Saturday, May 30, 2015

Tokoh Islami "IMAM BESAR - SAYYIDINA AL-IMAM ALI KHALI' QASAM BIN SAYYIDINA ALWI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB AS-SHOUMA’AH BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALWI SHOHIB SAML BIN SAYYIDINA AL-IMAM UBAIDILLAH SHOHIBUL ARADH BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAJIR AHMAD BIN SAYYIDINA AL-IMAM ISA AR-RUMI BIN SAYYIDINA AL- IMAM MUHAMMAD AN-NAQIB BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI AL-URAYDHI BIN SAYYIDINA AL-IMAM JA’FAR AS-SHODIQ BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI ZAINAL ABIDIN BIN SAYYIDINA AL-IMAM AS-SYAHID SYABABUL JANNAH SAYYIDINA AL-HUSEIN. RODIYALLAHU ‘ANHUM AJMA’IN - PART 3"

http://massandry.blogspot.com
Pemakaman Zanbal, Furait dan Akdar di Tarim.
Pusat pemukiman Kaum Alawiyin di Hadramaut ialah kota Tarim. Di sana terdapat tanah perkuburan Bisyar yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Zanbal, Furait dan Akdar. Di perkuburan Zanbal, al-Faqih Muqaddam dan semua sayyid terkemuka dari Kaum Alawiyin dimakamkan, di Furait terdapat perkuburan para masyaikh, dan Akdar merupakan perkuburan umum. 

Di pemakaman Zanbal, para Saadah al-Asraf, Ulama Amilin, Auliya' dan Sholihin yang tidak terhitung jumlahnya dikuburkan di sana. Syaikh Abdurahman Assaqqaf bin Muhammad Maula al-Dawilah berkata: "Lebih dari sepuluh ribu auliya' al-akbar, delapan puluh wali quthub dari keluarga alawiyin di makamkan di Zanbal". Seperti diriwayatkan oleh Syaikh Saad bin Ali: "Di pemakaman Zanbal dikuburkan para sahabat Rasulullah saw , mereka wafat ketika menunaikan tugas untuk memerangi ahli riddah. Mereka banyak yang wafat di Tarim dan tidak diketahui kuburnya". Akan tetapi Syaikh Abdurahman Assaqqaf bin Muhammad Maula Dawilah, berkata: "Sesungguhnya letak kubur mereka sebelah Timur dari kubur al-Ustadz al-A'zhom Muhammad bin Ali al-Faqih al-Muqaddam". Berkata Syaikh Muhammad bin Aflah: "Sesungguhnya dari masjid Abdullah bin Yamani sampai akhir pemakaman Zanbal terdapat perkuburan para ulama dan auliya". Menurut ulama kasyaf, Rasulullah dan para sahabatnya sering berziarah ke pemakaman tersebut.

Pertama kali makam yang diziarahi di perkuburan Zanbal adalah makam al-Ustadz al-A'zham Muhammad bin Ali al-Faqih al-Muqaddam. Berkata Syaikh Ahmad bin Muhammad Baharmi: "Saya melihat Syaikhoin Abu Bakar dan Umar ra dalam mimpi berkata kepada saya, jika engkau ingin berziarah maka yang pertama kali diziarahi ialah al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali, kemudian ziarahilah siapa yang engkau kehendaki". Berkata sebagian para Saadah al-Akbar: "Barangsiapa berziarah kepada orang lain sebelum berziarah kepada al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali, maka batallah ziarahnya". 

Kemudian ziarah kepada cucunya Syaikh Abdullah Ba'alwi, kemudian kubur ayahnya Alwi bin al-Faqih al-Muqaddam, kemudian Imam Salim bin Basri, kemudian ziarah kepada Syaikh Abdullah bin al-Faqih al-Muqaddam, Ali bin Muhammad Shahib Marbath, Ali bin Abdullah Ba'alwi, kemudian Syaikh Abdurahman Assaqqaf dan ayahnya Muhammad Maula Dawilah, ayahnya Ali bin al-Faqih al-Muqaddam, kemudian kakeknya Ali bin Alwi Khali' Qasam, Muhammad bin Hasan Jamalullail dan ayah serta kakeknya, kemudian Syaikh Muhammad bin Ali Aidid, Ali, Muhammad, Alwi, Syech bin Abdurahman Assaqqaf, kemudian ziarah kepada Syaikh Umar Muhdhor, Syaikh Ali bin Abi Bakar al-Sakran, kemudian Syaikh Hasan Alwara' dan ayahnya Syaikh Muhammad bin Abdurahman, kemudian para auliya' sholihin seperti al-Qadhi Ahmad Ba'isa, kemudian Syaikh Abdullah Alaydrus, Syaikhoin Muhammad dan Abdullah bin Ahmad bin Husin Alaydrus, kemudian Syaikh Abdullah bin Syech, Sayid Ali Zainal Abidin bin Syaikh Abdullah.

Selain pemakaman Zanbal, terdapat pula pemakaman Furait. Dalam kamus bahasa Arab arti Furait adalah gunung kecil. Di tempat tersebut dikuburkan keluarga Bafadhal serta para ulama, auliya', sholihin yang tak terhitung jumlahnya. Syaikh Abdurahman Assaqqaf bin Muhammad Maula Dawilah berkata: "Di tempat itu dikuburkan lebih dari sepuluh ribu wali" Beberapa ulama kasyaf menyaksikan, sesungguhnya rahmat Allah yang turun pertama kali di dunia ini di pemakaman Furait. Syaikh Abdurahman Assaqqaf, Sayid Abdullah bin Ahmad bin Abi Bakar bin al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali dan sebagian ulama di Makkah menceritakan bahwa dibawah tanah Furait terdapat taman dari taman-taman surga. 

Di pemakaman Furait, mulai ziarah diawali kepada Syaikh Salim bin Fadhal, kemudian Syaikh Fadhal bin Muhammad bin al-faqih Ahmad, Syaikh Fadhal bin Muhammad, kemudian kepada Syaikh Ahmad yahya dan ayah serta pamannya, kemudian Syaikh Ibrahim bin Yahya Bafadhal, Syaikh Abu Bakar bin Haj, kemudian kepada Imam al-Qudwah Ali bin Ahmad Bamarwan, al-Arif Billah Umar bin Ali Ba'umar, Imam Ahmad bin Muhammad Bafadhal, Ali bin al-Khatib, Syaikh Abdurahman bin Yahya al-Khatib, Syaikh Ahmad bin Ali al-Khatib, Imam Ahmad bin Muhammad bin Abilhub dan anaknya Said, Imam Saad bin Ali. 

Pemakaman ketiga yang terkenal di kota Tarim adalah pemakaman Akdar. Di perkuburan Akdar, yang dimakamkan di sana di antaranya para ulama, auliya' al-arifin dari keluarga Basri, keluarga Jadid, keluarga Alwi, keluarga Bafadhal, keluarga Baharmi, keluarga Bamahsun, keluarga Bamarwan, keluarga Ba'Isa, keluarga Ba'ubaid dan lainnya.

Tokoh Islami "IMAM BESAR - SAYYIDINA AL-IMAM ALI KHALI' QASAM BIN SAYYIDINA ALWI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB AS-SHOUMA’AH BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALWI SHOHIB SAML BIN SAYYIDINA AL-IMAM UBAIDILLAH SHOHIBUL ARADH BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAJIR AHMAD BIN SAYYIDINA AL-IMAM ISA AR-RUMI BIN SAYYIDINA AL- IMAM MUHAMMAD AN-NAQIB BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI AL-URAYDHI BIN SAYYIDINA AL-IMAM JA’FAR AS-SHODIQ BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI ZAINAL ABIDIN BIN SAYYIDINA AL-IMAM AS-SYAHID SYABABUL JANNAH SAYYIDINA AL-HUSEIN. RODIYALLAHU ‘ANHUM AJMA’IN - PART 2"

http://massandry.blogspot.com
Syair itu menggambarkan karamahnya yang tinggi. Konon salah satu karamahnya yang lain ialah, beliau selalu berdialog dengan Rasulullah SAW dalam shalat. Setiap kali beliau menunaikan Shalat dan sampai pada tahiat, beliau selalu membaca salam kepada Rasulullah berkali-kali:

“As-salamu ‘alaika ayyuhan Nabiyyu wa Rahmatullahi wa barakatuh.”
Sampai beliau mendengar jawaban Rasulullah SAW: 
“Assalamu ‘alaika ya Syekh ( salam sejahtera bagimu, wahai Syekh )”. 
Konon pula, beliau juga sering “berhadapan” dengan Rasulullah SAW, lalu bertanya mengenai segala macam kesulitan, sehingga Rasulullah SAW menjelaskannya.
Karamah-karamah itu juga ditulis oleh para ulama seperti Al-Jundi, Asy-syaraji, Ibnu Hisan dll. Al’allamah Asy-Syekh Al-Khatib juga menuliskannya dalam kitab Al-Jauhar Asy-Syafa’at. Menurut Syekh Abdul Wahab Asy-Sya’rawi:

“Tidak akan sampai seseorang kepada maqam yang mampu berinteraksi langsung kepada Rasulullah SAW dan mendengar jawaban salamnya, kecuali beliau telah melampui 247.999 maqam para aulia.”dan Imam Ali Khali’ Qasam dianggap telah melampuinya.

Suatu hari, Syekh Abu Al-Abbas al-Mursi bertanya kepada para sahabatnya:
“Adakah di antara kalian yang ketika menyampaikan salam kepad Rasulullah SAW dalam shalat, langsung mendengar jawaban salam dari Rasulullah SAW?.
Jawab para sahabatnya, 

“Tidak ada”. 
Lalu kata Syekh Abu Al-Abbas, 
“Menangislah kalian, karena kalian tertutup.” 
Syekh rupanya bermaksud menegaskan karamah Imam Ali Khali’ Qasam yang tidak hanya mendapat jawaban salam dari Rasulullah SAW dalam shalatnya, tapi juga dalam semua kesempatan ketika beliau menyampaikan salam kepada Rasulullah SAW.

