Bacaan Ringan "SEJARAH PERADABAN BANGSA ARAB SEBELUM ISLAM - PART 3"
http://massandry.blogspot.com
5. Kondisi Politik
Secara global-teritorial, Arab merupakan negeri yang terletak di semenanjung Arab yang dikelilingi tiga lautan, yaitu Laut Merah di Barat, Samudera Hindia di Selatan, dan Teluk Persia di sebelah Timur. Letak geopolitik ini berdampak signifikan pada kondisi sosial bangsa Arab. Negeri Yaman misalnya, diperintah oleh bermacam-macam suku dan pemerintahan yang terbesar adalah masa pemerintahan Tababi’ah dari kabilah Himyar.
Di bagian Timur Jazirah Arab, dari kawasan Hirah hingga Iraq, yang ada hanya daerah-daerah kecil yang tunduk kepada kekuasaan Persia hingga datangnya Islam. Raja-raja Munadzirah sama sekali tidak berdiri sendiri dan tidak merdeka, tetapi tunduk secara politis di bawah kekuasaan raja-raja Persia. Bagian Utara Jazirah Arab sama dengan bagian Timur, karena di daerah itu juga tidak ada pemerintahan bangsa Arab yang murni dan merdeka. Semua raja di sini tunduk di bawah kekuasaan Romawi. Raja-raja Ghasasanah semuanya serupa dengan raja-raja Munadzirah. Sementara itu, di Tengah Jazirah Arab, di mana terdapat tanah suci Mekkah dan sekitarnya, kaum Adnaniyyin menjadi penguasa yang independen, tidak dikuasai oleh Romawi, Persia, maupun Habasyah. Allah telah menjaga kehormatan tanah dan penduduk disana. Bahkan sejak masa imperialisme Barat yang menjajah dunia Islam, tak ada yang bisa menguasai negeri suci ini karena Allah telah menjaga kesuciannya.[30]
Bangsa arab zaman Jahiliyah tidak mempunyai bentuk pemerintahan terkenal yang besar. Mereka hanya memiliki kabilah-kabilah yang mana tugas pemimpin hanya mengurus hal-hal dalam keadaan perang dan damai. Perang sering terjadi antara kabilah dan suku, ganti berganti, terjadinya selama bulan haram, dalam masa mana berlangsung “pasar Ukaz”. Peperangan terjadi biasanya disebabkan oleh hal yang sepele dan remeh.[31]
Ditambah lagi dengan kenyataan luasnya daerah di tengah Jazirah Arab, bengisnya alam, sulitnya transportasi, dan merajalelanya badui yang merupakan faktor-faktor penghalang bagi terbentuknya sebuah negara kesatuan dan menggagalkan tatanan politik yang benar. Mereka tidak mungkin menetap. Mereka hanya bisa loyal ke kabilahnya. Oleh karena itu, mereka tidak akan tunduk ke sebuah kekuatan politik di luar kabilahnya yang menjadikan mereka tidak mengenal konsep negara. Kondisi semacam ini sangat mempengaruhi corak perekonomian orang Arab pra-Islam yang sangat bergantung pada perdagangan daripada peternakan apalagi pertanian. Mereka dikenal sebagai pengembara dan pedagang tangguh. Mereka juga sudah mengetahui jalan-jalan yang bisa dilalui untuk bepergian jauh ke negeri-negeri tetangga.[32]
Adalah Hāshim (lahir 464 M), kakek buyut Nabi, yang pertamakali membudayakan bepergian bagi suku Quraysh pada musim dingin ke Yaman dan ke Ḥabashah ke Negus dan pada musim panas ke Syam dan ke Gaza dan barangkali hingga sampai di Ankara lalu menemui kaisar. Ini merupakan perdangan lintas negara yang biasa mereka lakukan. Mereka juga bisa menjalin hubungan perdagangan dengan dua kekuatan politik yang saling bertentangan, yaitu Bizantium dan Persia tanpa memihak ke salah satu di antara keduanya. Oleh karena itu, peradaban mereka dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan dalam arti bahwa mereka berinteraksi dengan masyarakat-masyarakat seberang dan semakin menjauh dari pola badui. Jauh berbeda dengan Yaman, selain letak geografisnya yang strategis untuk perdagangan, ia juga merupakan daerah subur. Dengan dua kelebihan yang ada, mereka bisa mengandalkan perdangangan dan pertanian sebagai sumber ekonomi mereka. Mereka mengirim kulit, sutera, emas, perak, batu mulia, dan lain-lain Mesir kemudian ke Yunani, Rumania, dan imperium Bizantium. Kerajaan Ma`īn, Saba`, dan Ḥimyar yang ada di Yaman mencapai stabilitas politik dan ekonomi, bahkan menciptakan kehidupan yang beradab dengan tersebarnya pasar-pasar dan bangunan-bangunan menakjubkan yang bersandar pada pertanian dan perdangangan yang sangat maju. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan mereka tentang ekonomi dan politik lebih maju daripada daerah-daerah lain di Jazirah Arab, sehingga merengkuh lebih awal peradaban yang tinggi.[33]
