Bacaan Ringan "SEJARAH PANJANG NEGERI JEPANG DARI JAMAN PRASEJARAH - I.JEPANG ZAMAN MEIJI"
http://massandry.blogspot.com
I. Zaman Meiji (1868 M – 1912 M)
1) Keadaan Zaman
Proses terbentuknya zaman Meiji diawali dengan sebuah gerakan pembaruan yang dikenal dengan Restorasi Meiji (Meiji Ishin). Restorasi Meiji berlangsung dari tahun 1866 M sampai 1869 M (dari akhir zaman Edo sampai awal zaman Meiji). Restorasi ini timbul akibat dibukanya Jepang kepada kapal-kapal dari barat yang dipimpin oleh perwira Angkatan Laut Amerika Serikat, Matthew Perry. Pembentukan aliansi Sacchō (Satsuma-Chōshū) pada tahun 1866 M yang dicetuskan oleh Sakamoto Ryōma adalah titik awal restorasi Meiji. Tujuannya adalah melawan keshōgunan Tokugawa dan mengembalikan kekuasaan pada kaisar.
Setelah Tokugawa Yoshinobu memberikan kekuasaan dan mundur dari jabatannya (tahun 1867 M), setahun kemudian pecahlah perang Boshin (perang Toba-Fushimi). Perang ini timbul karena ketidakpuasan Yoshinobu terhadap pemerintah baru yang tidak memberikan kedudukan penting bagi Yoshinobu dan tanah dikembalikan kepada istana. Satsuma dan Chōshū dari pihak pemerintahan baru berhasil mengalahkan tentara Yoshinobu. Kemenangan pemerintah baru tersebut membuat kaisar mencopot seluruh kekuasaan Yoshinobu.
Pada akhir restorasi Meiji, kota Edo yang masih kacau karena pemberontakan atas pelarangan agama Kristen diubah namanya menjadi kota Tōkyō. Dan nama zamannya diganti zaman Meiji, sesuai nama kaisar yang memimpin pada saat itu. Meiji berarti ”pencerahan”. Kemudian ibukota dipindah dari Kyōto ke Tōkyō.
Zaman Meiji dimulai setelah kaisar Mutsuhito naik takhta dan memerintah Jepang (25 Januari 1868 - 30 Juli 1912). Kaisar Mutsuhito kemudian berganti nama menjadi kaisar Meiji. Kaisar Meiji mengumumkan rencana politik pemerintahan baru yang dikenal dengan ”5 pasal dekrit” yang meliputi:
· Pembentukan dewan-dewan legislatif.
· Pelibatan semua golongan masyarakat dalam mengadakan hubungan antar negara.
· Penarikan kembali aturan perpajakan dan pembatasan kelas dalam pekerjaan.
· Penggantian ”tradisi setan” dengan ”hukum alam”.
· Pengiriman utusan ke Eropa dan Amerika untuk mempelajari ilmu barat dan memperkuat fondasi hukum pemerintahan Meiji.
Pengeluaran dekrit itu dilakukan dengan bersumpah kepada dewa. Maksud dari dikeluarkannya dekrit itu adalah untuk menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa Jepang akan membangun negaranya dengan menuntut ilmu pengetahuan. Dengan kembalinya kekuasaan ke tangan kaisar Jepang bermaksud membentuk negara yang berorientasi ke Shintōisme seperti 1000 tahun yang lalu.
Pada tahun 1871 M tanah kekuasaan para Daimyō (Han) dihapuskan dan membagi negeri dengan sistem prefektur (Ken). Dari pusat dikirimkan pegawai pemerintahan untuk mengurus tiap-tiap Ken yang disebut Haihanchiken. Pajak dikumpulkan oleh pemerintah dan pegawai pemerintah menerima gaji dari pemerintah. Kemudian pemerintah memperbarui cara pemungutan pajak dari petani yang disebut Chisokaisei. Pemerintah memberikan sertifikat tanah kepada pemilik tanah, kemudian pajak diganti dalam bentuk uang kontan. Anak laki-laki pemilik tanah diwajibkan meninggalkan desa dan menjadi buruh pabrik atau mengikuti wajib militer di kota. Wajib militer ditetapkan sejak tahun 1873 M dan diwajibkan bagi anak laki-laki berumur lebih dari 20 tahun.