Meski maqamnya tinggi, beliau tetap tawaduk, rendah hati, dengan perilaku yang halus dan pakaian yang sangat sederhana. Beliau tidak pernah terlihat lebih menonjol dari orang lain. Jika duduk bersama orang shaleh maupun orang awam, beliau tidak pernah memperlihatkan diri sebagai Ulama terkemuka, kecuali ketika sedang mengajar atau berdakwah. Beliau juga sangat dermawan, banyak memberi santunan, khususnya bagi mereka yang datang dari jauh.

Beliaulah yang membangun Masjid bani Ahmad di Tarim, yang kemudian diberi nama Masjid Ba’alawi, sejak 900 tahun silam. Pembangunan masjid dilanjutkan oleh putranya, Imam Muhammad Shahib Mirbath ( wafat tahun 556 H / 1136 M ).

Imam Ali Khali’ Qasam, Ulama besar dan sesepuh para Aulia Hadramaut, wafat berkisar antara tahun 523 H hingga 529 H / 1103 sampai 1109 M. akan tetapi dalam kitab Nafa’is Al-‘Uqud fi Syajarah ‘alal Ba’abud, Habib Muhammad bin Husin Ba’abud menulis, Imam Ali Khali’ Qasam meninggal pada tahun 527 H / 1107 M. sedangkan menurut Al-Ustaz Alwi bin Muhammad dalam kitab Syajarah as-Sa’adah ‘alal Bani ‘Alawy, Imam Ali Khali’ Qasam wafat pada tahun 529 H / 1109 M. sementara dalam riwayat lain disebutkan, beliau wafat tahun 529 H / 1109 M. jasadnya dimakamkan di makam Zanbal, Tarim, sebagai ulama pertama keluarga Ba’Alawy dan cucu Imam Ahmad Al-Muhajir, yang dimakamkan di pemakaman Zanbal yang terkenal itu.

Tarim
Tarim, yang terletak sekitar 35 km di Timur Saiyun. Di satu sisi kota ini terlindungi oleh bukit-bukit batu terjal, di sisi lain di kelilingi oleh perkebunan kurma. Sejak dulu, Tarim merupakan pusat Mazhab Syafi'i. Antara abad ke 17 dan abad ke 19 telah terdapat lebih dari 365 masjid. Kota Tarim atau biasa dibaca Trim termasuk kota lama. Nama Tarim, menurut satu riwayat diambil dari nama seorang raja yang bernama Tarim bin Hadramaut. Dia juga disebut dengan Tarim al-Ghanna atau kota Tarim yang rindang karena banyak pepohonan dan sungai. Kota tersebut juga dikenal dengan kota al-Shiddiq karena gubernurnya Ziyad bin Lubaid al-Anshari ketika menyeru untuk membaiat Abu Bakar sebagai khalifah, maka penduduk Tarim adalah yang pertama mendukungnya dan tidak ada seorang pun yang membantahnya hingga khalifah Abu Bakar mendoakan penduduk Tarim dengan tiga permintaan: (1) agar kota tersebut makmur, (2) airnya berkah, dan (3) dihuni oleh banyak orang-orang saleh. Oleh karena itu, Syaikh Muhammad bin Abu Bakar Ba'abad berkata bahwa: "al-Shiddiq akan memberikan syafa'at kepada penduduk Tarim secara khusus". 

Menurut suatu catatan dalam kitab al-Ghurar yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Ali bin Alawi Khirid, bahwa keluarga Ba'alawi pindah dari Desa Bait Jubair ke kota Tarim sekitar tahun 521 hijriyah. Setelah kepindahan mereka kota Tarim dikenal dengan kota budaya dan ilmu. Diperkirakan, pada waktu itu di kota Tarim ada sekitar 300 orang ahli fiqih, bahkan pada barisan yang pertama di masjid agung kota Tarim dipenuhi oleh ulama fiqih kota tersebut. Adapun orang pertama dari keluarga Ba'alawi yang hijrah ke kota Tarim adalah Syaikh Ali bin Alwi Khali' Qasam dan saudaranya Syaikh Salim, kemudian disusul oleh keluarga pamannya yaitu Bani Jadid dan Bani Basri.

Diceritakan bahwa pada kota Tarim terdapat tiga keberkahan: (1) keberkahan pada setiap masjidnya, (2) keberkahan pada tanahnya, (3) keberkahan pada pergunungannya. Keberkahan masjid yang dimaksud adalah setiap masjid di kota Tarim pada waktu sesudah kepindahan Ba'alawi menjadi universital-universitas yang melahirkan ulama-ulama terkenal pada masanya. Di antara masjid-masjid di kota Tarim yang bersejarah ialah masjid Bani Ahmad yang kemudian dikenal dengan masjid Khala' Qasam setelah beliau berdomisili di kota tersebut. Masjid tersebut dibangun dengan batu, tanah dan kayu yang diambil dari desa Bait Jubair karena tanah dari desa tersebut dikenal sangat bagus, kemudian masjid tersebut dikenal dengan masjid Ba'alawi. Bangunan masjid Ba'alawi nyaris sebagian tiangnya roboh dan direnovasi oleh Muhammad Shahib Mirbath. Pada awal abad ke sembilan hijriyah, Syaikh Umar Muhdhar merenovasi kembali bagian depan dari masjid tersebut.

Tokoh Islami "IMAM BESAR - SAYYIDINA AL-IMAM ALI KHALI' QASAM BIN SAYYIDINA ALWI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB AS-SHOUMA’AH BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALWI SHOHIB SAML BIN SAYYIDINA AL-IMAM UBAIDILLAH SHOHIBUL ARADH BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAJIR AHMAD BIN SAYYIDINA AL-IMAM ISA AR-RUMI BIN SAYYIDINA AL- IMAM MUHAMMAD AN-NAQIB BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI AL-URAYDHI BIN SAYYIDINA AL-IMAM JA’FAR AS-SHODIQ BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI ZAINAL ABIDIN BIN SAYYIDINA AL-IMAM AS-SYAHID SYABABUL JANNAH SAYYIDINA AL-HUSEIN. RODIYALLAHU ‘ANHUM AJMA’IN - PART 1"

http://massandry.blogspot.com
Nasab Al-Imam Sayyidina Ali Khali’ Qasam ra

Sayyidina Al-Imam Ali Khali' Qasam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.

Imam Ali bin Alwi bin Muhammad yang dikenal dengan Khali' Qasam lahir di Bait Jubair yang merupakan salah satu tempat yang diberkahi oleh Allah. Di sana beliau membeli sebidang tanah seharga dua puluh ribu dinar dan dinamakan Qasam. Nama tersebut merupakan nama suatu daerah kakeknya Ahmad bin Isa di Basrah. Di tanah tersebut dibangun rumah beliau yang dikelilingi dengan tanah pertanian yang subur dan daerah tersebut dinamakan Khali' Qasam serta banyak didiami oleh para penduduk.

Imam Ali bin Alwi adalah orang pertama dari kalangan keluarga Alawiyin yang datang ke kota Tarim, di mana sebelumnya beliau sering mengunjungi ke kota tersebut. Beliau tinggal di kota Tarim sejak tahun 521 hijriyah bersama anak keturunan pamannya dari keluarga Basri dan keluarga Jadid. Di kota Tarim mereka mendirikan sebuah masjid yang dikenal dengan nama masjid Bani Ahmad yang terakhir dikenal dengan nama masjid Bani Alawi. Masjid tersebut dari tahun ke tahun terus diperbaharui diantaranya oleh Muhammad Shahib Marbath dan Umar Muhdhar.

Imam Ali bin Alwi dibesarkan dan dididik dalam asuhan ayahnya Imam Alwi bin Muhammad. Beliau adalah pemimpin kaum Alawiyin yang dikaruniai Allah ketajaman mata hati, hafal Alqur'an dan menguasai berbagai macam cabang ilmu, sangat dermawan, tawadhu' dalam berbicara maupun bertindak serta berpakaian, ia tidak terlihat lebih menonjol dari yang lain. Jika beliau duduk bersama kaum khawas maupun kaum awam, orang tidak mengenali kalau beliau adalah seorang yang mempunyai kemuliaan yang tinggi, beliau melebur menjadi satu dengan dengan kumpulan jamaah tersebut.

Imam Ali bin Alwi merupakan pemimpin kaum Alawiyin pada zamannya. Beliau diberi kemuliaan dapat melihat dan berdialog langsung dengan Rasulullah saw serta meminta petunjuk ketika beliau menghadapi suatu masalah yang berat. Pada saat beliau sedang membaca: assalamu'alaika ayyuhan nabi warahmatullah wabarakatuh, maka Rasulullah menjawab salamnya: wa alaika salam ya syaikh wa rahmatullahi wabarakatuh. Hal tersebut terjadi tidak saja beliau sedang melaksanakan shalat, tapi juga dalam keadaan di luar shalat.

Syaikh Abdul Wahab al-Sya'rani dalam kitabnya al-Tanbieh mengatakan: 'Salah satu peristiwa yang dihadapi oleh suatu kaum, ketika mereka sholat di samping kubur Nabi dan mereka membaca shalawat Nabi dalam shalatnya itu, mereka mendengar jawaban dari Nabi saw ' 

Sebagian ulama bertanya: Karomah apa yang diwarisi oleh kaum itu sehingga mereka dapat mendengar salam dari Nabi, padahal tidak satupun dari sahabat yang mendapat jawaban salam dari kubur Nabi setelah beliau wafat, dan saya tidak melihat satupun dari mereka yang sampai pada maqam tersebut.

Sayid Ali al-Khawas berkata: 'Tidak berhak suatu kaum mendapatkan wilayah al-Muhammadiyah, jika orang tersebut tidak berkumpul dan hadir bersama Nabi saw'. Dan sebagian kebesaran Imam Ali bin Alwi, Rasulullah saw berkata kepadanya dengan kata-kata Ya Syaikh. Perkataan tersebut merupakan panggilan dalam wilayah kenabian.