6. Kondisi Agama
Sementara dalam bidang agama (kepercayaan) pada umumnya mereka adalah kaum penyembah berhala atau paganisme. Menurut catatan sejarah, di dinding Ka’bah terdapat 360buah patung. Bangsa Arab senang memuliakan batu-batu yang ada di sekeliling Ka’bah/Mekkah kemana mereka pergi selalu membawa batu tersebut, untuk kemudian thawaf mengelilingi batu yang dibawanya itu, sehingga di mana-mana dibentuk patung. Patung-patung dan berhala itu mereka kumpulkan di sekitar Ka’bah untuk disembah. Pada awalnya mereka menyembah berhala adalah hanya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (Allah), atau dengan kata lain berhala sebagai perantar untuk menyembang Tuhan.[34]
Agama kedua yang dianut oleh bangsa arab adalah agama monoteisme, agama hanif yang dibawa oleh Nabi Ibrahim. Pengikut agama ini sangat sedikit, bahkan ketika islam sudah ada merekat tidak segera mengimaninya. Selain itu ada agama Masehi (kristen) yang dianut oleh Waraqah Ibn Naufal yang mengetahui banyak tentang injil. Namun ketika datangnya islam, Usman Ibn Hawairis dan Abdullah Ibn Jashy ragu terhadap kebenaran islam dan lebih memilih untuk kembali memantapkan dalam menganut agama Masehi. Agama ketiga yang dipercayai oleh bangsa arab adalah agama Shabiah yang menyembah binatang, matahari, bintang. Selain itu ada juga yang menyembah binatang dan mempercayai malaikat sebagai anak perempuan Tuhan serta menyembah jin.[35]
Dalam hal ini menurut teori Ibnu Kalbi: Bangsa Arab senang memuliakan batu-batu yang ada di sekeliling Ka’bah/Mekkah kemana mereka pergi selalu membawa batu tersebut, untuk kemudian thawaf mengelilingi batu yang dibawanya itu, sehingga di mana-mana dibentuk patung. Patung-patung dan berhala itu mereka kumpulkan di sekitar Ka’bah untuk disembah. Di sisi lain, mereka menyembah berhala adalah hanya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (Allah):
ألا لله الدين الخالص ، والذين أتخذوا من دونه أوليآء مانعبدهم إلا ليقربونآ إلى لله زلف إن لله يحكم بينهم فى ما هم فيه يختلفون إن لله لا يهدى من هو كذب كفار
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Tidaklah kami menyembah mereka (berhala), melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar (Az Zumar: 3).[36]
Waktu terus bergulir sekian lama, hingga banyak diantara mereka yang melalaikan ajaran yang pernah disampaikan kepada mereka. Sekalipun begitu masih ada sisa-sisa tauhid dan beberapa syiar dari agama Ibrahim, hingga muncul Amr Bin Luhay, (Pemimpin Bani Khuza’ah). Dia tumbuh sebagai orang yang dikenal baik, mengeluarkan shadaqah dan respek terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya dan hampir-hampir mereka menganggapnya sebagai ulama besar dan wali yang disegani. Kemudian Amr Bin Luhay mengadakan perjalanan ke Syam.Disana dia melihat penduduk Syam menyembah berhala. Ia menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik dan benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat para Rasul dan kitab. Maka dia pulang sambil membawa HUBAL dan meletakkannya di Ka’bah. Setelah itu dia mengajak penduduk Mekkah untuk membuat persekutuan terhadap Allah. Orang orang Hijaz pun banyak yang mengikuti penduduk Mekkah, karena mereka dianggap sebagai pengawas Ka’bah dan penduduk tanah suci.