Karena wajib militer diberlakukan, para samurai merasa kecewa. Wajib militer adalah sistem dari barat (tentara dilatih oleh Perancis), dan samurai benci hal yang berasal dari barat. Akhirnya pada tahun 1877 M Takamori Saigō memimpin pemberontakan samurai di Kyūshū. Pertempuran militer melawan samurai tersebut memakan banyak korban di kedua belah pihak. Tapi karena Jepang mengadakan wajib militer, tentara Jepang dapat menyusun kembali pasukannya sedangkan para samurai tidak. Pemberontakan ini berakhir pada tanggal 24 September 1877 dengan terbunuhnya Takamori Saigō.
Pada zaman Meiji, pemerintah menetapkan Shimin Hyōdō yaitu persamaan empat strata sosial Kōzoku (keluarga kaisar), Kazoku (bangsawan istana dan feodal), Shizoku (militer), dan Heimin (petani, pekerja, dan pedagang).
Di bidang pendidikan, pada tahun 1872 M pemerintah menetapkan sistem pendidikan baru. Semua golongan masyarakat dapat mengenyam pendidikan. Kemudian pada tahun 1890 M wajib belajar 6 tahun dicanangkan. Universitas-universitas juga mulai didirikan.
Pada tahun 1875 M diadakan Konferensi Osaka yang menghasilkan keputusan bahwa reorganisasi pemerintahan ditujukan kepada Genrōnin (dewan tetua) yang indepanden.
Pada tahun 1881 M lahirlah pergerakan demokrasi yang melahirkan partai-partai seperti Rikken Jiyutō (Partai Liberal), Rikken Kaishintō (Partai Konstusional Progresif), Rikken Taiseitō (Partai Imperial). Pada tahun 1885 M bentuk pemerintahan diganti dengan sistem kabinet dan Ito Hirobumi sebagai Perdana Menteri. Pada masa imperial ini diproklamasikan UUD kekaisaran Jepang (Konstitusi Meiji) pada tanggal 11 Februari 1889. Konstitusi Meiji menjamin peran politik kaisar secara nyata (walaupun pada akhirnya kekuasaan kaisar dikendalikan oleh dewan tua/Genrōnin). Jepang juga mengadopsi sistem Parlemen seperti di Eropa yang disebut Diet. Pada tahun 1890 M untuk pertama kalinya diadakan pemilihan wakil rakyat, tetapi hanya orang yang berusia 25 tahun keatas yang dapat memilih, peserta pemilih saat itu hanya sekitar 1% saja.
Pada tahun 1880-an Jepang mengalami krisis ekonomi karena adanya pengeluaran besar yang diikuti dengan reformasi sistem mata uang dan pembentukan Bank of Japan.
Pemerintah Meiji menginginkan negaranya sejajar dengan negara barat. Untuk itu pemerintah membeli mesin-mesin dan teknologi canggih dari Amerika dan Eropa. Pemerintah mendirikan pabrik-pabrik, membangun rel kereta api, menetapkan Yen, Sen, dan Rin sebagai mata uang baru. Di dalam kehidupan sehari-hari diberlakukan kalender sistem matahari (Gregorian), misalnya 1 hari ada 24 jam, 1 minggu ada 7 hari, dll. Akhirnya sistem barat pun diterima. Diberlakukan kebebasan beragama sehingga agama Kristen pun diakui.
Pada tahun 1894 M, di Korea terjadi pemberontakan petani. Pemerintah Korea memohon kepada Dinasti Chin agar mengirimkan pasukan militernya. Mengetahui hal tersebut, Jepang pun mengadakan ekspansi sehingga timbullah perang Jepang-Cina (Nisshin Sen). Jepang menang atas Cina. Kemudian setahun berikutnya ditandatangani perjanjian Shimonoseki. Jepang wajib membayar ganti rugi perang yang tinggi. Jepang juga memperoleh Taiwan dan semenanjung Liotung. Tapi Jepang pada akhirnya mengembalikan Semenanjung Liotung setelah Rusia, Perancis, dan Jerman menuntutnya.
