Bacaan Ringan "SEJARAH BERDIRINYA GROUP MUSIK "S.A.S BAND" - PART 1"
http://massandry.blogspot.com
Oleh : Elvin Hendratha *)
Tanggal 5 Desember 1975 , sepulang menonton konser Deep Purple di Senayan Jakarta, Arthur Anesz, Syech Abidin Jefri dan Sunatha Tandjung ingin punya group band kembali. Trio mantan personil kelompok AKA Group tersebut, bertekad menyemarakkan blantika musik cadas di Indonesia walaupun tanpa Ucok Andalas Datuk Oloan Harahap. Berdirilah group bernama SAS, yang merupakan akronim nama mereka. Berdentumlah bass Arthur Anesz maka mengalunlah Baby Rock ……!!!!!
Kehadiran Deep Purple yang mempromosikan album Come Taste The Band (CTTB), menjadikan momentum berdirinya sebuah super group rock asal Surabaya : SAS. Sejak Ucok Harahap “disibukkan” oleh Proyek “Duo Kribo” dan Faridha istri barunya saat itu, maka praktis kelompok band –AKA-yang pernah berjaya dengan lagu Crazy Joe tersebut akhirnya bubar.
Permainan Tommy Bolin Cs. dan kehadiran God Bless sebagai group pembuka telah memicu semangat arek-arek “Apotik Kali Asin” untuk kembali berkarya. Terlebih ketika di konser CTTB di Senayan, John Lord memainkan Hammond dengan mengambil sepotong lagu “Burung Kakak Tua” sebagai intro lagunya. Walaupun saat itu terjadi sedikit kerusuhan karena massa sempat membakar tempat duduk di tribune, dan terjadi peristiwa tewasnya seorang roadie Deep Purple karena terjatuh dari lantai atas Hotel Sahid. Namun penampilan Deep Purple yang dikontrak oleh Majalah Aktuil dan Buena Produktama saat itu, telah menjadi sumber inspirasi “trio arek suroboyo” itu untuk kembali bangkit di percaturan musik rock di tanah air.
Susunan formasi personil SAS sama dengan AKA, hanya minus Ucok Harahap. Arthur tetap memainkan bass guitar, keyboard dan piano. Arthur memainkan bass guitar dengan posisi senar tidak berubah. Tangan kidalnya memainkan bass guitar dengan teknik memegang accord sangat karakteristik. Sebenarnya nama lengkap Arthur adalah Arthur Victor George Jean Anesz. Semenjak di AKA, Arthur menyingkatnya dengan Arthur Anesz. Barulah ketika merilis album ke 5 (lima) SAS Group ’80, ia merubah menjadi Arthur Kaunang.
Sunatha Tandjung memainkan Guitar, harmonika dan biola. Teknik bermain Sunatha banyak dipengaruhi oleh Richi Blackmore, “Dewa Gitar” dari Deep Purple dan Toni Iomi dari Black Sabbath. Wajahnya yang “Cold”, sangat berbeda dengan kegarangannya di panggung ketika mencabik gitarnya. Terlebih ketika menggesek biola saat pertunjukkan, gitar mautnya ditanggalkan dan mengalunlah suara biola, maka tak ayal tepuk riuh penonton menggelegar. Simak lagu Greensleeves selain memainkan gitar, koor, Sunatha juga bermain biola dengan manis.
Sedangkan penggebuk bedug Inggris dipercayakan Syech Abidin Jefri. Arek Ampel keturunan Arab bersuara khas dengan vibrasi keroncong, dahulu selalu menggunakan kaos bergambar “Bintang Gatot Kaca”. Syech Abidin adalah anggota SAS yang paling produktif didalam menciptakan komposisi lagu.
Kehadiran Trio SAS Group mengingatkan pada group-group rock lainnya dengan formasi tiga personil seperti : Rush (Canada ), ELP (UK) atau Grand Funk Raillroad (USA) . Atau group anak negeri seangkatan mereka, misal Super Kid yang beranggotakan Deddy Stanzah, Jelly Tobing dan Deddy Dores. Keahlian / skill yang prima dari anggota band trio adalah hal penting, terlebih apabila memainkan instrumen sambil bernyanyi.