Pada saat itu, ada tiga berhala yang paling besar yang ditempatkan mereka ditempat-tempat tertentu, seperti:
1. Manat, mereka tempatkan di Musyallal ditepi laut merah dekat Qudaid.
2. Lata, mereka tempatkan di Tha’if.
3. Uzza, mereka tempatkan di Wady Nakhlah.[37]
Banyak lagi tradisi penyembahan yang mereka lakukan terhadap berhala-berhalanya, berbagai macam yang mereka perbuat demi keyakinan mereka pada saat itu. Bangsa Arab berbuat seperti itu terhadap berhala-berhalanya, dengan disertai keyakinan bahwa hal itu bisa mendekatkan mereka kepada Allah dan menghubungkan mereka kepada-Nya, serta memberikan manfaat di sisi-Nya. Setelah itu, kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil bertebaran disetiap tempat di Hijaz. Yang menjadi fenomena terbesar dari kemusyrikan bangsa Arab kala itu yakni mereka menganggap dirinya berada pada agama Ibrahim.
Ada beberapa contoh tradisi dan penyembahan berhala yang mereka lakukan, seperti :
1.Mereka mengelilingi berhala dan mendatanginya, berkomat-kamit dihadapannya, meminta pertolongan tatkala kesulitan, berdo’a untuk memenuhi kebutuhan, dengan penuh keyakinan bahwa berhala-berhala itu bisa memberikan syafaat disisi Allah dan mewujudkan apa yang mereka kehendaki.
2. Mereka menunaikan Haji dan Thawaf disekeliling berhala, merunduk dan bersujud dihadapannya.
3. Mereka mengorbankan hewan sembelihan demi berhala dan menyebut namanya.[38]
Selain itu terdapat pula agama/kepercayaan lain di antaranya adalah Agama Nasrani yang masuk melalui Habsyi dan Syiri'a. Agama Yahudi terdapat di Hejaz, dan yang terakhir adalah orang-orang yang percaya kepada: Tahayul, Kihanah, Penenung, Thiarah: burung, bintang yang mempengaruhi hidup. Dalam kaitan ini Syaikhul Islam Muhammad Bin Abdul Wahab menyatakan, di antara sikap hidup mereka (orang Arab Jahiliyah, pen.) lagi ialah mengubah haluan hidup, tidak mau mempergunakan Kitab Allah, tetapi justru menjadikan kitab-kitab sihir sebagai pegangan hidup mereka.[39]
C. Suku Quraisy
Kedudukan kaum Quraisy sangat dimuliakan dan berderajat tinggi dalam pandangan bangsa arab seluruhnya. Mereka dimuliakan dan dihormati oleh seluruh penduduk Jazirah arab. Adapun keluarga yang lebih dimuliakan dalam suku Quraisy adalah bani Abdi Manaf, selain itu adalah bani Hasyim. Nabi Muhammad adalah keturunan bani Hasyim, bernama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim.[40]
Diantara keturunan nabi Ismail yang bisa beregenerasi adalah keturunan dari kaum Adnan. Dari Adnan keturunan Ismail dikenal dengan sebutan Bani Adnan atau Adnaniyun. Dari bani Adaan turun temurun menurunkan Fihr Bin Malik, dan Fihr inilah yang disebut Quraisy. Antara Quraisy dengan Adnan dalam garis keturunan berjarak beberapa generasi. Dari suku Quraisy inilah lahirlah seorang pemimpin yang bernama Qushi bin Kilab[41]. Dia adalah orang yang kuat, cerdas, berwibawa, dan ditaati. Dialah yang telah merintis perbaikan infrastuktur seperti mendatarkan jalan, selain itu dia juga menjadi pelopor untuk mengaakan perpindahan kekuasaan dari tangan Khuza’ah ket tangan suku Quraisy.[42]
