Bacaan Ringan "MASA KEKHALIFAHAN DAN PERADABAN ISLAM DI MASA TURKI USMANI - TURKI - PART 1"
http://massandry.blogspot.com
Sejak mundur dan berakhirnya era Abbasiyah, keadaan politik umat Islam mengalami kemajuan kembali oleh tiga kerajaan besar: Turki Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Dari ketiganya, Turki Usmani adalah yang terbesar dan terlama, dikenal juga dengan imperium islam. Dengan wilayahnya yang luas membentang dari Afrika Utara, Jazirah Arab, Balkan hingga Asia Tengah, Turki Usmani menyimpan keberagaman bangsa, budaya dan agama, Turki usmani mampu berkuasa selama kurang lebih 6 abad berturut-turut. Tentunya hal ini membawa kesan tersendiri bahwa kerajaan Turki Usmani mampu membawa masyarakat islam dalam keajayaan selama 6 abad, hal yang menurut pemakalah adalah tergolong luar biasa.
Makalah ini berusaha memaparkan kembali sejarah peradaban islam masa turki usmani yang penuh dengan suasana politik, makalah ini akan berusaha menjelaskan bagaimana kerajaan turki usmani mampu menjadi kerajaan islam yang paling hebat sepanjang masa, serta bagaimana pula kerajaan islam sebesar ini bisa runtuh dan akhirnya menjadi republik turki pada tahun 1924.
Sejarah
Bangsa Turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua Dinasti, yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran Dinasti Turki Saljuk oleh serangan bangsa Mongol merupakan awal dari terbentuknya Dinasti Turki Usmani.
Anatolia sebelum masa orang-orang utsmaniyah
Negeri Anatolia (asia kecil) dahulu sebelum islam merupakan kerajaan yang berada dibawah kekuasaan Byzantium (romawi timmur). Penaklukan-penaklukan oleh pasukan islam sampai di sebagian wilayah timur negeri ini, dari ujung Armenia hingga ke puncak gunung thurus sejak tahun 50 H, pada masa kekhalifahan muawiyah , kam muslim belum mampu menaklukkan konstanttinopel, walaupun telah dilakukan berulang kali usaha penyerangan.
Setelah perang maladzikr pada tahun 463 H yang dimenagkan oleh orang-orang saljuk dengan kemenangan yang gemilang aas romawi, pengaruh kemenangan ini terus meluas ke negeri Anatolia. Mereka saat itu telah memiliki pemerintahan yang terkemuka yaitu pemerintahan romawi saljuk.
Anatolia kemudian jau ke tangan Mongolia, setelah merebutnya dari saljuk romawi . maka terjadilah peperangan antara Mongolia dank am muslimin dan ini terjadi pada tahun 641 H. setelah kekalahan Mongolia pada perang ain jalut, tahun 658 H berangkatlah Zharir Bibris ke saljuk Romawi dan Mongolia, menyusul kekalahan besar ini sebagai pelajaran besar ini. Bersamaan dengan lemahnya Mongolia , pemerintahan utsmaniyah lalu menguasainya pada masa yang berbeda.[1]
Orang-orang Utsmaniyah bernasab pada kabilah qobi yang berasal dari kabilah Ghizz Turkmaniyah yang beragama islam dari negeri Turkistan.Tatkala terjadi penyerbuan mongolia atas negeri itu, kakek mereka (sulaiman) berhijrah ke negeri romawi, lalu ke syam dab ke irak. Dan mereka tenggelam di sungai Eufrat.
Kabilah ini lalu terpecah-pecah. Satu kelompok lalu kembali ke negeri asalnya. Dan satu kelompoknya bersama dengan Erthoghul bin sulaiman.
Nama Kerajaan Usmani diambil dari nama putra Erthogrul. Ia mempunyai seorang putra yang bernama Usman yang lahir pada tahun 1258. Nama Usman inilah yang kemudian lahir istilah Kerajaan Turki Usmani atau Kerajaan Usmani. Pendiri Kerajaan ini adalah bangsa Turki dari Kabila Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara Negeri Cina, kemudian pindah ke Turkistan, lalu ke Persia dan Iraq sekitar abad ke-9 dan 10.
Pada abad ke-13 M, Erthoghul pergi ke Anatolia. Wilayah itu berada dibawah kekuasaan Sultan Alaudin II (Salajikoh Alaudin Kaiqobad). Erthoghul membantunya melawan serangan dari Byzantium. Ertoghul menang dan mendapatkan sebagian wilayah (Asyki Syahr) dari Alaudin dari Byzantium dan sebagian hartanyamereka melarikan diri ke wilayah Barat sebagai akibat dari serangan Mongol. mereka mencari tempat perlindungan dari Turki Saljuk di daratan Tinggi Asia Kecil. Di bawah pimpinan Ertugrul, mereka mengabdikan diri pada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang berperang melawan Bizantium. Atas jasa baiknya, Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil, yang berbatasan dengan Bizantium dan memilih Syukud sebagai Ibu kotanya.
Ertugrul meninggal dunia pada tahun 1289 M. kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya yang bernama Usman (1281-1324), atas persetujuan Alauddin. Pada tahun 1300, bangsa Mongol Menyerang Kerajaan Saljuk, dan Dinasti ini terpecah-pecah dalam beberapa Dinasti kecil. Dalam kondisi kehancuran Saljuk inilah, Usman mengklaim Kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya, sekaligus memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Usmani. Dengan demikian, secara tidak langsung mereka mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar “Padinsyah Ali Usman”.
Setelah Usman mengakui dirinya sebagai Raja Besar Keluarga Usman pada tahun 699 H/1300 M, secara bertahap ia memperluas wilayahnya. Penyerangan awal dilakukan di sekitar daerah perbatasan Bizantium dan Brussa (Broessa) dijadikan salah satu daerah yang menjadi objek taklukan. Pada tahun 1317 M. wilayah tersebut dapat dikuasainya dan dijadikan sebagai ibu kota pada tahun 1326 M.
Diakhir kehidupannya Usman menunjuk Orchan (42) anak yang lebih muda dari kedua orang putranya sebagai calon pengganti memimpin kerajaan. Keputusan tersebut disandarkan pada pertimbangan kemampuan dan bakat anaknya masing-masing. Orchan sebagai prajurit yang potensial telah mendapat pengawasan dari ayahnya dan telah menunjukkan kemampuannya dalam konteks militer pada penaklukkan Brossa. Sementara Alauddin (kakaknya) lebih potensial dalam bidang agama dan hukum. Meskipun mereka sama-sama dibina dan dididik oleh ayahnya. Sasaran Orchan setelah penobatannya menjadi raja ialah penaklukkan kota Yunani seperti Nicea dan Nicomania. Nicea menyerah pada tahun 1327 dan Nocomedia takluk pada tahun 1338 M.
Raja Raja Usmani
Dalam masa kurang lebih 6 abad (1294-1924), berkuasa, kerajaan turki usmani mempunyai raja sebanyak 40 orang yang silih berganti, namun demikian, dalam makalah ini akan kami bahas beberapa raja yang berpengaruh saja, diantaranya:
Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)