Demikian juga dengan SAS, selain piawai memainkan instrumennya, personil SAS memiliki kemampuan dalam olah vokal, bahkan mencipta lagu. Lagu Summer Sun (album SAS Vol 2) diciptakan sekaligus dinyanyikan Sunatha Tanjung. Lagu Sirkuit (album Sirkuit) diciptakan sekaligus dinyanyikan Atrthur Kaunang. Atau Lagu Lapar (Album SAS Volume 4) diciptakan sekaligus dinyanyikan oleh Syech Abidin. Hampir semua lagu yang bernuansa nge-pop sebagian besar diciptakan sekaligus dinyanyikan oleh Syeh Abidin. Syeh biasanya menyanyikan dengan nuansa “keroncong”nya. Sebagaimana The Beatles, bila John Lennon menciptakan lagu maka John-lah yang menyanyikan lagu tersebut, bukan Paul McCartney. Demikian halnya dengan SAS, bila yang menciptakan lagu adalah Syech hampir bisa dipastikan bahwa Syech Abidin-lah pelantun tembangnya. Seperti lagu Rindu, Kasihku bungaku, Untuk dirimu dan lain sebagainya. Berbeda sekali dengan lagu yang nge-rock terutama yang berlirik Bahasa Inggris, diciptakan Arthur Kaunang. Dan dapat dipastikan : Arthur Kaunanglah penyanyinya. Kendati tidak sebanyak kedua rekannya, Sunatha Tanjung juga dapat memainkan instrumennya menciptakan lagu, sekaligus menyanyikannya.
Penampilan SAS di panggung sangat berbeda dengan penampilan AKA. Arthur Cs tidak lagi mengusung gaya teatrikal -ala Black Sabbath- yang selalu ditampilkan sewaktu masih di AKA. Dahulu AKA sering mempertontonkan atraksi maut diatas panggung. Kegilaan Ucok Harahap sentral atraksi khas kelompok AKA. Tubuh digantung dengan kepala dibawah. Diikat pada roda pedati yang berputar, dan dicambuk. Dimasukkan ke dalam peti mati, dan dibawa ke ambulan untuk mengakhiri konser mereka.
Bahkan pada medio tahun 1972 Ucok dikhabarkan mengalami kecelakan di Malang. Kendaraan umum jenis “Colt T120” yang ditumpanginya ringsek. Semua penumpang dikabarkan tewas tapi Ucok selamat meskipun luka parah. Beberapa bulan kemudian, di Stadion Tambaksari Surabaya 8 Juli 1972 diadakan konser bareng : AKA, dan Rollies. Dari Bandung Rollies datang dengan membawa seperangkat gamelan yang dipadukan dengan Alat-alat tiupnya. Jreng …. mengalunlah “Manuk Dadali”. Tapi tiba-tiba listrik mati. Gito berteriak “Sabotage”…… Penonton yang sudah membeli tiket seharga Rp.1.000,- kecewa karena ada isyu : AKA tampil tanpa Ucok. Apalagi saat memainkan intro lagu pembuka, hanya muncul Arthur, Syech dan Sunatha.
Namun, tiba-tiba Ucok nongol. Dengan menggunakan “penyangga kaki” berjalan dengan terseok-seok menahan sakit. Penonton terpana dan larut sedih. Penonton hening dan sambil menyambar mick Ucok berteriak : “Suwe ora jamu, jamu pisan godong telo, suwe ora ketemu ketemu pisan sikilku loro”. Maka mengalunlah lagu Shake Me, tapi saat pertengahan lagu tiba-tiba penonton bersorak-sorai bahagia. Secara mengejutkan penyanyi kribo itu menendang dan melemparkan “penyangga kaki” dan menari mengikuti irama lagu. Penonton senang, Ucok ternyata segar bugar dan baru sadar bahwa itu merupakan bagian dari teatrikal pertunjukkan AKA. Ucok memang “gila”………..
Sedangkan SAS, tidak lagi gila-gilaan sebagaimana AKA, atau menakutkan sebagaimana Trencem. SAS tidak mengusung gaya tearikal ala Black Sabbath, atau berdandan ala Alice Cooper. Mereka mengedepankan bermain musik sebagaimana ELP. Atraksi panggung mereka sebagaimana group band konvesional, Arthur sebagai sentral penampilan SAS on Stage. Bahkan acapkali action Solo-Bass Arthur membuat penonton berdecak kagum…
Di dapur rekaman, mereka memilih perusahaan berbendera Indra Record yang berada di Surabaya. Barulah ketika lama vakum di tahun 87-an akhirnya mereka pindah ke Jakarta dan merekam lagu mereka tidak lagi dibawah bendera Indra Record, dan berikut perjalanan album SAS Group.