Sejarah peradaban arab paling modern pra Islam dimulai dari penguasaan orang Quraisy di wilayah Arab yang dipimpin oleh nenek moyang nabi Muhammad yaitu oleh Qusha’i. Ketika musim haji datang orang Quraisy gemar menyajikan makanan[43] pada orang-orang yang berhaji. Orang Quraisy sangat menghormati orang-orang yang berhaji. Maka tak ayal ketika suku Quraisy mengadakan perjalanan jual beli ke luar daerah juga sangat dihormati.[44] Pada abad 5 Masehi kaum Quraisy merebut pemerintahan Makkah beserta Ka’bah dari Khuza’ah. Setelah dipimpin kaum Quraisy Makkah menjadi lebih maju. Kemudian didirikanlah pemerintahan yang diperkasai oleh kaum Qurasiy. Pada zaman Abdul Muthalib kota Makkah lebih maju dan telaga Zamzam disempurnakan pemugarannya, yaitu sekitar abad 540 M.[45]
Seiring berjalannya waktu melihat kondisi miskin dan kesempitan akses sosial ke luar Makkah, maka salah seorang pemimpin bani Qurasiy yaitu Hasyim mengadakan negoisasi ke Syiria yaitu daerah kekuasaan Romawi Timur. Negoisasasi tersebut berhasil, pemimpin Romawi Timur menjami keamanan dan perniagaan mereka. Maka setelah itu Hasyim mengatur dua macam jalur perdagangan. Pertama perjalanan di musim panas ke Syiria, dan kedua perjalan musim dingin ke Yaman.[46]
BIBLIOGRAFI
“Arab Pra Islam”, http://monggominarak.blogspot.com/2011/12/arab-pra-islam.html, 23 Desember 2011.
“Kondisi Bangsa Arab Pra Islam,” http://mahluktermulia.wordpress.com/2010/05/13/kondisi-bangsa-arab-pra-islam/.
“Sejarah Arab Pra Islam,” http://spistai.blogspot.com/2009/03/sejarah-arab-pra-islam.html, Senin, 02 Maret 2009.
Al Jazairi, Abu Bakar Jabir. Muhammad, My Beloved Prophet. 2007.
Al-farisi, Rudi Arlan. “Sejarah Peradaban Arab Pra Islam,” http://msubhanzamzami.wordpress.com/2010/10/18/kondisi-arab-pra-islam-dalam-aspek-sosial-budaya-agama-ekonomi-dan-politik/.
As-Sirjani, Raghib. Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia, terj. Sonif . Jakarta: al Kautsar, 2011.
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Surabaya: Duta Ilmu, 2005.
Hasjmy, A. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1995.
Hollan, Julian. “Timur Tengah,” Ensikopedia Sejarah dan Budaya Sejarah Dunia, ed. Nino Oktorino. Jakarta: Lentera Abadi, 2009.
Mufrodi, Ali. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos, 1997.
Syalabi, A. Sejarah da Kebuayaan Islam. Jakarta: Pustaka al Husna,1992.
Taufiqqurahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam Daras Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: Pustaka Islamika, 2003.
Yahya, Mukhtar. Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah. Jakarta: Bulan Bintang, 1985.
Yatim, Badri Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000.
