Bacaan Ringan "SEJARAH KAWASAN SISILIA SEBELUM DAN SESUDAH ERA ISLAM - PART 1"
http://massandry.blogspot.com
Oleh: Ahmad Rifa'i
Sisilia adalah sebuah pulau di laut tengah, letaknya berada di sebelah selatan semenanjung Italia, dipisahkan oleh selat Messina. Pulau ini bentuknya menyerupai segitiga dengan luas 25.708 km persegi. Sebelah utara terdapat teluk Palermo dan sebelah timur terdapat teluk Catania. Pulau ini di sebelah barat dan selatannya adalah kawasan laut Mediterranian, sebelah utara berbatasan dengan laut Tyrrhenian dan sebelah timurnya berbatasan dengan laut Ionian[1]. Pulau sisilia berbukit dan sangat indah, iklimnya yang baik, tanahnya subur, dan penuh dengan kekayaan alamnya[2].
Setelah kekaisaran romawi melemah, suku Germanik dikenal yaitu Vandal menguasai Sisilia pada 440M di bawah kekuasaan raja mereka Geiseric. Suku Vandal telah menginvasi bagian Roman Galia & Roman Hispania, menjadikan diri mereka sebagai kekuatan penting di Eropa Barat. Namun, mereka segera kehilangan wilayah tersebut karena invasi suku Jermanik Timur yang lain yaitu Goth. Penaklukan Ostrogothic di Sisilia (dan Italia secara keseluruhan) di bawah pimpinan Theodoric Agung dimulai pada 488 M, meskipun Ostrogothic adalah suku Germanik, Theodoric berusaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan Romawi dan pemerintahan dan memungkinkan kebebasan beragama.[3]
Perang Gothic terjadi antara Ostrogothic dan Kekaisaran Romawi Timur, juga dikenal sebagai Kekaisaran Byzantium. Sisilia adalah bagian pertama dari Italia untuk dikuasai oleh Jendral Belisarius umum yang ditugaskan oleh Kaisar Justinian Agung Sisilia digunakan sebagai pijakan Byzantium untuk menaklukkan seluruh Italia, karena Penerus Theodoric, yaitu Attalaric tidak sekuat ayahnya maka. Napoli, Roma, Milan dan Ravenna jatuh dalam waktu lima tahun tapi, raja Ostrogothic yang menggantikannya, Totila, melaju. menyusuri semenanjung Italia, menjarah dan menaklukkan Sisilia di 550M. Totila, pada akhirnya, dikalahkan dan dibunuh dalam Pertempuran Taginae oleh Jendral Narses pada 552M.
Ketika Ravenna jatuh ke tangan Suku Lombard (suku Germanic lain) di pertengahan abad ke-6, Syracuse menjadi pos barat utama Byzantium. Bahasa Latin secara bertahap digantikan oleh BahasaYunani sebagai bahasa nasional dan ritus Yunani dari Gereja Ortodox Timur diadopsi[4]
Kaisar Byzantium Constans II memutuskan untuk memindahkan ibukota dari Konstantinopel ke Syracuse di Sisilia di 663, tahun berikutnya ia melancarkan serangan dari Sisilia melawan Kadipaten Benevento yg dikuasai Suku Lombard, yang kemudian menduduki sebagian besar Italia Selatan. Dari akhir abad ke-7, Sisilia bersama Calabria menjadi Bizantium Sisilia.
Asal-Usul Islam di Sisilia
Pulau Sisilia di bagi menjadi tiga bagian: Val di Mazara di sebelah barat, Val di Noto di sebelah tenggara dan Val Demone di bagian timur laut. Islam hanya menjadi agama resmi di Val di Mazara sedangkan di bagian yang lainnya mayoritas beragama Kristen.[5]
Sebelum dikuasai Islam, Penguasaan pulau ini berpindah-pindah dalam beberapa abad mulai dari Yunani, Cartage, Romawi, Vandals, dan Byzantium, kemudian dikuasai oleh kaum Muslimin. Pada masa ekspedisi Islam zaman Umar bin Khattab (634-644 M), Sisilia masih berada di tangan Byzantium. Mereka menjadikan pulau ini sebagai markas tentara untuk menghadapi orang Islam. Pada masa Umar bin Khattab, sebenarnya kaum muslimin sudah berniat untuk menaklukkan pulau Sisilia. Akan tetapi Umar bin Khattab menolaknya, karena pulau ini sangat jauh dari pusat pemerintahan Islam, medan ke sana sangat sulit ditempuh dan daerah-deerah yang baru dikuasai harus dibenahi.[6]
Niat kaum muslimin untuk memasuki pulau ini baru terlaksana pada tahun 662, pada masa Utsman bin Affan (644-645 M), usaha penaklukan sudah mulai dilakukan oleh gubernur di Damaskus yakni Mu’awiyah bin Abu Sufyan (Khalifah pertama Bani Umayyah). Pada tahun 652 M. Atas perintah Muawiyah dikirimlah pasukan dengan pimpinan pasukan Mu’awiyah bin Khudaij. Sekalipun gagal, ia telah berhasil merampas harta kekayaan perang dari pasukan byzantium.