Imam Ali bin Alwi wafat pada tahun 527 hijriyah dan dimakamkan di perkuburan Zanbal, Tarim. Beliau adalah orang pertama dari keluarga Alawiyin yang dimakamkan di di perkuburan Zanbal, Tarim.

Imam Ali Khali’ Qasam adalah sesepuh para Ulama besar Hadramaut. Sejak kecil beliau rajin beribadah dan dikenal cerdas dan berakhlaq mulia. Ketika menginjak dewasa, beliau sudah menjadi guru besar karena keluasan ilmu agamanya. Beliau lahir dan dibesarkan di Baitu Jubair, Hadramaut, suatu daerah yang penuh berkah dan kebaikan. Disana pula beliau mengaji kepada ayahandanya, terutama Al-Qur’an dan hadits. Bahkan kemudian sudah mampu menghapal Al-Qur’an. Selain itu, beliau juga dari para ulama besar yang lain di berbagai pelosok Tarim. Akhirnya pada tahun 521 H / 1101 M, beliau memutuskan bermukim di kota tersebut.

Beliau terkenal dengan julukan Khali’ Qasam, setelah membeli sebidang tanah seharga 20.000 dinar. Di tanah yang kemudian beliau namakan Qasam itu sesuai nama tanah keluarganya di Basrah, beliau bertanam kurma. Setelah membangun sebuah rumah disana, belakangan beberapa orang mengikuti jejaknya, sehingga kawasan itu menjadi sebuah pemukiman kecil. Lama-kelamaan kawasan itu tumbuh menjadi sebuah kota kecil bernama Qasam yang tersohor.

Beliau juga dikenal sebagai orang pertama dari keluarga Ba’alawi yang tinggal di Tarim. Setelah beliau menetap disana, banyak orang berdatangan dan kemudian bermukim disana. Di Tarim itu juga, beliau menyemarakkan berbagai majelis pengajian untuk dakwah, dan disana pula beliau mengajar hadits. Sejak itu beliau termasyhur sebagai ulama yang sangat alim dengan berbagai karamah. Ketika itu, sangat jarang ada ulama yang mempunyai maqam setinggi itu. Ketinggian maqamnya, antara lain ditulis oleh Al-Imam Al-Habib Abdullah binAlwi Al-Haddad dalam syairnya :

Rasulullah membalas salamnya,
“( salam bagimu ) Ya Syekh.”
Sebagai jawaban atas salamnya ( kepada Rasulullah ),
Kagumlah orang-orang mulia.

Tokoh Islami "IMAM BESAR - IMAM JADID BIN SAYYIDINA AL-IMAM UBAIDILLAH SHOHIBUL ARADH BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAJIR AHMAD BIN SAYYIDINA AL-IMAM ISA AR-RUMI BIN SAYYIDINA AL- IMAM MUHAMMAD AN-NAQIB BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI AL-URAYDHI BIN SAYYIDINA AL-IMAM JA’FAR AS-SHODIQ BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI ZAINAL ABIDIN BIN SAYYIDINA AL-IMAM AS-SYAHID SYABABUL JANNAH SAYYIDINA AL-HUSEIN. RODIYALLAHU ‘ANHUM AJMA’IN "

http://massandry.blogspot.com
Nasab Imam Jadid bin Ubaidillah Ra

Imam Jadid bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.

Imam Jadid bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidhi bin Ja'far al-Shodiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib lahir di Hadramaut. Beliau dididik dan belajar ilmu agama kepada ayahnya Imam Ubaidillah bin Ahmad bin Isa dan saudaranya Alwi dan Basri sehingga menjadi seorang yang ahli dalam ilmu sastra. Dinamakan Jadid karena kakeknya pindah dari Basra ke tempat yang baru bernama Hadramaut. 

Pada zamannya Imam Jadid bin Ubaidillah yang menonjol dibandingkan dengan ulama lainnya terutama di bidang ilmu hadits dan ilmu tafsir. Ketika ke Aden, beliau bertemu dengan Qadhi kota tersebut yang bernama Syaikh Ibrahim bin Ahmad al-Qurdi dan belajar ilmu pengobatan kepadanya. Imam Jadid bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa wafat di kota Sumul, salah satu keturunannya Imam Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Jadid bin Ali bin Muhammad bin Jadid.

Imam Ali bin Muhammad dan saudara Abdul Malik bin Muhammad mengadakan perjalanan ke kota al-Wajiz untuk berziarah kepada Syaikh Mudapa' bin Ahmad al-Muaini untuk belajar tasawuf dan beliau dinikahkan kepada anak perempuannya. Manakib kedua ulama tersebut terdapat dalam kitab " al-Athoyya al-Saniyah Fi al-Manaqib al-Yamaniah " karangan Abdul Malik al-Ghusani..

Berkata al-Sakhowi dalam kitabnya al-Maqasid al-Hasanah: telah mengkhabarkan kepada kami Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Jadid al-Husaini, Barang siapa mendengar muadzin berkata Ashadu anna Muhammad Rasullullah, maka jawablah dengan: Marhaban Ya Habibi, qurrotu Aini, Muhammad bin Abdillah saw.

Selain belajar di kota al-Wajiz, Imam Ali bin Muhammad belajar juga ke kota Makkah dengan Ibnu Abi al-Shoif al-Yamani, hal tersebut merupakan perjalanan terakhir beliau dan wafat di Makkah.

Diposkan oleh Putra bungsu di 14.14 

Tokoh Islami "IMAM BESAR - SAYYIDINA AL-IMAM ALWI SHOHIB SAML BIN SAYYIDINA AL-IMAM UBAIDILLAH SHOHIBUL ARADH BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAJIR AHMAD BIN SAYYIDINA AL-IMAM ISA AR-RUMI BIN SAYYIDINA AL- IMAM MUHAMMAD AN-NAQIB BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI AL-URAYDHI BIN SAYYIDINA AL-IMAM JA’FAR AS-SHODIQ BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI ZAINAL ABIDIN BIN SAYYIDINA AL-IMAM AS-SYAHID SYABABUL JANNAH SAYYIDINA AL-HUSEIN. RODIYALLAHU ‘ANHUM AJMA’IN "

http://massandry.blogspot.com
Nasab Imam Alwi Shohib Saml bin Ubaidillah Ra

Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.

Imam Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa al-Muhajir Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidhi Ja'far ash-Shodiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib dilahirkan dan dibesarkan di Hadramaut. Beliau seorang Hafidz Alqur'an dan sibuk dalam menuntut ilmu baik di Hadramaut maupun di makkah dan Madinah. Beliau dinamakan Alwi berdasarkan nama seekor burung yang terkenal keindahannya.

Imam Alwi seorang yang alim dalam berbagai cabang ilmu, banyak mengerjakan shalat dan berpuasa, bersedekah, berbuat baik dan lemah lembut kepada kaum fakir dan miskin, teguh dalam menjalankan perintah agama, mempunyai kemuliaan yang sempurna, syekhnya kaum arifin, seorang faqih yang zuhud.

Beliau menunaikan ibadah haji bersama saudaranya Jadid dan orang-orang dari keluarga pamannya, kerabat dekat dan sahabatnya. Jumlah yang ikut serta dalam menunaikan ibadah haji bersama beliau sekitar delapan puluh orang laki-laki yang tidak satupun diantara mereka yang membawa perbekalan. Selama perjalanan pergi menuju tanah suci sampai pulang kembali ke Hadramaut semua keperluan rombongan ditanggung olehnya, bahkan beliau membelikan hadiah juga kepada mereka untuk dibawa pulang kepada keluarga mereka. 

Keturunan beliau tersebar ke seluruh penjuru dunia, nasab beliau terkenal seperti matahari yang bersinar di siang hari dan terangnya cahaya bulan di malam hari. 

Di Suria terdapat suatu kaum yang diberi gelar Alawiyin, akan tetapi gelar tersebut dimanfaatkan oleh sekelompok orang yang berkhidmat kepada Imam Ali, nasab mereka tidak bersambung kepada Imam Ali, mereka dinamakan kaum Mutawalah atau Mutawaliyah dan kaum Nashiriyah. 

Di Sanqit, suatu daerah di negeri Maghrib terdapat pula orang-orang yang menggunakan gelar Alawi. Nasab mereka bersambung kepada Muhammad al-Hanafiah bin Ali bin Abi Thalib dan sebagian ada juga yang bersambung kepada Imam Hasan.

Menurut Syaikh Ar-Rabwah Abu Abdillah Muhammad bin Abi Thalib al-Anshori al-Damsyiqi dalam kitabnya Nuhbah al-Dahr cetakan Leipzig tahun 1920 masehi dikatakan bahwa: 'Hijrahnya kaum Alawi ke beberapa negara terjadi pada masa khalifah Usman bin Affan'
Imam Alwi wafat di Hadramaut, dikaruniai seorang putra yang bernama Muhammad.

Diposkan oleh Putra bungsu di 14.11 

Tokoh Islami "IMAM BESAR - SAYYIDINA ALWI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB AS-SHOUMA’AH BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALWI SHOHIB SAML BIN SAYYIDINA AL-IMAM UBAIDILLAH SHOHIBUL ARADH BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAJIR AHMAD BIN SAYYIDINA AL-IMAM ISA AR-RUMI BIN SAYYIDINA AL- IMAM MUHAMMAD AN-NAQIB BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI AL-URAYDHI BIN SAYYIDINA AL-IMAM JA’FAR AS-SHODIQ BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI ZAINAL ABIDIN BIN SAYYIDINA AL-IMAM AS-SYAHID SYABABUL JANNAH SAYYIDINA AL-HUSEIN. RODIYALLAHU ‘ANHUM AJMA’IN "

http://massandry.blogspot.com
Nasab Imam Alwi bin Muhammad Ra

Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.

