Bacaan Ringan "SEJARAH ASAL USUL BANGSA JERMAN DAN PERKEMBANGAN NYA - PART 6"
http://massandry.blogspot.com
Perang Dunia I (1914-1918)
Perang meletus karena meledaknya tong mesiu di Balkan. Tanggal 28 Juni 1914 Putera Mahkota Austria, Franz Ferdinad dibunuh oleh seorang mahasiswa asal Serbia di Sarajevo. Pemerintah Jerman mendukung Austria untuk berperang melawan Serbia, di lain pihak Serbia didukung oleh Rusia. Maka meletuslah perang besar-besaran dimana Balkan sendiri tidak begitu berperan. Rakyat dari negara-negara yang terlibat perang maju ke medan perang dngan gagah berani, dan para serdadu dimana-mana disambut dengan sorak sorai kemeriahan, diantaranya terdapat seniman, kaum intelektual, mahasiswa, dan professor. Dari ruang kuliah Universitas mereka langsung pergi ke Parit-Parit (dikenal dengan perang parit) pertahanan. Tak disangka, apa yang sungguh akan mereka hadapi 4 tahun kemudian. Sebuah perang di mana pembantaian nyawa manusia terjadi secara besar-besaran.
Teknologi perang semakin maju dan menciptakan senjata-senjata yang lebih dahsyat serta lebih mematikan. Para prajurit hanya menjadi santapan meriam semata. Zeppelin dan pesawat terbang dilengkapi dengan senjata otomatis dan bom. Dalam satu pertempuran saja di laut Skagerrak, 10.000 orang tewas hanya dalam beberapa jam saja. Panser untuk pertama kalinya menyelinap ke kancah peperangan ibarat banteng besi.
Jalur garis depan, terutama kawasan pertempuran Perancis, Belgia, dan Italia nyaris tidak mengalami perubahan selang beberapa tahun. Untuk menggoncang Rusia sekaligus membalikkan keadaan perang, diputuskan oleh komandan tertinggi militer atas persetujuan Raja Wilhelm II pada musim semi tahun 1917 untuk melakukan kontak dengan Vladimir Iljitsch Lenin (pemimpin partai Bolsewik) yang berada dalam pengasingan di Zurich. Lenin akan dibawa dengan sebuah kereta api khusus melintasi Jerman menuju tanah airnya (Russland).
Harapan bersama antara Kaisar dan para jendral akhirnya terpenuhi. Belum sampai setahun setelah kepulangan Lenin, revolusi pecah di Rusia dan penguasa komunis yang baru (Lenin) bersedia membuat perdamaian khusus dengan Jerman. Namun kekuatan Jerman pada saat itu sudah payah dan sejak masuknya Amerika Serikat ke dalam kancah perang hanya tinggal masalah waktu saja untuk menghancurkan Jerman. Pada tanggal 9 November 1918 Jerman menyerah dan kaisar Wilhelm II pun turun takhta. Perang dunia satu ini pun memakan korban hampir 8 juta jiwa. Di Versailles dekat Paris ditandatangani suatu perjanjian perdamaian. Bangsa Jerman yang kalah perang harus membayar kerugian yang diakibatkan oleh peperangan dan harus kehilangan seperdelapan wilayahnya berikut 6,5 juta penduduknya.
Pasca-perang keadaan negara Jerman sangat memprihatinkan. Rakyat jatuh miskin, sengsara, dan menderita kekurangan. Tidak ada pekerjaan untuk mereka, tidak ada roti dan pada saat itu tidak ada masa depan. Sementara itu sang kaisar sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas penderitaan rakyat telah pergi meninggalkan Jerman untuk selamanya. Karena kebangkrutan yang payah Wilhelm II pergi ke Belanda, di mana pada tahun 1941 (ditengah berkecamuknya PD II, ia meninggal dunia, nyaris tanpa perhatian dunia).
Jerman Menjadi Republik
Presiden pertama “Republik Weimar”, nama yang diambil berdasarkan tempat sidang pertama Majelis Nasional adalah Fridrich Ebert. Guncangan demi guncangan terjadi pada saat Fridrich Ebert menjabat sebagai presiden pertama Repiblik Weimar, dari pemberontakan dan percobaan kudeta oleh politikus konservatif Wolfgang Kapp dan Jendral Walter von Lüttwitz, serta inflasi yang mencapai tingkatan di luar nalar. Pada bulan Oktober 1923 nilai tukar satu dolar lebih dari 25 milyar Deutsche Mark. Banyak orang yang sebelum perang punya sedikit tabungan harus menghadapi kenyataan, di mana buku tabungan mereka tidak lebih hanya sekedar kertas biasa. Saat itulah ada seorang yang berfikir, kini tibalah saat yang dinanti: Adolf Hitler.