Serangan kedua dilakukan pada tahun 667 M setelah Mu’awiyah menjadi khalifah. Pada zaman Abd Malik juga dilakukan serangan, selanjutnya pada zaman al-Walid Ibn Abdul Malik. Gubernur Afrika utara Musa Ibn Nushair setelah menguasai Andalusia juga menyerang Sisilia di bawah pimpinan anaknya Abdullah[7]. Setelah itu terus dilakukan penyerangan-penyerangan terhadap wilayah ini, namun belum berhasil, hanya mendapatkan harta rampasan perang.
Sejauh perjuangan dan upaya yang dilakukan oleh umat Islam, tetap belum mampu menembus pertahanan pasukan penjaga pulau tersebut. Bukan tidak mungkin hal itu yang memaksa pihak Islam untuk berhenti sejenak dan mencari strategi baru, hingga pada akhirnya umat Islam sepenuhnya menaklukkan Sisilia[8].
Penaklukan Sisilia sebenarnya dilatar belakangi oleh adanya konflik penguasa romawi. Kaisar Romawi memerintahkan gubernur Sisilia Constantin untuk menangkap Euphemius, seorang komandan tentara Byzantium di Sisilia. Perintah penangkapan tersebut oleh pasukan Euphemius, pertempuran tidak terelakkan. Ketika terdesak, Euphemius meminta bantuan kepada Ziyadatullah dan menawarkan kekuasaan atas Sisilia. Tawaran itu diterima oleh Ziyadatullah.
Pada tahun 827 M (212 H), Ziyadatullah memerintahkan orang kepercayaannya Assad Bin Al-Furad untuk melaksanakan penyerbuan. Ekspedisi yang berlangsung selama dua tahun. Pada tahun 831 (216H), Palermo pun dapat dikuasai sehingga pasukan Aqlabi terus dapat mengokohkan kedudukan di Sisilia, terutama bagian barat Val di Mazzara.
Gubernur-gubernur Fatimiyah sendiri, sangat tertarik khususnya untuk menguasai Sisilia, karena alasan-alasan politik dan ekonomi mereka ingin mendirikan negara besar laut tengah dan merencanakan untuk membuat Sisilia sebagai pangkalan angkatan bersenjata (laut), supaya bisa menangkis serangan dari Byzantium di pantai-pantai Afrika dan berhasil mewujudkan ambisi-ambisi mereka di Afrika Utara dan Mesir dari sudut pandang ekonomi, mereka berpendapat bahwa Sisilia adalah daerah produktif yang akan memakmurkan mereka[9].
Pada tahun 830 M Asbagh bin Wakil seorang barbar Andalus, menundukkan Palermo dan sejak itu Palermo menjadi ibu kota pemerintahan Islam Sisilia, dengan wali pertamanya Abu Fihr Muhammad bin Abdullah. Penaklukkan terus dilanjutkan oleh Ibrahim bin Abdullah yang berhasil menguasai Pantellaria, Eulian, Tindano dan wilayah Val di Mazarra. Fadl bin Ja`far menguasai Messina, Rogusa dan Lentini. Pada tahun 902 M seluruh Sisilia dikuasai oleh kaum muslimin di bawah pimpinan Bani Aghlab yang setelah menghabiskan waktu dari tahun 827–902 M. Kemudian berdirilah pemerintahan di bawah dinasti yaitu Bani Aghlab, Fathimiyah, Kalbiyah dan Normandia.[10]