Imam Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidhi bin Ja'far al-Shodiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib lahir di Bait Jubair suatu daerah yang mempunyai udara yang sejuk dan bersih serta air yang menyegarkan. Di sana keluarga Alawiyin mendirikan masjid yang dinamakan At-Taqwa.

Imam Alwi mempunyai dua orang anak , pertama bernama Salim (tidak mempunyai keturunan) dan yang kedua bernama Ali yang dikenal dengan Khali' Qasam. Imam Alwi bin Muhammad besar dalam didikan ayahnya Imam Muhammad bin Alwi. Beliau adalah seorang syaikhnya (guru besar) kaum ulama dan Fudhola yang berjalan di atas lintasan jalan yang lurus.
Imam Alwi bin Muhammad wafat pada tahun 512 hijriyah dan dimakamkan di Bait Jubair.


Tokoh Islami "IMAM BESAR - SAYYIDINA AL-IMAM ISA AR-RUMI BIN SAYYIDINA AL- IMAM MUHAMMAD AN-NAQIB BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI AL-URAYDHI BIN SAYYIDINA AL-IMAM JA’FAR AS-SHODIQ BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI ZAINAL ABIDIN BIN SAYYIDINA AL-IMAM AS-SYAHID SYABABUL JANNAH SAYYIDINA AL-HUSEIN. RODIYALLAHU ‘ANHUM AJMA’IN."

http://massandry.blogspot.com
Nasab Imam Isa ar-Rumi ra

Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.

Beliau ialah Abu Ahmad Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidhi bin Imam Ja'far al-Shaddiq. Imam Isa Ar-Rummi mempunyai 30 orang anak lelaki diantaranya adalah Imam Ahmad al-Muhajir yang merupakan nenek moyang kaum Alawiyin di Hadramaut. Adapun anak-anak Imam Isa al-Rummi adalah:
1. Abdullah, Abdurahman, Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ahwal, Abdullah al-Asghor, Daud, Yahya, Ali, Abbas, Yusuf, Hamzah, Sulaiman. Mereka tidak mempunyai keturunan.

2. Ismail, Zaid, Qasim, Hamzah, Harun, Yahya, Ali, Musa, Ibrahim, Ja'far, Ali al- Asghor, Ishaq, Husin, Abdullah, Muhammad, Isa, Ahmad al-Muhajir.

Imam Isa bin Muhammad Ali al-Uraidhi bin Ja'far ash-Shodiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib adalah seorang imam besar ilmu agama. Beliau dibesarkan dan dididik ilmu hadits, ilmu fiqih dan ilmu agama lainnya oleh ayahnya Imam Muhammad bin Ali al-Uraidhi.

Imam Isa bin Muhammad mempunyai kulit berwarna putih kemerah-merahan yang merupakan sebaik-baiknya warna, sebagaimana perkataan Imam Ali bahwa warna kulit Rasulullah adalah putih kemarah-merahan. 

Beliau juga dinamakan Ar-Rumi dan An-Naqib, karena beliau mempunyai rupa putih kemerah-merahan seperti pria yang berasal dari negara Rum dan beliau juga sebagai seorang pemimpin para kaum syarif yang selalu menjaga dan menjamin keamanan kaumnya, dan nama beliau juga merupakan nama salah satu nabi yaitu nabi Isa alaihi salam. Adapun gelar yang lain yaitu al-Azraq, karena beliau mempunyai mata yang berwarna biru. Imam Isa bin Muhammad dikaruniai tiga puluh orang anak laki-laki dan lima orang anak perempuan.

Diposkan oleh Putra bungsu di 14.13 

Tokoh Islami "IMAM BESAR - SAYYIDINA IMAM ALI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB MARBAT BIN SAYYIDINA AL-IMAM KHOLI’ QOSAM BIN SAYYIDINA ALWI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB AS-SHOUMA’AH BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALWI SHOHIB SAML BIN SAYYIDINA AL-IMAM UBAIDILLAH SHOHIBUL ARADH BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAJIR AHMAD BIN SAYYIDINA AL-IMAM ISA AR-RUMI BIN SAYYIDINA AL- IMAM MUHAMMAD AN-NAQIB BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI AL-URAYDHI BIN SAYYIDINA AL-IMAM JA’FAR AS-SHODIQ BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI ZAINAL ABIDIN BIN SAYYIDINA AL-IMAM AS-SYAHID SYABABUL JANNAH SAYYIDINA AL-HUSEIN. RODIYALLAHU ‘ANHUM AJMA’IN "

http://massandry.blogspot.com
Nasab Imam Ali bin Imam Muhammad Shohib Mirbath Ra

Sayyidina Imam Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi’ Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.

Imam Ali bin Muhammad lahir di Tarim dan dibesarkan disana. Beliau ialah ayah dari Imam Muhammad al-Faqih al-Muqaddam yang mempunyai kemuliaan, kedermawanan, selalu mengikuti jalan para ulama Alawiyin sehingga para salafus salihin berkata beliau adalah mataharinya kaum ahlul yakin dan bulannya kaum mujtahidin.

Imam Ali bin Muhammad dididik oleh ayahnya dan para ulama mujtahidin zamannya. Beliau seorang yang sangat taat dalam beribadah, baik shalat, puasa dan bersedekah, mempunyai akhlaq yang mulia, tawadhu', qana'ah. 

Waliyullah Asy-syaikh al-Imam Ali bin Muhammad Shahib Marbad hanya dikarunia seorang anak lelaki yaitu al-Ustadz al-Mu'adzom Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Dari satu-satunya anak lelaki beliau tersebut dapat menurunkan keturunan beliau sebanyak kurang lebih 75 leluhur Alawiyin. Waliyullah Imam Ali bin Muhammad Shahib Marbat wafat di kota Tarim pada tahun 593 / 595 hijriah.

Nasab keluarga Alawitin menurut kitab Syamsu Al Zhahirah
A. Keturunan Imam Muhammad bin Ali (al-Faqih al-Muqaddam).
Imam al-Faqih al-Muqaddam Muhammad Bin Ali mempunyai isteri bernama al-sayidah al-arif billah al-waliyah ummu al-fuqara Zainab bin Ahmad bin Muhammad Shahib Marbath. Beliau wafat tahun 653 Hijriyah mempunyai anak:

1. Alwi (wafat di Tarim tahun 669 H), mempunyai anak:

a. Syaikh Ali (ayah dari Muhammad Maula Dawilah) (wafat di tarim tahun 709 H), mempunyai 6 orang perempuan, bernama:
1. Alwiyah (istri Abu Bakar al-Wara' bin Ahmad bin al-Faqih)
2. Bahiyah (istri Muhammad Asadullah bin Hasan Atturabi)
3. Aisyah
4. Khadijah (istri Abdullah bin Ahmad bin Abdr. bin Alwi Ammu al-Faqih) 
5. Aisyah (Ibu Muhammad Jamalullail)
6. Zainab (Ibu Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Abdr. bin Ammu al-Faqih)
7. Dan seorang anak laki-laki bernama Syaikh Muhammad Maula al-Dawilah (Shahib al-Yabhar, wafat pada tahun 765 H).

b. Syaikh Abdullah (dikenal dengan Abdullah Ba'alawi) 
Ibu dari Syaikh Ali dan Syaikh Abdullah adalah Fathimah binti Ahmad bin Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath.
2. Ahmad
3. Ali
4. Abdullah, (wafat di Tarim tahun 663 H) mempunyai seorang anak laki-laki bernama Muhammad al-Nuqaity dan anak perempuan bernama Fathimah (Ibu dari Ahmad bin Abdullah Ba'alawi/Ayah dari Muhammad Jamalullail).
5. Abdurahman, (wafat diantara al-Haramain), mempunyai anak bernama Muhammad al-Ughaibar
Keturunan Abdullah bin al-Faqih dan Abdurahman bin al-Faqih sedikit dan terputus.

Diposkan oleh Putra bungsu di 13.55 

Tokoh Islami "IMAM BESAR - IMAM ALWI A'MMUL FAQIH RA BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB MARBAT BIN SAYYIDINA AL-IMAM KHOLI’ QOSAM BIN SAYYIDINA ALWI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB AS-SHOUMA’AH BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALWI SHOHIB SAML BIN SAYYIDINA AL-IMAM UBAIDILLAH SHOHIBUL ARADH BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAJIR AHMAD BIN SAYYIDINA AL-IMAM ISA AR-RUMI BIN SAYYIDINA AL- IMAM MUHAMMAD AN-NAQIB BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI AL-URAYDHI BIN SAYYIDINA AL-IMAM JA’FAR AS-SHODIQ BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI ZAINAL ABIDIN BIN SAYYIDINA AL-IMAM AS-SYAHID SYABABUL JANNAH SAYYIDINA AL-HUSEIN. RODIYALLAHU ‘ANHUM AJMA’IN"

http://massandry.blogspot.com
Nasab Imam Alwi A'mmul Faqih Ra

Imam Alwi A'mmul Faqih Ra bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi’ Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.

Imam Alwi bin Muhammad lahir di Tarim. Beliau adalah seorang ulama besar, pemimpin kaum Arifin, hafal alquran, selalu menjaga lidahnya dari kata-kata yang tidak bermanfaat, dermawan, cinta kepada fakir miskin dan memuliakannya, banyak senyum. Imam Alwi bin Muhammad dididik oleh ayahnya dan belajar kepada beberapa ulama, diantaranya Syaikh Salim Bafadhal, Sayid Salim bin Basri, Syaikh Ali bin Ibrahim al-Khatib. 

Beliau wafat pada hari Senin bulan Zulqaidah tahun 613 hijriyah di Tarim dan dimakamkan di perkuburan Zanbal. Beliau dikarunia empat orang anak, yaitu:

Abdullah dan Ahmad (keturunannya terputus), Abdul Malik keturunannya menyebar di India yang dikenal dengan nama Azhomat Khon (leluhur Wali Songo). Abdurahman, keturunannya keluarga al-Bahasyim, al-Bin Semith, al-Bin Thahir, al-Ba'bud Maghfun, al-Bafaraj, al-Haddad, al-Basuroh, al-Bafaqih, al-Aidid, al-Baiti Auhaj.

