Bacaan Ringan "SEJARAH TOKUGAWA CLAN - TOKUGAWA YOSHINOBU"
http://massandry.blogspot.com
Tokugawa Yoshinobu
Keshogunan Tokugawa : ke-15
Masa Jabatan : 29 Agustus 1866 – 19 November 1867
Penguasa Monarki : Kaisar Kōmei, Kaisar Meiji
Didahului oleh : Tokugawa Iemochi
Digantikan oleh : Tidak ada (keshogunan dihapus)
Informasi pribadi
Lahir :28 Oktober 1837 Mito, Ibaraki, Jepang
Meninggal : 22 November 1913 (umur 76) Bunkyō, Tokyo
Kebangsaan : Jepang
Tokugawa Yoshinobu (徳川 慶喜?) juga dikenal sebagai Tokugawa Keiki, (lahir di Mito, 28 Oktober 1837 – meninggal di Bunkyō, Tokyo, 22 November 1913 pada umur 76 tahun) adalah shogun ke-15 sekaligus shogun terakhir dari Keshogunan Tokugawa di Jepang. Ia adalah tokoh di balik gerakan melakukan pembaruan yang gagal dalam Keshogunan Tokugawa. Setelah mengundurkan diri pada akhir 1867, ia pensiun dan menghindar dari pandangan mata publik selama sisa hidupnya.
Daftar Isi
1 Masa muda
2 Shogun Yoshinobu (1866)
3 Perang Boshin (1867-1869)
4 Masa tua
5 Lihat pula
6 Catatan kaki
7 Referensi
8 Bacaan lanjutan
8.1 Karya fiksi
9 Pranala luar
Masa Muda
Tokugawa Yoshinobu dilahirkan di Mito, Provinsi Hitachi sebagai putra ke-7 daimyo Mito yang bernama Tokugawa Nariaki. Mito adalah salah satu dari Gosanke, istilah untuk tiga percabangan keluarga dari klan Tokugawa yang anggota keluarganya berhak dipilih sebagai shogun.
Nama kelahirannya adalah Matsudaira Shichirōma.[2] Ia dibesarkan di bawah pengawasan dan bimbingan yang ketat serta spartan. [3] Selain menerima pelajaran sastra dan bela diri, ia juga mendapat pelajaran prinsip-prinsip politik dan pemerintahan. [4]
Atas dorongan ayahnya, Shichirōma diadopsi oleh keluarga Hitotsubashi-Tokugawa agar mendapat kesempatan yang lebih baik untuk menjadi shogun.[5] Ia diangkat sebagai kepala keluarga pada tahun 1847, menjalani upacara kedewasaan pada tahun itu, menerima pangkat dan gelar dari istana, dan mendapat nama baru Yoshinobu.[6] Setelah wafatnya shogun ke-13, Tokugawa Iesada pada tahun 1858, Yoshinobu dicalonkan sebagai bakal penggantinya.[7] Para pendukung memuji-muji keterampilan dan efisiensinya dalam mengelola urusan keluarga. Namun, pemilihan shogun baru dimenangi oleh faksi lawan yang dipimpin oleh Ii Naosuke. Kandidat mereka yang bernama Tokugawa Yoshitomi terpilih sebagai shogun ke-14 dengan nama Tokugawa Iemochi. [8] Tidak lama setelah itu terjadi peristiwa Pembersihan Zaman Ansei, Yoshinobu dan para pendukungnya dikenakan tahanan rumah.[9] Yoshinobu sendiri dicopot dari jabatannya sebagai kepala keluarga Tokugawa di Hitotsubashi.
Tokugawa Yoshinobu mengatur pertahanan di Istana Kekaisaran pada tahun 1864, bersama Matsudaira Katamori, ketika terjadi Insiden Kinmon.
