi menegaskan, untuk memukul mundur Amerika dikerahkan Armada Kedua Jepang pimpinan Laksamana Takeo Kurita yang tengah menuju Leyte. Sedangkan tugas Armada Udara Pertama yang dipimpinnya adalah memberikan perlindungan udara bagi Kurita. “Untuk melaksanakan tugas ini, kita harus menghantam armada kapal induk musuh. Setidaknya membuat mereka terkapar selama satu minggu, sehingga kekuatan udaranya tidak bakalan mengganggu armada laut kita,” katanya.
Penerbang kamikaze siap lepas landas.
Kota Mabalacat , Pampanga, Tarlac yang merupakan tempat bagi
Pangkalan Udara Grup Udara 201 AL Jepang menjadi sejarah sendiri bagi Jepang.
Di kota inilah untuk pertama kali muncul ide
agar dibentuk unit Kamikaze atau kekuatan khusus
yang diyakini akan sanggup menghadang
kekuatan Sekutu yang tidak lama lagi mendarat di Filipina.