Setelah itu, karena Jepang ingin melakukan ekspansi dari Korea ke Cina dan Rusia ingin mengadakan ekspansi dari Manchuria ke Korea, timbul perentangan antara Jepang dan Rusia. Di lain pihak, karena terjadi pertentangan antara Inggris dan Rusia di Asia, maka Inggris dan Jepang berjanji untuk saling menolong dan membuat Aliansi Jepang-Inggris (Nichie Dōmei) pada tahun 1902 M. Kemudian tahun 1904 M dimulailah perang Jepang-Rusia. Atas perantara presiden Amerika, pada tahun 1905 M Rusia dan Jepang menandatangani perjanjian Porstmouth dan berakhirlah perang kedua negara tersebut.
2) Kebudayaan
Pada zaman Meiji kebudayaan barat berkembang dengan pesat. Gaya hidup baru yang mencakup bidang ilmu pengetahuan, pendidikan, sandang, pangan, papan adalah kebudayaan barat yang baru yang disebut Bunmei Kaika (pencerahan peradaban). Memotong rambut kucir menjadi pendek dan memakai pakaian barat telah menjadi gaya hidup baru. Daging sapi yang sebelumnya tidak pernah dimakan oleh orang Jepang akhirnya mulai banyak dimakan dan banyak restoran Sukiyaki didirikan.
Di bidang sastra, Jepang juga mulai melangkah menuju modern. Tokoh-tokoh sastra yang muncul pada zaman ini antara lain:
· Subouchi Shōyō, dengan bukunya ”Shōsetsu Shinzui”.
· Futabatei Shimei, dengan novelnya ”Ukigumo”.
· Yōda Rohan, dengan novelnya ”Goshūnokō”.
· Ozaki Kōyō, dengan novelnya ”Konjiki yasha”.
· Higuchi Ichiyō, dengan novelnya ”Takekurabe”, ”Nigorie”, ”Jūsan-ya”.
· Shimazaki Tōson, dengan novelnya ”Haikai”, ”Yoakemae”.
· Tayama Katai, dengan novelnya ”Futon”.
· Mori Ōgai, dengan novelnya ”Takasebune”, ”Saigo no Ikku”.
· Natsume Sōseki, dengan novelnya ”Wagahai wa neko de aru”, ”Bocchan”, ”Kusamakura”, ”Kokoro”.
· Ishikawa Takabaku, dengan pantunnya ”Ichiaku no Suna”, ”Kanashiki Gangu”.
· Masaoka Shiki, dengan Haiku dan Tankanya yang diterbitkan dalam majalah ”Hototokisu”.
· Yosano Akiko, dengan Tankanya yang diterbitkan dalam majalah ”Myōjō”.
3) Peninggalan
Peninggalan pada zaman ini dapat dilihat dari bidang pendidikan yaitu didirikannya universitas universitas seperti:
Universitas Tōkyō Igakkō pada tahun 1877 M (pada tahun 1898 M berganti nama menjadi Universitas Teikoku, dan pada tahun 1945 M berganti nama menjadi Universitas Tōkyō.)
Keiō Gijuku ( yang kemudian berganti nama menjadi Universitas Keiō) yang didirikan oleh Fukuzawa Yukichi.
Universitas Dōshisha yang didirikan Niijima Jō.
Sekolah Kejuruan Tōkyō (kemudian berganti nama menjadi Universitas Waseda) yang didirikan oleh Ookuma Shigenobu.
Setelah tahun 1890 M, industri modern Jepang memajukan mekanisasi di bidang industri pemintalan kertas, industri pemintalan sutra. Tahun 1901 M Jepang selesai membangun pabrik besi baja dan terbentuklah dasar dari industri berat. Jepang juga mulai membuat kapal dan mesin-mesin industri. Peninggalan lainnya adalah jalur telegraf Tōkyō-Yokohama (tahun 1869 M), pos (tahun 1871 M), jalur kereta api Tōkyō-Yokohama (tahun 1872 M), jembatan besi Azuma (tahun 1887 M). Revolusi industri tersebut mengakibatkan meningkatnya kapitalisme dan timbulnya persoalan dalam masyarakat feodal.