Masa pemerintahan Tokugawa di bawah dominasi Ii Naosuke ditandai dengan salah urus dan sengketa politik antarkalangan sendiri. Setelah Ii Naosuke tewas akibat pembunuhan gelap pada tahun 1860, Yoshinobu diangkat kembali sebagai kepala keluarga Hitotsubashi, dan dicalonkan sebagai pengawal shogun (将軍後見職 shōgun atomi-shoku?) pada tahun 1862, dan jabatan itu segera diterimanya.[10] Pada saat yang bersamaan, dua sekutu terdekatnya, Matsudaira Yoshinaga dan Matsudaira Katamori ditunjuk untuk mengisi jabatan tinggi lainnya: Yoshinaga sebagai kepala urusan politik (政治総裁職 seiji sōsai shoku?)[11] dan Katamori sebagai Pengawal Kyoto (京都守護職 Kyoto Shugoshoku?)[12] Ketiga tokoh tersebut melakukan beberapa tindakan untuk memadamkan kerusuhan politik di daerah Kyoto, dan mengumpulkan sekutu untuk melawan kegiatan Domain Chōshū yang memberontak. Ketiganya merupakan tokoh penting dalam partai Kōbu-gattai politik yang berupaya mencari rekonsiliasi antara keshogunan dan istana kaisar.[13]
Pada tahun 1864, Yoshinobu sebagai komandan pertahanan istana kekaisaran mengalahkan pasukan Chōshū yang berupaya merebut Gerbang Hamaguri (蛤御門 Hamaguri-Gomon?) dalam peristiwa yang disebut Insiden Kinmon. Pada waktu itu, Yoshinobu dibantu oleh pasukan koalisi dari Aizu dan Satsuma.[14]
Shogun Yoshinobu (1866)
Misi militer Perancis untuk Jepang yang diundang Tokugawa Yoshinobu untuk memodernisasi tentaranya pada tahun 1867.
Setelah kematian Tokugawa Iemochi pada tahun 1866, Yoshinobu dipilih untuk menggantikannya dan diangkat sebagai shogun ke-15.[15] Namun, Yoshinobu menjadi satu-satunya shogun Tokugawa yang menghabiskan seluruh masa jabatannya di luar Edo. Ia sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki di Istana Edo sebagai shogun.[16] Segera setelah Yoshinobu menjabat shogun, terjadi perubahan besar-besaran. Perombakan pemerintah dilakukan secara besar-besaran untuk memulai reformasi yang bertujuan memperkuat pemerintahan Keshogunan Tokugawa. Keshogunan secara khusus meminta bantuan dari Kekaisaran Perancis Kedua untuk membangun arsenal Yokosuka di bawah pimpinan Leonce Verny. Misi militer Perancis dikirim untuk memodernisasi pasukan keshogunan.[17]
Tentara nasional angkatan darat dan angkatan laut yang sebelumnya dibentuk di bawah komando Keshogunan Tokugawa, diperkuat dengan bantuan Perancis dan peralatan militer yang dibeli dari Amerika Serikat.[18] Meski tampaknya Keshogunan Tokugawa mendapatkan kekuatan baru, keshogunan justru jatuh dalam waktu kurang dari setahun.
Perang Boshin (1867-1869)
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perang Boshin
Keshogunan Tokugawa di bawah pimpinan shogun yang kuat dan bijaksana membuat cemas aliansi Domain Satsuma, Domain Chōshū, dan Domain Tosa yang menentang keshogunan. Dengan slogan Sonno Joi ("Hormati Kaisar, usir kaum barbar!") ditambah ketakutan shogun baru sebagai "Kelahiran Kembali Ieyasu" yang selanjutnya akan merebut kekuasaan pemerintahan dari tangan kaisar, aliansi tiga domain, Satsuma, Chōshū, dan Tosa berupaya untuk mengakhiri keshogunan, masing-masing dengan cara sendiri. Domain Tosa terutama bersikap lebih moderat, mencari kompromi dengan pengunduran diri Yoshinobu dari jabatan shogun dan dibentuknya sebuah dewan nasional pemerintahan baru yang beranggotakan berbagai daimyo. Demi mencapai tujuan tersebut Daimyo Tosa Yamanouchi Toyonori, bersama penasihatnya Gotō Shojiro mengajukan petisi yang meminta Shogun Yoshinobu mengundurkan diri.[19]
Tokugawa Yoshinobu pada masa tuanya.
