Bacaan Ringan "PERANAN MEDIA MASA BAGI PERKEMBANGAN MUSIK ROCK TAHUN 70 AN - PART 4"
http://massandry.blogspot.com
Majalah
Tumbuh dan berkembangnya musik rock di Indonesia pada dekade 1970-an tidak terlepas dari adanya media cetak sebagai penyebar informasi, khususnya majalah musik. Majalah musik adalah media informasi mengenai (1) berita kegiatan, (2) sorotan, esai, kritik, dan timbangan, (3) pembahasan menyeluruh mengenai seluk-beluk musikologi. Majalah yang sering menulis mengenai dunia permusikan di Indonesia yang terbit antara tahun 1950-1980 adalah Musika, Selecta, Monalisa, Diskorna, Monitor TVRI, Midi, Top, Junior, Aktuil, Varianada, Sonata dan Violett. Majalah tersebut berfungsi sebagai alat komunikasi bagi para pencinta musik dan penyanyi serta musiknya.
Beberapa majalah menempati posisi sentral sebagai majalah musik yang digemari oleh banyak anak muda, seperti majalah Aktuil dari Bandung, serta TOP dan Junior dari Jakarta. Isi berita musik masih meniru mentah-mentah majalah musik luar negeri seperti Pop Foto dan Muziek Ekspress. Majalah-majalah itu muncul dengan atribut-atribut bonusnya, seperti poster, stiker atau pun gambar setrika yang isinya adalah gambar para bintang, nama grup musik mereka, maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan musik. Dalam hal ini majalah Aktuil menjadi penting karena selalu muncul dengan ide-ide baru, seperti gambar setrika dan poster dua muka yang kemudian menjadi fenomenal dalam mengulas mengenai perkembangan musik di Indonesia. Majalah ini banyak menulis peristiwa yang terjadi dalam percaturan musik Indonesia serta berupaya untuk membentuk opini masyarakat pencinta musik.
Pembentukan opini dalam majalah Aktuil diarahkan pada kehebatan musik rock, karena musik pop sering dianggap musik yang berkualitas rendah.Perkembangan musik rock mendapat dukungan yang hebat dari majalah musik Aktuil. Hampir dalam setiap terbitan, majalah Aktuil membicarakan aktifitas musik rock di negeri ini Selain membentuk opini, majalah ini juga membentuk beberapa istilah dalam musik, contohnya istilah underground dan blantika.
Aktuil merupakan nama majalah hiburan umum beralamat di Bandung, Majalah Aktuil beredar kali pertama sejak akhir dekade 1960-an. Awal terbitnya majalah ini berupa majalah musik remaja dengan susunan pengelola pemimpin umum: Toto Rahardjo: pemimpin redaksi: Asbari Nurpatria Krisna; dan pemimpin perusahaan: Noor S.A. Majalah khusus musik yang terbit di Bandung ini menjadi legenda karena semasa hidupnya dikenal sebagai pelopor pembawa informasi perkembangan musik kepada publik Indonesia, tidak hanya yang berasal dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Pada dekade 1970-an, majalah ini tercatat membuka jaringan kantor perwakilan dan korespondennya di luar negeri (Hamburg, Munich, Berlin, Swedia, Stockholm, Ottawa, Tokyo, Hongkong, Kowloon, dan New York).
Pada tahun 1973-1974 majalah ini sempat berhasil menembus tiras sekitar 126 ribu eksemplar, dan menjadi trend setter anak muda yang penting pada masa itu. Pada tahun 1975, Aktuil juga mengejutkan publik Indonesia dengan mengundang grup musik Deep Purple untuk berpentas di Indonesia. Saat itu, pentas-pentas musik apalagi dengan mendatangkan pemain musik dari luar negeri masih jarang terjadi. Di kota kelahirannya, majalah Aktuil memberikan pengaruh besar pada semangat kreatif para musisi-musisinya. Seperti dikatakan oleh Harry Roesli bahwa majalah Aktuil banyak memberi pengaruh besar pada semangat kreatif para musisi Bandung. Selain itu majalah ini juga menyuguhkan informasi-informas terbaru tentang perkembangan musik. Penerbitan majalah ini bermula dari ide Denny Sabri Gandanegara (Denny Sabri merupakan putra pertama Sabri Gandanegara, wakil gubernur Jawa Barat periode 1966 – 1974), kontributor majalah Discorina, Yogyakarta. Ia kemudian bertemu Bob Avianto, seorang penulis lepas masalah-masalah perfilman. Berawal dari obrolan ringan, akhirnya mereka sampai pada perbincangan intens dan serius untuk membuat majalah hiburan.