[1]Menurut Noeldeke, dinamakan Jazirah Arab karena wilayah tersebut merupakan wilayah yang sebagian besar terdiri dari padang pasir. Sedang menurut Muhammad Hasyim Athiyah dinamakan Jazirah karena penduduknya suka mengembara dan nomaden. Nomaden dilakukan karena kebutuhan untuk mencari makan bagi ternaknya seperti kuda, unta, dan kambing ke Oase jika di daerah asal terjadi kemarau panjang. Lihat Taufiqqurahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam Daras Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: Pustaka Islamika, 2003), 1.
[2]Rudi Arlan Al-farisi, Sejarah Peradaban Arab Pra Islam, http://msubhanzamzami.wordpress.com/2010/10/18/kondisi-arab-pra-islam-dalam-aspek-sosial-budaya-agama-ekonomi-dan-politik/, diakses Pada 8 April 2012 pada Puku 14.25 WIB.
[3]“Kondisi Bangsa Arab Pra Islam”http://mahluktermulia.wordpress.com/2010/05/13/kondisi-bangsa-arab-pra-islam/, 13 Mei 2010, diakses Pada 8 April 2012 pada Puku 14.45 WIB.
[4]Arab Pra Islam”, http://monggominarak.blogspot.com/2011/12/arab-pra-islam.html, 23 Desember 2011. Diaskses pada tanggal 8 April 2012 Pukul 14.47 WIB.
[5]Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab (Jakarta: Logos, 1997), 2.
[6]Arab Pra Islam”, http://monggominarak.blogspot.com/2011/12/arab-pra-islam.html, 23 Desember 2011. Diaskses pada tanggal 8 April 2012 Pukul 14.47 WIB.
[7]Mufrodi, Islam di Kawasan, 5.
[8]Taufiqqurahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam Daras Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: Pustaka Islamika, 2003), 4-5.
[9]Ibid., 5.
[10]Ada sebagian pendapat mengatakan bahwa sebenarnya Ibrahim tidak membangun Ka’bah, tetapi lebih tepatnya merenovasi atau memugar ulang Ka’bah. Karena kab’ah sudah ada sebelum manusia pertama yaitu ada belum diciptakan.
[11]Karena banyaknya peziarah pergi ke ka’bah sehingga menjadikan Makkah menjadi pusat perekonomian khususnya bagi para pedagang. Kemudian pada akibatnya menyebabkan Raja Abrahah dari Habsyi yang beragama Kristen ingin menghancurkan Ka’bah dan memindahkan pusat Ibadah Haji di daerah Kekuasaannya. Sehingga bisa penulis katakan motif Abrahah ingin menghancurkan Ka’bah adalah bukan karena aspek agama tapi aspek ekonomi.
[12]Dapat penulis simpulkan bahwa pondasi peradaban Arag pada hakikatnya berada di Makkah karena di sanalah tempat pertama tauhid di syiarkan.
[13]A. Syalabi, Sejarah da Kebuayaan Islam (Jakarta: Pustaka al Husna,1992), 44-47.
[14]Menurut Syalabi Perpindahan kekuasaan dari Jurhum ke tangan Khuza’ah terjadi pada perkiraaan tahun 207 SM. Lihat A. Syalabi, Sejarah da Kebuayaan Islam (Jakarta: Pustaka al Husna,1992), 48.
[15]Yahya, Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), 237.
[16]Julian Hollan, “Timur Tengah,” Ensikopedia Sejarah dan Budaya Sejarah Dunia, ed. Nino Oktorino (Jakarta: Lentera Abadi, 2009), 63.
[17]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000), 14-15.
[18]“Arab Pra Islam”, http://monggominarak.blogspot.com/2011/12/arab-pra-islam.html, 23 Desember 2011. Diaskses pada tanggal 8 April 2012 Pukul 14.47 WIB.
[19] Ibid,.
[20]Yatim, Sejarah Peradaban, 11.
[21]Syalabi, Sejarah dan, 57.
