Bacaan Ringan "KIPRAH HIDUP SEORANG "UCOK HARAHAP" - PART 4"
http://massandry.blogspot.com
Latar belakang penampilan AKA menyajikan segala macam gaya sensasi eksentrik menurut para anggota personilnya karena disesuaikan dengan lagu dan jiwa bandnya. Ekpresi dan kreasi seni ada bermacam-macam dan gaya underground adalah pilihan bagi AKA Ucok Harahap melakukan aksi pertunjukan sebagaimana yang dibayangkan oleh syair-syair lagu dari grup barat yang sering dibawakannya.Ucok menggolongkan penggemarnya dalam dua kategori, kategori pertama adalah golongan anak muda, mereka bagi ucok memeliki keasyikan tersendiri untuk melihat pertunjukannya, golongan kedua adalah golongan tua, golongan ini menurutnya hanya ingin mengetahui apa yang disebut sebagai musik Underground dan gaya yang eksentrik.
Selain itu gaya aksi panggung yang teatrikal wajar saja dilakukan di saat atmosfir pentas musik Indonesia dipenuhi oleh musik yang diistilahkan dengan ”sweet pop” yang diambil alih Koes Plus dan band band ”follower”nya semacam seperti The Mercys, Bimbo, Dlloy’d, The Favorites group dan Panbers. Untuk mengalihkan perhatian para musisi rock kemudian mencoba membuat atraksi yang sangat berbeda yang sifatnya teatrikal. Misalkan dengan mempertontonkan aksi penyembelihan kelinci yang dilakukan Mikey Bentoel, masuk peti mati dan digantung yang dimainkan oleh Ucok Harahap pada pertunjukan AKA, atau aksi bakar gitar
Terkadang bayang bayang sex, drugsdan rock n’ roll yang menstereotipkan kegilaan Ucok AKA memang telah melekat kuat dalam benak masyarakat. Walaupun untuk permasalahan drugs sendiri Ucok menyanggah dengan keras, ”Setiap performance saya selalu gila gilaan, butuh tenaga tinggi buat lompat lompat, jungkir balik sana sini dan digantung gantung, kalo saya pake drugs, gimana saya bisa kayak gitu” ujar dia
Walaupun lahirnya Orde Baru memberikan harapan cerah bagi para seniman musik karena seniman bisa dengan bebasnya mengekpresikan karya-karya yang menampilkan tema-tema serta gaya ungkap sesuai dengan gejolak hati nurani mereka. Akan tetapi kebebasan pada dasawarsa 1970-an masih dirasakan sebagai kebebasan yang semu karena masih terjadi aksi penyetopan acara-acara pertunjukan musik yang menampilkan aksi gaya panggung rocker yang dinilai ”ngak-ngik-ngok dan tidak sesuai dengan kepribadian nasional. Bahkan sebelum dekade 1970-an, pelarangan pentas suatu kelompok musik terjadi pada akhir dekade 1960-an. The Props dari Semarang dilarang pentas oleh tentara karena aksi pertunjukannya tidak sesuai dengan kepribadian nasional. Pernah juga ada yang ditahan karena seseorang yang bernama Martinus menyanyikan lagu-lagu frantik ala gitaris Jimmy Hendix sambil tidur-tiduran. Remy sylado dalam salah satu artikelnya yang termuat dalam majalah Aktuil mempertanyakan apakah itu kepribadian nasional.
Ia berpendapat semenjak kongres nasional tahun 1928, sebenarnya kita belum menemukan satu corak kepribadian yang benar-benar merupakan cakupan satu jiwa nasional dari sabang sampai merauke, selanjutnya didalam membentuk satuan yang nasional dalam musik, kita tidak usah terlalu fanatik terhadap ekses karena bagaimana pun juga kita tidak bisa menolak hukum akulturasi bahwa kebudayaan bukanlah milik satu bangsa dan kaum yang terpagar rapat-rapat. Setiap generasi mempunyai derap langkah yangberbeda-beda antara satu dengan yang lainnya dan berilah kebebasan kepada mereka sebab mereka hendak atas kebebasan itu.