Pada tahun 1932 jumlah pengangguran di Jerman mencapai lebih dari 6 juta jiwa. Dalam parlemen Jerman terdapat lebih dari 10 wakil partai diantaranya Partai Nazi dan Partai Komunis. Antara Partai Nazi dengan Partai Komunis terdapat pertentangan yang sangat kuat, jalanan sudah dikuasai mereka yang bersuara paling keras yaitu Partai Nazi dan Partai Komunis yang sering bentrok berdarah bahkan dengan polisi. Kedua partai ini menguasai kelompok bersenjata militan, yang tidak takut menghadapi pembunuhan dan pembantaian. Tidak heran, pada satu hari di bulan Juli 1932 di Hamburg, 18 orang terbunuh dalam sebuah bentrokan antara Nazi dan Komunis.
Tanggal 30 Januari 1933 Adolf Hitler mewujudkan ambisinya. Presiden Jerman yang sudah uzur “Paul von Hindenburg” yang dalam perang dunia pertama sangat disegani sebagai panglima perang mengangkatnya sebagai kanselir atas tekanan Partai Nazi. Dalam waktu singkat Adolf Hitler berhasil menyingkirkan seluruh lawan politiknya. Tepat tanggal 24 Maret 1933 parlemen mengeluarkan peraturan tentang pelimpahan kekuasaan yang berimbas melemahnya kewenangan parlemen. Dalam peraturan itu tercantum bahwa pemerintah berwenang untuk mengeluarkan undang-undang yang berlaku selama 4 tahun ke depan tanpa harus mendapatkan persetujuan dari parlemen. Sejak saat itu, Republik Weimar benar-benar hancur. Kekuatan baru pun muncul, yaitu: Kekuatan Nazi dengan pemimpin (Führer) baru: Adolf Hitler.
Rangkaian propaganda pun dijalankan Partai Nazi dalam rangka membangun citra positif di negeri ini dan merebut hati rakyat Jerman. Salah satunya rencana pemerintah agar setiap orang Jerman mampu memiliki mobil. Pada tanggal 6 Oktober 1938 perusahan “VOLKS WAGEN GmbH” didirikan. Harga satu unit mobil 990 Mark. Sebanyak 336.000 orang langsung memesan mobil tersebut, namun tidak seorangpun mendapatkanya, dengan alasan pabrik Volks Wagen (VW) di Wolfsburg harus segera menyesuaikan kebijakan produksinya terhadap tuntutan politik pembangunan senjata Hitler.
Tanggal 27 Februari gedung parlemen Jerman di Berlin dibakar. Gosip yang beredar menyatakan Nazi sendiri yang melakukannya, namun pihak pemadam kebakaran menyatakan bahwa pelakunya adalah seorang anggota komunis “Marinus van der Lubbe” yang dihukum mati setelah menjalani proses pengadilan penuh rekayasa. Pemerintah memanfaatkan kasus pembakaran ini sebagai alasan untuk mengambil tindakan pembasmian. Pemerintah menyalahkan Partai Komunis Jerman sebagai dalang kejadian ini. Pada malam itu juga, 4000 fungsionaris partai ditahan dan Partai Komunis dinyatakan terlarang.
Menteri propaganda Hitler, yaitu Joseph Gobbels mengerahkan para anggota SA pada tanggal 9 sampai 10 November 1938 menjarah took-toko Yahudi, Sinagonge, sekolah, dan permukiman orang Yahudi. Mereka merusak banyak bangunan dan atau membakarnya. Hampir 100 orang mati dibunuh, ribuan lainnya dianiaya. 25 000 orang Jerman yang beragama Yahudi ditangkap.
Dengan kekejamannya Hitler bisa mewujudkan ideologi rasisme yang melecehkan martabat manusia, seperti yang ia jelaskan dalam bukunya “MEIN KAMPF (PERJUANGAN SAYA)” yang ia karang pada saat di penjara akibat percobaan kudeta pada tahun 1925. Hampir tidak seorangpun mengira bahwa ia bisa mewujudkan ide-idenya ini setahap demi tahap.
Akibat kekejaman Partai Nazi, tidak hanya orang Jerman keturunan Yahudi yang harus meninggalkan tanah airnya. Eksodus besar-besaran dari kaum intelektual dan ilmuan, bintang film, sutradara, pengarang, dan filusuf Jerman pun berlangsung. Thomas Mann, Bertolt Brecht, Marlene Dietrich, Fritz Lang, Albert Einstain, dan banyak lagi yang lainnya tidak mau tinggal di Jerman, karena mereka melihat tidak ada lagi masa depan di sana.
Melihat animo eksodus besar-besaran, Partai Nazi mulai menghambat laju emigrasi dengan cara memasukkan mereka ke Kamp-kamp Konsentrasi (Konzentrationslager) dibawah pengawasan SS (Schutzstaffel), yaitu pasukan elite Hitler. Para tawanan tersebut antara lain; Lawan Politik Nazi, Umat Kristen, Gipsi dan Romawi, Kaum Homoseksual, Gembel dan Penjahat Kambuhan. Ratusan ribu manusia yang dibawa ke Kamp ini harus bertahan dalam kondisi yang sangat tidak layak, setiap hari tampak dengan jelas kematian, penyiksaan, dan penyakit. Khusus untuk Umat Yahudi, Kamp Pemusnahan dibangun, dimana di dalamnya ada sekitar 6 juta jiwa manusia tewas.