Waliyullah asy-syaik al-Imam Alwi bin Muhammad Shahib Marbat dijuluki 'Ammi al-Faqih' karena beliau adalah paman dari waliyullah al-Ustadz al-Mu'adzom Muhammad al-Faqih al-Muqaddam (satu-satunya anak lelaki dari Imam Ali bin Muhammad Shahib Marbat). 

Makam Sayidinal Alfaqih Al-Mugoddam dan pamannya ('Ammul Faqih Alwi bin Muhammad.
Keluarga Imam ALWI A'mmul Faqih bin Imam MUHAMMAD SHAHIB MARBATH
Imam Alwi dikenal dikenal dengan Ammul Faqih, wafat di Tarim tahun 613 H, dikaruniai empat orang anak laki:
1. Abdullah (keturunannya terputus)
2. Ahmad (anaknya Fathimah ibu dari Ali dan Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam)
3. Abdul Malik (keturunannya dikenal dengan keluarga Azhamat Khan/wali songo)
4. Abdurahman, (mempunyai seorang anak bernama Ahmad)

Ahmad bin Abdurahman bin Alwi Ammul Faqih, mempunyai tiga orang anak laki:
a. Muhammad An-Nuqa'i
b. Abdullah, mempunyai dua orang anak laki:

1) Abu Bakar al-Fakher, mempunyai dua orang anak:
a) Muhammad (keturunannya sedikit dan terputus)
b) Ali, wafat di Tarim tahun 838 H, mempunyai seorang anak bernama Alwi yang dikenal dengan Auhaj, Alwi mempunyai tiga orang anak 

1) Ahmad al-Wa'izh, wafat di Tarim (kakek Aal Auhaj di Lihij)
2) Ali, kakek keluarga al-Baiti Auhaj di Bait Maslamah.
3) Abdullah al-Qurdi, kakek keluarga Auhaj di Lijij, Hanfar Yaman.
2) Muhammad, mempunyai tiga orang anak laki:
a) Hasan Ath-Thowil, mempunyai dua orang anak laki:

(1) Muhammad, kakek keluarga Bahasan al-Khudaili di Qoroh, India, Surat.
(2) Ahmad al-Mualim, keturunannya keluarga: 

(a) Baafuk,
(b) Baqirwasy,
(c) al-Walaj
(d) Basuroh, di Hinan, Du'an, Lisir.
b) Ali Shohib al-Huthoh, wafat tahun 830 H, mempunyai seorang anak Bernama Muhammad Shahib Aidid (wafat di Tarim tahun 862 H), mempunyai empat orang anak laki bernama:

(1) Alwi Bafaqih (keturunannya di Tarim, terputus)
(2) Abdullah, mempunyai dua orang anak laki:
(a) Husin (keturunannya di Qamar)
(b) Ahmad, mempunyai dua orang anak:

i) Sulaiman (keturunannya di Lihij, Syihir, Makkah, Hanfar)
ii) Ali, mempunyai dua orang anak laki:
(i) Abdurahman
(ii) Muhammad, mempunyai lima orang anak: 
1. Ahmad 
2. Umar (keturunannya di India) 
3. Husin (keturunannya di Kunur)
4. Abu Bakar (keturunannya di Qaidun, India)
5. Ali. (keturunannya di Khuraibah, Syibam, Jawa)

(3) Abdurahman Bafaqih, (keturunannya keluarga Zein dan Athoyyib di Surat, Syihir, Gail, Bawazir)
(4) Ali Aidid, wafat tahun 919 H, mempunyai tiga orang anak laki:

a. Muhammad al-Mahjub, (keturunannya keluarga Aidid di India, Malabar, Asia, Pulau Penang) 
b. Abdullah, (keturunannya di Yaman, Sumba, Syihir)
c. Abdurahman, wafat tahun 976 H, keturunannya keluarga Aidid di Tarim.
c) Ahmad Masrafah, mempunyai tiga orang anak laki:

1) Hasan Basakutah (keturunannya terputus)
2) Faraj, mempunyai empat orang anak laki:

a. Abu Bakar (keturunannya terputus)
b. Alwi (mempunyai dua orang anak di Qalb)
c. Umar (keturunannya keluarga Bafaraj di Habsyah) 
d. Abdullah, wafat tahun 872 H, ketur. di Zili', Jawa, Tarim.
3) Abu Bakar, mempunyai dua orang anak laki:

(a) Abdullah
(b) Ahmad al-Haddad (kakek keluarga al-Haddad)
Ahmad bin Abu Bakar mempunyai seorang anak bernama Alwi, Alwi mempunyai seorang anak bernama Muhammad. Muhammad mempunyai dua orang anak laki:
i) Alwi, keturunannya di India 
ii) Abdullah, mempunyai dua orang anak:

(i) Abdurahman
(ii) Ahmad al-Hadad, mempunyai seorang anak bernama Muhammad. Muhammad mempunyai dua orang anak laki:

- Salim (keturunannya terputus)
- Alwi, wafat di Tarim tahun 1072 H, mempunyai Empat orang anak laki:
1. Hamid
2. Ali, keturunannya di Surat, Malabar
3. Umar, keturunannya di Bihan, India, Jawa, Seiwun.
4. Abdullah al-Hadad (shohibur Ratib), wafat di Tarim tahun 1132 H.
al-Quthub Abdullah bin Alwi al-Haddad, mempunyai enam orang anak laki:

1. Zainal Abidin
2. Hasan, wafat di Tarim tahun 1188 H, anaknya Ahmad.
3. Salim
4. Muhammad,keturunannya di Tarim
5. Alwi, wafat di Makkah tahun 1153 H, keturunannya di Tarim
6. Husin, wafat di Tarim tahun 1136 H keturunannya di Aman, Sir, Gujarat.

c. Alwi, mempunyai dua orang anak laki:
1) Abdullah (keturuannya terputus)
2) Ahmad, mempunyai dua orang anak:

a) Abdullah, mempunyai tiga orang anak laki:
(1) Saad (kakek keluarga Basaad di Moza')
(2) Isa Babathinah (keturunannya terputus di Zili', Syihir, India)
(3) Hasyim (keturunannya keluarga Ba Hasyim di Bor, Habasyah, Jawa, Melayu, Banjarmasin)

b) Abdurahman (shohib masjid Babathinah), mempunyai empat orang anak laki 
(1) Ahmad Khodijah (keturunannya di Lihij, Qalb)
(2) Umar Ahmar al-Uyun (keturunannya kel. Haiqan, An-Nadhir)
(3) Ali Syanhazi, mempunyai dua orang anak:

i) Abdullah (keturunannya terputus)
ii) Muhammad Smith(keturunannya keluarga Smith di Tarim)
(4) Muhammad Maghfun, mempunyai tiga anak:
i) Ahmad
ii) Abdurahman (keturunannya keluarga Thohir di Masilah)
iii) Abdullah (Abud), mempunyai seorang anak Muhammad Ba'bud Maghfun (wafat di Tarim tahun 1257 H, keturunannya di Bor, Pekalongan)

Tokoh Islami "IMAM BESAR - SAYYIDINA AL-IMAM ALWI AL-GHUYUR BIN SAYYIDINA AL-IMAM AL-FAQIH AL-MUQADDAM MUHAMMAD BIN SAYYIDINA ALI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB MARBAT BIN SAYYIDINA AL-IMAM KHOLI QOSAM BIN SAYYIDINA ALWI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB AS-SHOUMA’AH BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALWI SHOHIB SAML BIN SAYYIDINA AL-IMAM UBAIDILLAH SHOHIBUL ARADH BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAJIR AHMAD BIN SAYYIDINA AL-IMAM ISA AR-RUMI BIN SAYYIDINA AL- IMAM MUHAMMAD AN-NAQIB BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI AL-URAYDHI BIN SAYYIDINA AL-IMAM JA’FAR AS-SHODIQ BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI ZAINAL ABIDIN BIN SAYYIDINA AL-IMAM AS-SYAHID SYABABUL JANNAH SAYYIDINA AL-HUSEIN. RODIYALLAHU ‘ANHUM AJMA’IN - PART 3"

http://massandry.blogspot.com
Berkata al-Muhaddits Imam Muhammad bin Ali bin Alwi al-Khirrid Ba'alawi dalam kitabnya al-Ghuror , telah dikabarkan kepada Syaikh Abdurahman bin Ali, seungguhnya kaum ulama al-arifin berkata: "Tiga orang dari keluarga Alawiyin yang cerdik dan doanya mustajab ialah Syaikh Alwi, anaknya Syaikh Ali dan Umar Muhdhar".

Ketika saudaranya Syaikh Abdullah bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam wafat, kepada beliau Rasulullah memberinya baju dan memerintahkan untuk memakaikannya sebagai kafan kepada saudaranya. Maka dipakaikannya baju tersebut kepada Syaikh Abdullah dan berkata: "Sesungguhnya saudaraku Abdullah adalah seorang wali quthub pada zamannya". Syaikh Abdullah bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam wafat pada malam Senin dua puluh Zulqoidah tahun 662 hijriyah. Beliau tidak mempunyai keturunan kecuali anaknya Muhammad An-nuqo'i dan Fathimah (ibu dari Syaikh Ahmad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam). Muhammad An-nuqo'i ialah seorang waliyullah, beliau sering bertemu dengan nabi Khiddir as. Karena rasa takutnya kepada Allah swt beliau sering tidak sadar dan jatuh ke tanah.

Murid-muridnya yang di belakang hari menjadi ulama, antara lain:

• Sayid Abdullah Ba “Alawi
• Sayid Ali
• Sayid Ahmad
• Syekh Ali bin Salim
• Syekh Ahmad Muhammad Bamukhtar,
• dan sejumlah ulama kenamaan lainnya.