Avianto menemui Toto Rahardjo, pemimpin kelompok musik dan tari Viatikara. Gayung bersambut, di rumah Syamsudin mereka mencapai kata sepakat dan mengusulkan Aktuil sebagai nama majalah. Asal kata Aktuil diambil dari nama majalah luar negeri yaitu Actueel yang merupakan majalah musik yang terbit di Belanda. Tahun 1970-1975 merupakan masa keemasannya saat Aktuil menjadi bacaan wajib bagi anak-anak muda di Indonesia. Lebih-lebih setelah seniman Remy Sylado menyuntikkan eksperimen sastra mbeling dalam bentuk cerita bersambung Orexas.
Cerita ini sekaligus menegaskan Aktuil sebagai majalah anak muda. Orexas sendiri bukan dewa atau ksatria dari mitos Yunani, melainkan kependekan dari “organisasi seks bebas. ” Pameo yang mengatakan “belum jadi anak muda kalau belum membaca Aktuil”, bukanlah sesuatu yang berlebihan. Dalam sebuah catatan Remy Sylado dikatakan bahwa majalah Aktuil menyuarakan budaya tandingan (counter culture) terhadap struktur budaya yang mapan pada masa itu. Bahkan, majalah ini masih dianggap sebagai “kitab suci”, khususnya oleh para rock mania yang besar di dekade 1970-an.
Meskipun majalah ini lebih tertarik untuk menulis berita musik rock, namun untuk urusan informasi musik dan aktualitas berita musiknya majalah ini menempati urutan pertama. Kesuksesannya kemudian menjadikan majalah ini sering dianggap sebagai majalah musik pertama di Indonesia. Padahal, kenyataannya sepuluh tahun sebelum kelahiran Aktuil, majalah musik Musika terbit di Jakarta. Mulai tahun 1976, pamor majalah Aktuil mulai merosot-setidaknya kalau dilihat dari segi penjualan. Ketika majalah ini dipindah ke Jakarta pada tahun 1979, nasibnya pun tidak menjadi lebih baik.
Majalah ini sempat menjadi majalah umum sebelum akhirnya benar-benar “mati” pada tahun 1986. Kritik musik yang disiarkan majalah Aktuil yang khusus memberitakan kegiatan-kegiatan musik itu pun tidak mewakili pengertian yang asasi tentang kritik musik. Hal ini mungkin karena pembaca hanya mengerti soal selera, dan kritik musik yang hadir di majalah tersebut terpaksa menyesuaikan diri. Sementara itu tidak dapat diingkari bahwa peta musik dunia sedang dicandui oleh lagu-lagu niaga atau pop yang dilemparkan dari negeri dolar dan musik ini rupanya menempatkan selera berada di atas segala-galanya. Selain itu keluarnya Remy Sylado disinyalir sebagai pemicu merosotnya pamor Aktuil. Pihak perusahaan dinilai Sylado tidak terbuka kepada redaksi untuk persoalan keuangan. Selain itu, konser Deep Purple juga dituding sebagai pemicu. Konser pertama memang sukses, akan tetapi di hari kedua, pintu stadiun jebol dan banyak penonton yang masuk tanpa karcis.
Banyak penyanyi dan musisi mengakui bahwa keberhasilannya didukung oleh media massa cetak. Pemberitaan media massa cetak baik positif dan negatif, keduanya dianggap menguntungkan, sebab pada hari-hari berikutnya terjadi opini yang terus berkembang. Penggemar musik rock di Indonesia adalah bentukan dari majalah. Mereka yang menjadi penggemar suatu grup musik, sebagian besar sebenarnya tidak pernah menyaksikan secara langsung pertunjukan musisi idolanya. Majalah musik juga menjadi media promosi musik rock yang penting. Sementara grup-grup musik pop sudah menggunakan televisi sebagai media promosi bagi album mereka. Album pertama God bless hanya dipromosikan lewat majalah Aktuil dan Top. Publikasi grup Superkid didukung secara terang-terangan oleh majalah Aktuil. Di setiap terbitannya, sejak Superkid diperkenalkan kepada pencinta musik rock, majalah itu selalu memuat berita-berita tentang mereka. (dari berbagai sumber)