Pada tanggal 9 November 1867, Yoshinobu mengajukan pengunduran dirinya kepada kaisar dan secara resmi mengundurkan diri sepuluh hari kemudian. Kekuasan pemerintahan dikembalikannya kepada kaisar.[20] Ia kemudian menarik diri dari Kyoto ke Osaka. Meski mendukung pembentukan dewan pemerintahan beranggotakan para daimyo, politisi garis keras dari Domain Satsuma dan Domain Chōshū menentang pengangkatan Yoshinobu sebagai pemimpinnya.[19] Secara diam-diam mereka memperoleh dekrit kekaisaran[19] yang isinya menyerukan penggunaan kekuatan militer terhadap Yoshinobu (dekrit ini kemudian terbukti palsu),[21] dan memindahkan pasukan Satsuma dan Chōshū secara besar-besaran ke Kyoto.[22] Sebuah pertemuan diadakan di istana kekaisaran Kyoto. Hasil pertemuan meminta Yoshinobu dilucuti dari semua gelar dan tanah kepemilikannya,[23] meskipun shogun tidak mengambil tindakan dapat ditafsirkan sebagai agresi atau kriminal. Pihak yang menentang justru tidak diikutsertakan dalam pertemuan itu.[22] Yoshinobu menentang tindakan sepihak tersebut dan bermaksud menyampaikan protes ke istana.[24] Pasukan dalam jumlah besar diberangkatkannya ke istana kaisar di Kyoto atas desakan pihak Domain Aizu, Domain Kuwana, dan domain-domain lainnya, sekaligus mempertimbangkan keberadaan sejumlah besar pasukan dari Satsuma dan Chōshū di Kyoto.[25]
Setelah tiba di gerbang masuk kota Kyoto, pasukan Tokugawa dilarang masuk. Mereka diserang oleh pasukan Satsuma dan Choshu. Peristiwa ini merupakan awal dari Pertempuran Toba-Fushimi yang merupaan bentrokan bersenjata pertama dalam Perang Boshin.[26] Meskipun pasukan Tokugawa unggul dalam jumlah, moral pasukan jatuh setelah melihat panji-panji kekaisaran dikibarkan oleh pasukan Satsuma dan Choshu. Di tengah berlangsungnya pertempuran, Yoshinobu menyelinap dari markas besarnya di Osaka dan berangkat ke Edo.[27] Ia memasukkan dirinya ke dalam kurungan secara sukarela, dan menyatakan dirinya tunduk kepada istana. Kesepakatan damai akhirnya tercapai setelah Tayasu Kamenosuke, kepala keluarga berusia muda dari sebuah percabangan keluarga Tokugawa diadopsi dan diangkat sebagai kepala keluarga Tokugawa.[28] Pada 11 April 1868, Istana Edo jatuh ke tangan tentara kekaisaran,[29][30] dan kota ini terhindar dari perang habis-habisan.
Bersama dengan Kamenosuke (yang nantinya mendapat nama Tokugawa Iesato), Yoshinobu pindah ke Shizuoka, tempat Tokugawa Ieyasu pendiri Keshogunan Tokugawa menghabiskan masa pensiun berabad-abad sebelumnya. Iesato diangkat sebagai daimyo Domain Shizuoka yang baru dibentuk, tapi kehilangan gelar ini beberapa tahun kemudian, ketika sistem domain dihapus di Jepang.
Banyak dari hatamoto juga pindah ke Shizuoka, sebagian besar dari mereka tidak berhasil menemukan cara yang memadai untuk menghidupi diri sendiri. Akibatnya, banyak dari mereka membenci Yoshinobu, beberapa di antaranya menginginkan kematiannya.[31] Yoshinobu menyadari hal ini dan begitu takut dibunuh pembunuh gelap. Ia tidur berpindah-pindah tempat setiap malamnya untuk membingungkan calon pembunuh.[32]
Masa Tua
Masa pensiun dihabiskannya dengan menekuni banyak hobi, di antaranya melukis dengan cat minyak, memanah, berburu, fotografi, dan bersepeda. [33] Beberapa foto Yoshinobu telah diterbitkan dalam beberapa tahun terakhir oleh cicitnya, Yoshitomo.[34]
Pada tahun 1902, Kaisar Meiji membolehkan Yoshinobu untuk membangun kembali rumahnya sebagai cabang klan Tokugawa (bekke) ditambah gelar bangsawan tertinggi yakni pangeran (kōshaku) berkat pengabdiannya kepada Jepang.[35] Tokugawa Yoshinobu meninggal dunia pada 21 November 1913 pada pukul 16.10 dan dimakamkan di Pemakaman Yanaka, Tokyo.
Pada 9 Januari 1896, putri kesembilan yang bernama Tokugawa Tsuneko (1882-1939) menikah dengan Pangeran Fushimi Hiroyasu (sepupu kedua dari kedua Kaisar Showa dan Maharani Kōjun, atau keponakan dari Pangeran Kan'in Kotohito).
Pada 26 Desember 1911 cucunya yang bernama Tokugawa Kikuko, nantinya disebut Putri Takamatsu menikah dengan Pangeran Takamatsu, saudara laki-laki Kaisar Showa.