Alwi al-Ghuyur juga dikenal sebagai ulama yang suka bersyukur, suka menyantuni yang orang lain, dan suka mengabulkan permohonan orang lemah. Siapa saja yang datang kepadanya dan membutuhkan pertolongan, pasti cepat mendapat pertolongan. Dalam kitab Al-Qurar, Sayid Al-allamah al-imam Muhammad bin Alwi al-Khirid Ba’alawy menulis, Syech Abdurrahman bin Ali mengabarkan kepadaku, bahwa para ulama besar berkata :

“Ada tiga orang keluarga Bani Alawy yang semangatnya senantiasa terpelihara. Mereka cepat memberikan pertolongan kepada orang-orang yang membutuhkan. Mereka adalah Alwi al-Ghuyur dan anaknya, yaitu Ali, serta Syekh Umar al-Muhdhar.”

Suatu hari Alwi al-Ghuyur dicaci maki oleh seorang lelaki didepan khalayak ramai, hanya gara-gara dia tidak berkunjung ke rumah lelaki itu. Lelaki itu tersebut mempunyai khadam, pembantu dari kalangan jin, yang setiap saat mendemontrasikan kebolehannya. Jika ada yang menolak kebolehan jin tersebut, dia dizalimi dengan menggunakan tangan orang lain. Ketika lelaki itu sedang mencaci maki Alwi al-Ghuyur, tiba-tiba Isa bin Amru, seorang lelaki dari bani haram, menempeleng wajahnya.
“kalau kamu mencaci maki Sayid Alwi, apakah kami harus diam?”

Setelah ditempeleng, lelaki pemelihara jin itu mengucapkan kata-kata ancaman kepada Isa bin Amru. Khawatir akan ancaman lelaki tersebut, Isa bin Amru kemudian menemui Sayid Alwi al-Ghuyur.
“Kamu jangan takut” kata Alwi al-Ghuyur. 

Tapi Isa bin Amru tetap takut dan tak berani beranjak dari sisi Sayid Alwi al-Ghuyur. Akhirnya Sayid Alwi al- Ghuyur pergi ke masjid dan menggerak-gerakan pintunya hingga terdengar suara berderit-derit. Kemudian ia pergi ke pintu lainnya dan menggerak-gerakkannya seperti terhadap pintu pertama.

”Ini suara lelaki itu dan suara jin yang selalu ia gunakan untuk mengganggu orang lain. Kini jin itu telah terbunuh, dan lelaki sudah melarikan diri dari Tarim.” 

Kata Sayid Alwi Al-Ghuyur.
Al-Imam Alwi Al-Ghuyur wafat pada hari jum’at 12 Zulkaidah 669 H / 1271 M. jasadnya disemayamkan di makam Zanbal, Tarim, disebelah timur makam ayahandanya.

Tokoh Islami "IMAM BESAR - SAYYIDINA AL-IMAM ALWI AL-GHUYUR BIN SAYYIDINA AL-IMAM AL-FAQIH AL-MUQADDAM MUHAMMAD BIN SAYYIDINA ALI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB MARBAT BIN SAYYIDINA AL-IMAM KHOLI QOSAM BIN SAYYIDINA ALWI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB AS-SHOUMA’AH BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALWI SHOHIB SAML BIN SAYYIDINA AL-IMAM UBAIDILLAH SHOHIBUL ARADH BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAJIR AHMAD BIN SAYYIDINA AL-IMAM ISA AR-RUMI BIN SAYYIDINA AL- IMAM MUHAMMAD AN-NAQIB BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI AL-URAYDHI BIN SAYYIDINA AL-IMAM JA’FAR AS-SHODIQ BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI ZAINAL ABIDIN BIN SAYYIDINA AL-IMAM AS-SYAHID SYABABUL JANNAH SAYYIDINA AL-HUSEIN. RODIYALLAHU ‘ANHUM AJMA’IN - PART 2"

http://massandry.blogspot.com
Suatu hari, ayahandanya, Al-Faqih Muqaddam, memuji dan memberikan isyarat bahwa pada suatu saat nanti anaknya akan menjadi seorang wali yang agung. Dan menurut para ulama, rahasia keilmuan ayahandanya pindah ke dalam pribadi anaknya.

“Al-Imam Alwi al-Ghuyur adalah pengganti orang-orang dahulu.”. kata mereka. 
Maka, praktis derajat kewalian terbesar yang dimiliki Alwi al-Ghuyur diperoleh dari orang tuanya, yang dikenal sebagai sesepuh para wali dan pemuka orang-orang bertaqwa.

Ketika menunaikan ibadah haji, Alwi al-Ghuyur memperbanyak ibadah umrah,shalat dan bertawaf, baik siang maupun malam. Ia juga memperdalam ilmu agama kepada sejumlah ulama besar yang mengajar di Masjidil haram, Mekah. Setelah menunaikan ibadah haji dan umrah, ia berziarah ke makam Rasulullah SAW di Masjid Nabawi, Medinah. 

Di makam datuknya itu beliau bertanya: 
“dimanakah kedudukanku disisimu, wahai kakek?”
konon, Rasulullah SAW menjawab pertanyaan Alwi al-Ghuyur, 
“Di kedua belah mataku.” 
Lalu Rasulullah SAW bertanya:
“Dan dimanakah kedudukanku di sisimu, wahai Syekh Alwi?”
Maka Alwi al-Ghuyur pun menjawab:
“Di atas kepalaku.” 

Kemudian sayyidina Abu bakar Ash shiddiq, yang makamnya disamping Rasulullah, bertanya: 
“Bagaimana engkau menempatkan Rasulullah demikian? Dia menempatkanmu di kedua belah matanya, sedangkan engkau menempatkannya di atas kepalamu. Tidak ada sesuatu yang dapat menyamai kedua belah mata. Engkau harus mensyukurinya dengan bersedekah kepada fakir miskin sebanyak 100 dinar.

Alwi al-Ghuyur tak menjawab pertanyaan Sayyidina Abu bakar Ash shiddiq. Namun, setelah beberapa waktu bermukim di Madinah, ia pulang ke Tarim dan membagikan sedekah 100 dinar kepada sejumlah faqir miskin sebagai tanda syukur. Sejak itu banyak orang bertamu, dan dengan senang hati Alwi al-Ghuyur mendidik dan menuntun mereka ke jalan Allah. Pada saat-saat sepertiitu, beliau sengaja memperlambat untuk menikah, hingga suatu saat calon keturunannya berkata dari arah punggungnya:

“Kami telah berada di punggungmu, cepatlah menikah. Kalau tidak, kami akan keluar dari punggungmu”.

Mendapat teguran semacam itu, ia segera menikah dengan Hababah Fatimah binti Ahmad bin Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath. Ketika istrinya hamil, berkatalah si jabang bayi dari rahim istrinya:
”Aku anak saleh. Aku hamba yang saleh.” 
Beliau dikarunai oleh Allah SWT dua putra, Sayid Ali dan Abdullah Ba’Alawi yang belakangan menjadi muridnya. 
Murid-muridnya yang di belakang hari menjadi ulama, antara lain:

• Sayid Abdullah Ba “Alawi
• Sayid Ali
• Sayid Ahmad
• Syekh Ali bin Salim
• Syekh Ahmad Muhammad Bamukhtar,
• dan sejumlah ulama kenamaan lainnya.

Tokoh Islami "IMAM BESAR - SAYYIDINA AL-IMAM ALWI AL-GHUYUR BIN SAYYIDINA AL-IMAM AL-FAQIH AL-MUQADDAM MUHAMMAD BIN SAYYIDINA ALI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB MARBAT BIN SAYYIDINA AL-IMAM KHOLI QOSAM BIN SAYYIDINA ALWI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB AS-SHOUMA’AH BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALWI SHOHIB SAML BIN SAYYIDINA AL-IMAM UBAIDILLAH SHOHIBUL ARADH BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAJIR AHMAD BIN SAYYIDINA AL-IMAM ISA AR-RUMI BIN SAYYIDINA AL- IMAM MUHAMMAD AN-NAQIB BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI AL-URAYDHI BIN SAYYIDINA AL-IMAM JA’FAR AS-SHODIQ BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI ZAINAL ABIDIN BIN SAYYIDINA AL-IMAM AS-SYAHID SYABABUL JANNAH SAYYIDINA AL-HUSEIN. RODIYALLAHU ‘ANHUM AJMA’IN - PART 1"

http://massandry.blogspot.com
Nasab Al Imam Alwi al-Ghuyur ra.

Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.

Tarim, Hadramaut, boleh dibilang merupakan “Gudang Ulama”. Salah seorang di antaranya ialah Al - Imam Alwi bin Al – Faqih al – Muqaddam, yang mendapat julukan Al-Ghuyur, yang berarti “ dicemburui “. Julukan itu diberikan kepadanya karena, ketika itu, tidak seorang pun dari keluarga Bani Alawy di zamannya yang bernama Alwi. Sehingga ketika ia dinamai Alwi; dan itu merupakan suatu kehormatan; banyak orang cemburu kepadanya. Ketika itu, jika ada yang yang berniat memberi nama Alwi kepada seorang anak, dan biasanya urung, memilih nama lain. 

Barangkali juga lantaran ilmu agamanya yang sangat tinggi, sehingga banyak orang “cemburu”, dalam arti positif, kepadanya.
Nama lengkapnya cukup panjang : Al-Imam Alwi bin Al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Imam Muhajir Ahmad bin Isa. Ia lahir dan dibesarkan di Tarim, Hadramaut, pada abad ke enam Hijriah. Mendapat pendidikan langsung, mengenai berbagai pengetahuan agama, dari ayahandanya, sejak kecil ia sudah hafal Al-qur’an. Bahkan sejak muda ia sudah mempelajari tarekat. Itulah sebabnya, dia juga ahli zuhud, wali yang mempunyai maqam tinggi dan karamah yang luar biasa.

Imam Alwi bin Muhammad lahir di Tarim, beliau dibesarkan dan dididik dalam asuhan ayahnya. Di samping itu beliau juga hafal alquran, mendengar tasbihnya benda-benda mati. Ibunya ummul fuqara Zainab binti al-Faqih Ahmad bin Muhammad Shahib Marbath.