[22]Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia, terj. Sonif (Jakarta: al Kautsar, 2011),32-36.
[23]Syalabi, Sejarah dan, 43.
[24]Yatim, Sejarah Peradaban, 11.
[25]A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), 23.
[26]Hasjmy, Sejarah Kebudayaan, 24-25.
[27]Ibid., 21.
[28]Syalabi, Sejarah dan, 47.
[29]Syalabi, Sejarah dan,53.
[30]Abu Bakar Jabir Al Jazairi. Muhammad, My Beloved Prophet. (2007) 24-27
[31] Hasjmy, Sejarah Kebudayaan, 20-21.
[32]Rudi Arlan Al-farisi, Sejarah Peradaban Arab Pra Islam, http://msubhanzamzami.wordpress.com/2010/10/18/kondisi-arab-pra-islam-dalam-aspek-sosial-budaya-agama-ekonomi-dan-politik/, diakses Pada 8 April 2012 pada Puku 14.25 WIB.
[33]Rudi Arlan Al-farisi, Sejarah Peradaban Arab Pra Islam, http://msubhanzamzami.wordpress.com/2010/10/18/kondisi-arab-pra-islam-dalam-aspek-sosial-budaya-agama-ekonomi-dan-politik/, diakses Pada 8 April 2012 pada Puku 14.25 WIB.
[34]Taufiqqurahman, Sejarah Sosial Politik, 6-7.
[35]Ibid., 7-8.
[36]Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Surabaya: Duta Ilmu, 2005), 658.
[37]“Sejarah Arab Pra Islam,” http://spistai.blogspot.com/2009/03/sejarah-arab-pra-islam.html, Senin, 02 Maret 2009, Diaskses pada tanggal 8 April 2012 Pukul 15.17 WIB.
[38]“Sejarah Arab Pra Islam,” http://spistai.blogspot.com/2009/03/sejarah-arab-pra-islam.html, Senin, 02 Maret 2009, Diaskses pada tanggal 8 April 2012 Pukul 15.17 WIB.
[39]“Arab Pra Islam”, http://monggominarak.blogspot.com/2011/12/arab-pra-islam.html, 23 Desember 2011. Diaskses pada tanggal 8 April 2012 Pukul 14.47 WIB.
[40]Yahya, Perpindahan-perpindahan Kekuasaan, 240-241.
[41]Qushai bernama Asli Zaid, ayahnya Kilab telah meninggal dunia ketia dia masih kecil. Kemudian ibunya menikah lagi dengan seorang dari bain Udzrah yang berdia di Utara negeri Makkah. Tinggalah Qushai dan ibunya di pemukiman bani Udzrah yang jau dari kaumnya yaitu bani Adnan. Oleh karena itu ibunya memanggil dengan Qushai yang artinya Yang Jauh. Maka jadilah sebutan inilah yang lebih melekat pada dirinya. Lihat Mukhtar Yahya, Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), 236.
[42]Yahya, Perpindahan-perpindahan Kekuasaan, 235-236.
[43]Menurut Mukhtar Yahya awal sejarah mengapa bangsa Quraisy gemar dalam menjamu para Hujjaj adalah untuk mengambil hati bangsa arab dari seluruh penjuru tanah arab yang akan berhaji. Qushai menyadari akan peluang ini bahwa makanan dan air sangat diperlukan oleh para Hujjaj. Maka dihimbaulah kaumnya agar mengeluarkan sebagian hartanya untuk penyembelihan hewan, pengadaan susu, air, roti dan bahan makanan lain. Lihat Mukhtar Yahya, Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), 237-238.
[44]Selain itu penghormatan terhadap suku Qurasiy dilakukan karena mereka adalah penjaga Baitullah, tak ada seorangpun yang berani mengusik mereka dalam perjalanan-perjalanan dagang maupun politik. Lihat Mukhtar Yahya, Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), 241
[45]Hasjmy, Sejarah Kebudayaan, 20.
[46]Yahya, Perpindahan-perpindahan Kekuasaan, 241.