Aksi dan gaya panggung para musisi rock sudah mampu membuat pusing kepala para aparat keamanan. Tepatnya di Surabaya pada tahun 1972 Ucok Harahap dengan AKA-nya berkali-kali berurusan dengan pihak berwenang setempat dan pertunjukannya diancam akan dibubarkan karena diangap tidak sesuai dengan kepribadian nasional. Banyak terjadi bahwa kebudayaan ditentukan oleh selera siapa yang berkuasa dan memangku jabatan.
Dalam wawancara oleh majalah Midi dengan anggota grup AKA, Ucok mengungkapkan: “Dalam show saya memang sering bisa mempengaruhi anak-anak muda yang menonton dengan teknik performace saya yang tersendiri, misalnya saya sampai “ Fly” maka anak-anak muda penonton pun ikut-ikutan. Padahal sebetulnya saya hanya berusaha mewujudkan teks lagu yang justru bermaksud untuk memberi nasihat agar jangan suka mengisap ganja, dan sebagainya. Tetapi rupanya mereka meniru begitu saja tanpa melihat keseluruhan teks lagu dan menurut pihak kepolisian saya dianggap berbahaya karena bisa mempengaruhi anak-anak muda walaupun itikad saya sendiri sama sekali tidak jelek”.
AKA tidak lagi selalu menampilkan peti mati, kulit sapi, tengkorak dan lain-lainya dalam pertunjukan karena ada larangan dari pemerintah. Oleh karena itu AKA hanya mengadakan pertunjukan ala kadarnya. Memang bagi AKA sendiri hal itu sangat tidak menguntungkan, tetapi apa daya. Selain di pulau jawa, Ucok Harahap dari AKA juga masuk black list di Bali sama seperti Mickey Mickelbach dari Band bentoel Malang. Ucok mengatakan “Hampir setiap pertunjukan AKA, terutama di daerah yang masyarakatnya belum terlalu terbuka, selalu dijaga ketat dan diawasi. Sebetulnya bukan masyarakatnya yang menolak AKA, tetapi penguasa setempat”. Dalam salah satu pertunjukannya, AKA tampil di Taman Hiburan Rakyat Surabaya tanpa atraksi peti mati dan keanehan lainya, mereka hendak menyuguhkan musiknya saja. Tetapi meski tanpa adanya peti mati, Ucok masih mampu menyemarakkan atraksinya, seperti terjun ke tepi kolam dan menari-nari sambil mengitari air mancur.
Berbicara mengenai lagu-lagunya AKA, di dalam grup AKA sendiri semua anggotanya dapat menciptakan lagu, tidak terkecuali Ucok. Tiap lagu yang diciptakan Ucok adalah buah dari pengalaman pribadinya yang paling berkesan. Menurutnya, pada waktu ia sedang menderita banyak ilham hinggap pada dirinya dan perasaan ini paling enak dirasakannya untuk menciptakan sebuah lagu. Pada setiap album, AKA selalu menyelipkan lagu-lagu pop manis selain nada rock yang garang. Ucok AKA mengatakan bahwa AKA membedakan antara penyajian musik dalam rekaman dan dalam show karena menurutnya kedua hal itu harus disesuaikan dengan keadaan. AKA mempunyai prinsip dalam pertunjukan harus berbeda dari waktu rekaman.
Tidak seperti dalam pertunjukannya yang sering menampilkan lagu-lagu bertema sex, dalam rekaman AKA belum berani menciptakan lagu seperti itu walaupun itu bukan lagu Indonesia, soalnya dalam mencipta lagu, AKA juga harus menjaga nama baik dan lagi masyarakat Indonesia belum bisa menerima lagu-lagu semacam itu. Ke-undergrounan AKA sejak dulu tidak ada dalam lagu-lagu ciptaannya. Di atas panggung mereka memainkan lagu yang sesuai dengan trend musik hard rock pada waktu itu. Sedangkan album rekaman mereka, selain beberapa lagu berbahasa Inggris, AKA juga menampilkan lagu-lagu pop Indonesia yang cengeng, misalnya Akhir Kisah Sedih, atau Badai Bulan Desember.