Telah diriwayatkan bahwa Imam Alwi diperintahkan ayahnya mencari rumput untuk makanan kambing, maka ia kembali ke ayahnya dan tidak jadi memotong rumput tersebut, dan berkata: "Bagaimana saya dapat memotong rumput itu, karena ketika ingin memotongnya saya saksikan rumput tersebut sedang bertasbih kepada Allah swt dan saya merasa malu untuk memotongnya".

Imam Alwi bin Muhammad mempunyai wilayah/kekuasaan mutlak yang diberikan oleh Allah swt. Allah telah mengangkat derajatnya dengan memiliki rahasia ketuhanan dan alam barzah, mengetahui kesengsaraan dan kebahagiaan seseorang, sehingga beliau berkata: "Kedudukanku adalah sama dengan kedudukan al-Junaid". al-Junaid adalah seorang pemimpin kaum sufi. Pada suatu hari ayahnya berkata kepadanya dan ketika itu ia masih kecil: "Engkau mengetahui segala kesusahan dan kebahagiaan, maka bacalah apa yang ada di keningku. Maka dibacanya sesuatu yang mengandung kebahagiaan dan diberitahukan kepada ayahnya".

Ia mempunyai banyak karamah. Salah satunya, jika berkata mengenai sesuatu, “Kun! ( jadilah )”, maka jadilah sesuatu, seperti yang dikehendakinya, dengan seizin Allah SWT. Wajar jika banyak Ulama besar dan Aulia di zamannya yang menukil ucapan-ucapannya. beliau juga mampu mengenali orang-orang yang celaka dan bahagia. beliau dapat mengetahui siapa yang bernasib baik, dan siapa yang bernasib buruk,

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Takutlah kalian kepada firasat seorang mukmin. Sesungguhnya seorang mukmin dapat melihat dengan cahaya Allah.”

Tokoh Islami "IMAM BESAR - SAYYIDINA IMAM ALI SHOHIBUD-DARK BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALWI AL-GHUYUR BIN SAYYIDINA AL-IMAM AL-FAQIH AL-MUQADDAM MUHAMMAD BIN SAYYIDINA ALI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB MARBAT BIN SAYYIDINA AL-IMAM KHOLI QOSAM BIN SAYYIDINA ALWI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB AS-SHOUMA’AH BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALWI SHOHIB SAML BIN SAYYIDINA AL-IMAM UBAIDILLAH SHOHIBUL ARADH BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAJIR AHMAD BIN SAYYIDINA AL-IMAM ISA AR-RUMI BIN SAYYIDINA AL- IMAM MUHAMMAD AN-NAQIB BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI AL-URAYDHI BIN SAYYIDINA AL-IMAM JA’FAR AS-SHODIQ BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI ZAINAL ABIDIN BIN SAYYIDINA AL-IMAM AS-SYAHID SYABABUL JANNAH SAYYIDINA AL-HUSEIN. RODIYALLAHU ‘ANHUM AJMA’IN - PART 2"

http://massandry.blogspot.com
Sejak kanak-kanak beliau mendapat pendidikan agama dari ayahandanya, Imam Alwi Al-Ghuyur, dan pada usia sembilan tahun sudah hafal Al-Qur’an. Beliau juga sempat mengaji kepada kakeknya, Al-Faqih Muqaddam. Dari ayah dan Kakek beliau mendapat banyak keutamaan, terutama ilmu hikmah dan tasawuf. Setelah dewasa, wajah dan pandangan matanya sejuk. Salah satu karomahnya ialah firasatnya yang tajam dan doa’nya yang mustajab.

Sayyidina Abdullah bin Alwi An-Nasik meriwayatkan perkataan dari Sayyidina Al-Imam As-Syekh Abu Bakar As-Sakran bin Syekh Abdurrahman Assegaf. Beliau berkata ; "Sepupuku Syekh Abu Bakar As-Sakran bercerita kepadaku bahwa Syekh Ali Shohibud Dark bin Alwi Al-Ghuyur bermunajat kepada Allah swt di bawah ka'bah ketika sedang berada di Makkah, beliau berdoa' agar sekiranya Allah swt berkenan memberinya anak yang sholeh. Setelah beliau berdoa', beliau mendengar suara yang berkata kepadanya; 

Doa' mu telah dikabulkan. Pulanglah engkau ke negerimu." Kemudian Syekh Ali pulang ke negerinya, Tarim. Setelah sekian lama menunggu dan belum juga dikarunia anak, beliau bermunajah lagi kepada Allah swt pada sebuah masjid di Tarim dan memohon agar Allah swt mengaruniai beliau seorang anak yang sholeh. Sewaktu beliau sedang tenggelam dalam munajahnya yang khusyuk, dengan seizing Allah swt, tubuhnya bermi'raj ke langit dan beliau mendapat isyarah akan mendapatkan anak yang sholeh. Dalam keadaan yang sedemikian itu, 

Syekh Ali berkata; "Berikanlah padaku satu tanda." Lalu beliaupun diberikan dua lembar kertas dari sisi Allah swt dan ada suara yang mengatakan kepada beliau agar kertas tersebut diletakkan di atas mata istri beliau yang kala itu ke dua matanya buta. Setelah beliau ersadar dari ghaibahnya, di tangan beliau benar-benar tergenggam kertas yang dimaksud tadi. Lantas beliau segera pulang dan meletakkan kertas tersebut di atas mata istrinya. Kemudian dengan seizing Allah swt, ke dua mata istri beliau bisa melihat kembali dan tak lama berselang istri beliau pun hamil serta melahirkan seorang putra, yaitu As-Syekh Muhammad Maula Ad-Dawilayh." 

Suatu ketika beliau mendapat harta cukup banyak. Tapi kemudian beliau berdoa’ kepada Allah swt, “Ali bin Alwi dan dunia. Ya Allah, jauhkan aku daripadanya, jauhkan dunia dariku.” Tiga bulan setelah itu, tepatnya pada hari rabu 17 Rajab 709 H / 1289 M, beliau wafat; dan jenazahnya dimakamkan di Makam Zanbal, Tarim Hadramaut. Beliau meninggalkan seorang putra, Muhammad Maula Dawilah, dan enam putri :Maryam, Khadijah, Zainab, Aisyah, Bahiyah dan Alwiyah dari seorang ibu, Sayyidah Fatimah binti Ahmad bin Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath.

Suatu hari, seorang ulama terkemuka dari Tarim, Syekh Ibrahim bin Qusyair, menceritakan, suatu malam pernah bermimpi berjumpa Sayyidina Syekh Ali bin Alwi. Lalu ia bertanya, “Bagaimana Allah swt memperlakukanmu?” Dalam mimpi itu Syekh Ali bin Alwi menjawab, “Suatu apa pun tak dapat membahayakan orang yang mahbub ( dicintai Allah swt ). 

Imam Ali bin Alwi lahir di Tarim, beliau dibesarkan dan dididik oleh ayahnya. Beliau juga seorang yang hafal alquran. Ibunya bernama syarifah Fathimah binti Ahmad bin Alwi bin Muhammad Shahib Marbath.

Imam Ali bin Alwi seorang yang khawas yang menduduki maqom wali quthub, sering bermujahadah, riyadhoh dan khalwat. Beliau ialah seorang yang menjadi panutan bagi para murid yang menjalankan thoriqah suluk. Beliau sering berziarah ke makam nabi Hud as pada bulan Rajab, Sya'ban dan Ramadhan.

Imam Muhammad bin Abi Suud berkata: "Ketika datang suatu kenikmatan dunia kepadanya, maka ia berkata: Ya Allah pindahkanlah aku dari dunia atau pindahkanlah dunia dari aku". Tidak lama kemudian beliau meninggal dunia.

Berkata Syaikh Ibrahim bin Abi Qasyir: "Saya melihat Syaikh Ali bin Alwi dalam mimpiku, maka saya berkata: Apa yang Allah perbuat kepadamu. Maka beliau menjawab: Kepada hamba yang dicintainya, tidak ada satupun yang dapat membuat mudharat kepadanya".

Imam Ali bin Alwi wafat pada hari Rabu tanggal tujuh belas Rajab tahun 709 hijriyah, beliau tidak mempunyai anak kecuali Syaikh Muhammad Maula Dawilah dan enam anak perempuannya: Maryam, Khadijah, Zainab, Asiyah, bahiyah dan Maniyah.

Tokoh Islami "IMAM BESAR - SAYYIDINA IMAM ALI SHOHIBUD-DARK BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALWI AL-GHUYUR BIN SAYYIDINA AL-IMAM AL-FAQIH AL-MUQADDAM MUHAMMAD BIN SAYYIDINA ALI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB MARBAT BIN SAYYIDINA AL-IMAM KHOLI QOSAM BIN SAYYIDINA ALWI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB AS-SHOUMA’AH BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALWI SHOHIB SAML BIN SAYYIDINA AL-IMAM UBAIDILLAH SHOHIBUL ARADH BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAJIR AHMAD BIN SAYYIDINA AL-IMAM ISA AR-RUMI BIN SAYYIDINA AL- IMAM MUHAMMAD AN-NAQIB BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI AL-URAYDHI BIN SAYYIDINA AL-IMAM JA’FAR AS-SHODIQ BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI ZAINAL ABIDIN BIN SAYYIDINA AL-IMAM AS-SYAHID SYABABUL JANNAH SAYYIDINA AL-HUSEIN. RODIYALLAHU ‘ANHUM AJMA’IN - PART 1"

http://massandry.blogspot.com
Nasab Imam Ali Shohibud-Dark

Sayyidina Imam Ali Shohibud-Dark bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.

Imam Ali bin Alwi lahir di Tarim, beliau dibesarkan dan dididik oleh ayahnya. Beliau juga seorang yang hafal alquran. Ibunya bernama syarifah Fathimah binti Ahmad bin Alwi bin Muhammad Shahib Marbath.

