Sunday, May 1, 2016

Bacaan Ringan "HARGA DIRI DALAM KELUARGA MADURA TRADISIONAL - PART 1"

http://massandry.blogspot.com
Harga Diri dalam Keluarga Madura Tradisional

Carok - Kanca Elorok
Ada yang menyatakan bahwa carok merupakan akronim dari ungkapan maske kanca elorok, yang artinya walau ternan diserang. Carok merupakan ajaran leluhur yang penuh kearifan. Namun, dengan menarik kesimpulan dari hukum sebab akibat yang diplesetkan oleh orang luar, carok menjadi istilah yang menakutkan sekaligus dijadikan bukti bahwa orang Madura kasar, bengis dan kejam. Bahkan, kaum muda Madura khususnya mereka yang berada di luar Madura merasa bangga dengan carok tersebut bukan karena kandungan kearifan di dalamnya, melainkan karena menganggapnya sebagai sifat keberanian orang Madura. Inilah anggapan yang keliru dalam membaca budaya, karena sikap tersebut menguatkan stigma buruk bagi orang Madura.

Selain itu, media massa juga bernafsu bila memberitakan peristiwa carok. Bahkan, dengan bumbu clurit (senjata khas Madura yang digunakan untuk carok), perkelahian yang diberitakan tersebut akan menjadi tampak lebih nyata dan meyakinkan bahwa orang Madura memiliki sifat keras dan suka kekerasan. Lebih-Iebih lagi, carok telah digunakan sebagai nama untuk menyebut setiap perkelahian yang dilakukan oleh orang Madura dan clurit merupakan kata lain untuk menyebut simbol kekerasan orang Madura. Namun sebenamya apakah carok tersebut? Bagi Madura tidak semua perkelahian yang dilakukan oleh orang Madura dinamakan carok. Carok hanya terjadi karena satu sebab yang dinamakan ghabangan. Dengan demikian, perkelahian yang tidak disebabkan oleh ghabangan tersebut merupakan perkelahian biasa yang lazim terjadi di banyak tempat dan dilakukan oleh setiap bangsa manapun di dunia ini, termasuk di Madura.

Sebenarnya, yang dinamakan ghabangan adalah atap dari tempat tidur tradisional Madura. Namun kemudian, istilah tersebut berubah makna menjadi sebutan untuk tempat tidur itu sendiri dan akhirnya diidentikkan dengan perempuan. Dengan demikian, Carok berkait erat dengan masalah perempuan. Gangguan terhadap ghabangan merupakan gangguan yang sangat sensitif, sebab segala pembicaraan dan perilaku yang paling rahasia dalam keluarga Madura selalu lebih banyak dilakukan di bawah ghabangan. Karena sebab itu pula, masalah perempuan merupakan masalah ghabangan. Bahkan, siapapun yang melecehkan ghabangan, maske kanca elorok (walau teman diserang). 

Dari ungkapan inilah, muncul kerata bhasa (akronim) carok. Kata ‘rok’ sendiri berasal dari kata Sanskerta yang bermakna perkelahian. Dengan kata lain, siapapun yang mengganggu perempuan milik orang lain akan terjadi carok. Jadi apabila kita perhatikan dengan baik, maka kata carok tersebut merupakan suatu peringatan kepada setiap orang dalam masyarakat orang Madura, yaitu: janganlah sekali-kali mengganggu ghabangan milik orang. Kalau peringatan ini dilanggar, walau pengganggu tersebut ternan sendiri, pasti akan diserang. Karena itu, apabila sudah memahami makna kata carok tersebut, pasti tidak akan pemah terjadi pelanggaran- pelanggaran susila, khususnya terhadap ghabangan. 

Dengan peringatan keras seperti carok tersebut, dalam waktu relatif lama Madura terhindar dari masalah kumpul kebo, sebab hal tersebut termasuk masalah ghabangan. Kalaupun dilakukan oleh orang Madura, tetapi tidak mungkin hal tersebut dilakukan di Madura. Namun, walaupun peringatan keras lewat maske kanca elorok tersebut, tidak berarti di Madura tidak ada pelanggaran ghabangan. Sesekali muncul perkelahian yang berindikasikan carok. Itu pula kemudian kata carok menjadi nama setiap perkelahian yang disebabkan oleh ghabangan. Bahkan untuk memberi kesan halus, carok dikatakan aghaja’ (bergurau). Namun akhirnya, orang luar menyebut carok sebagai penyelesaian konflik dengan kekerasan.

Newer Post Older Post Home

Tokoh Islami "HABIB ABDURRAHMAN BIN ZEIN BIN ALI BIN AHMAD AL JUFRY"

http://massandry.blogspot.com Sayyidy al-Habib Abdurrohman bin Zein bin Ali bin Ahmad al-Jufri dilahirkan tahun 1938 di Semarang. Ayahand...

Blogger Template by Blogcrowds