Imam Ali bin Alwi seorang yang khawas yang menduduki maqom wali quthub, sering bermujahadah, riyadhoh dan khalwat. Beliau ialah seorang yang menjadi panutan bagi para murid yang menjalankan thoriqah suluk. Beliau sering berziarah ke makam nabi Hud as pada bulan Rajab, Sya'ban dan Ramadhan.

Imam Muhammad bin Abi Suud berkata: "Ketika datang suatu kenikmatan dunia kepadanya, maka ia berkata: Ya Allah pindahkanlah aku dari dunia atau pindahkanlah dunia dari aku". Tidak lama kemudian beliau meninggal dunia.

Berkata Syaikh Ibrahim bin Abi Qasyir: "Saya melihat Syaikh Ali bin Alwi dalam mimpiku, maka saya berkata: Apa yang Allah perbuat kepadamu. Maka beliau menjawab: Kepada hamba yang dicintainya, tidak ada satupun yang dapat membuat mudharat kepadanya".

Beliau merupakan salah seorang waliyullah yang lahir di Tarim, Hadramaut; ulama besar yang menafikan kehidupan dunia, waktunya lebih banyak dimanfaatkan untuk menyendiri ( khalwat ) dan hidup sebagai seorang zahid. Seperti ulama-ulama besar lainnya, beliau juga sering berziarah ke makam Nabi Hud di bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan, tiada lain untuk menambah kedekatan ( taqarrub ) kepada Allah swt. Selama berkhalwat, ibadah yang sering beliau tunaikan ialah memperbanyak amal kebajikan, terutama shalat sunnah dan wirid.

Beliau dijuluki Shahibud-Dark , karena suka membantu dan menolong sesama. Beliau juga dikenal sebagai guru besar bagi para ulama di Hadramaut, sehingga menjadi seorang wali yang mahbub, dicintai Allah swt. Beliau termasuk seorang waliyullah ‘arif billah dan quthub – sosok keteladanan bagi para muridin ( pengikut tarekat ) dan ‘arifin ( para ulama dan cendikiawan ).

Tokoh Islami "IMAM BESAR - IMAM ABDULLAH BA 'ALAWY BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALWI AL-GHUYUR BIN SAYYIDINA AL-IMAM AL-FAQIH AL-MUQADDAM MUHAMMAD BIN SAYYIDINA ALI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB MARBAT BIN SAYYIDINA AL-IMAM KHOLI QOSAM BIN SAYYIDINA ALWI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB AS-SHOUMA’AH BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALWI SHOHIB SAML BIN SAYYIDINA AL-IMAM UBAIDILLAH SHOHIBUL ARADH BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAJIR AHMAD BIN SAYYIDINA AL-IMAM ISA AR-RUMI BIN SAYYIDINA AL- IMAM MUHAMMAD AN-NAQIB BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI AL-URAYDHI BIN SAYYIDINA AL-IMAM JA’FAR AS-SHODIQ BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI ZAINAL ABIDIN BIN SAYYIDINA AL-IMAM AS-SYAHID SYABABUL JANNAH SAYYIDINA AL-HUSEIN. RODIYALLAHU ‘ANHUM AJMA’IN - PART 3"

http://massandry.blogspot.com
Keluarga Imam Abdullah Ba'alawi bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam

Imam Abdullah Ba'alawi bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam, wafat di Tarim tahun 731 H dikuburkan di sebelah Timur makam kakeknya al-Ustadz al-Faqih al-Muqaddam. Beliau dikaruniai tiga orang anak laki, bernama:

1. Ahmad, mempunyai anak bernama Muhammad Jamalullail. 
Muhammad Jamalullalil mempunyai seorang anak laki bernama Abdullah, dan Abdullah mempunyai seorang anak laki bernama Ahmad (keturunannnya terputus)

2. Ali, wafat di Tarim tahun 784 H, (ibunya Ummu Maula Dawilah) dikaruniai: 
anak perempuan: 
a. Bahiyah (isteri dari Sayid Abdurahman Assaqqaf, ibu dari Ahmad, Muhammad, Abu Bakar, Umar Muhdhar dan Maryam)
b. Fathimah (ibu dari anak-anak Muhammad Jamalullail)
anak laki-laki:
a. Muhammad 
b. Ahmad al-Abdullah Ba'alawi, keturunannya terputus.
c. Abdurahman 
d. Abdullah, mempunyai dua orang anak laki:
1) Ahmad (keturunannya terputus)
2) Alwi al-Syaibah, mempunyai enam orang anak laki, dua diantara keturunan anaknya terputus, empat orang anak yang dikaruniai keturunan:

a. Umar (keturunannya sedikit dan terputus)
b. Muhammad (keturunan keluarga Aal-Masilah di Sawahil dan keluarga Barum di Du'an, India) 
c. Abu Bakar, wafat di Tarim tahun 887 H, dikaruniai lima orang anak laki empat diantaranya terputus keturunannya. Adapun anaknya yang yang meneruskan keturunannya adalah Abdullah Al-Syili
d. Ahmad Qasam, mempunyai enam orang anak laki, empat diantaranya terputus keturunannya dan dua orang anak laki yang dikaruniai keturunan:
(1) Alwi (keturunannya di Qasam, terputus) 
(2) Muhammad (Keturunannya keluarga Bin Junaid di Qasam, keluarga al-Achdhor, keluarga Junaid al-Achdhor di Saihut, Dasinah, Keluarga al-Jailani di Dua'an)

3. Muhammad, (ibunya Ummu Maula Dawilah), wafat di Tarim tahun 743 H, dikaruniai Empat orang anak laki, bernama:
a. Ali
b. Abdurahman, mempunyai empat orang anak laki:

1) Ahmad Babirik, mempunyai tiga orang anak laki:
a. Hasan, wafat di Tarim tahun 885 H. Dikaruniai dua orang anak, Keturunannya terputus. 
b. Ali, wafat tahun 909 H, keturunannya sedikit dan terputus.
c. Umar, keluarganya di Burdah, Surat, India.

2) Alwi al-Khuun, keturunannya terputus tahun 1139 H.
3) Muhammad Hamidan, mempunyai dua orang anak laki:
a) Abdul Qadir (keturunannya terputus)
b) Alwi Khirid, mempunyai lima orang anak laki, empat terputus keturunannya, sedangkan yang kelima bernama Ali, dikaruniai lima orang anak laki:

(1) Abdurahman 
keturunannya terputus
(2) Abdullah 
(3) Ahmad, wafat di Tarim tahun 957 H, keturunannya terputus
(4) Zein, kakek keluarga Khirid di Tarim.
(5) Muhammad

4) Ali Jahdab, mempunyai dua orang anak laki:
a) Abud (keturunannya sedikit dan terputus)
b) Muhammad al-Mualim, mempunyai seorang anak laki bernama Alwi, dan mempunyai empat orang anak laki, dua orang terputus keturunannya. Sedangkan anak yang dikaruniai keturunan:
(1) Ahmad bin Alwi Bajahdab ( Pemimpin Saadah Ba'alawi)
(2) Muhammad Hamdun, keturunannya keluarga Hamdun Jahdab di Habasyah.
c. Ahmad al-Aksah, wafat tahun 814 H, dikaruniai tiga orang anak laki:

1. Muhammad Barabi' (keturunannya sedikit dan terputus)
2. Umar Baraqbah, (keturunannya keluarga Baraqbah di Tarim, India, Jawa, Jambi, Cirebon, Palembang, Siak, Riau, Surabaya, Pekalongan)
3. Ali Dubjan, mempunyai seorang anak laki bernama Abdullah Abud ( kakek keluarga Ba'bud Dubjan di Qasam, Ghaizhah, Jawa )
d. Abdullah, mempunyai seorang anak bernama Muhammad al-Munaffir, dikaruniai enam orang anak laki:
1) Abdul Qadir 
2) Ahmad keturunannya sedikit dan terputus
3) Ali 
4) Alwi 
5) Abdurahman al-Munaffir, keturunannya keluarga Munaffir di Tarim, Malabar, Jawa dan keluarga Bin Hamid di Tarim.
6) Abdullah Wathob, wafat tahun 884 H, dikaruniai enam orang anak laki:
a) Alwi Hawilah
b) Ahmad Marzaq, mempunyai delapan orang anak dua terputus keturunannya. Sedangkan yang meneruskan keturunannya:
(1) Muhammad 
keturunannya sedikit di Zili', Yaman.
(2) Ali 
(3) Abdullah keturunannya terputus.
(4) Abdurahman
(5) Alwi al-Riqoq keturunannya di Baijapur
(6) Syech keturunannya keluarga Al-Masyhur Marzaq di Bangil, dan keluarga Marzaq di Syibam dan Jawa.
c) Umar Fad'aq, wafat tahun 910 H, dikaruniai enam orang anak laki:
(1) Muhammad 
(2) Sulaiman keturunannya sedikit dan terputus
(3) Ahmad 
(4) Ali keturunannya keluarga Fad'aq di India dan keluarga Abu Numai di Buusy, Habasyah, Syihir, Pekalongan, Gail, Malabar, Kelantan.
(5) Alwi, keturunannya keluarga Fad'aq di India.
(6) Ibrahim, mempunyai dua orang anak laki, bernama:

(a) Abdurahman al-Mualim (keturunannya di Qasam, terputus) 
(b) Abdullah (keturunannya di Zhufar)
d) Muhammad, mempunyai lima orang anak laki, tiga terputus keturunannya, sedangkan yang meneruskan keturunannya adalah:
(1) Abu Bakar (keturunannya sedikit dan terputus)
(2) Ahmad Mudhir, mempunyai dua orang anak laki:
(a) Mubarok (keturunannya di Zhufar)
(b) Abdullah Mudhir, mempunyai tiga orang anak laki:

I) Abu Bakar (keturunannya di Surat)
II) Salim (keturunannya di Dahli dan Surat) 
III) Mubarok Mudhir, mempunyai tiga orang anak laki:
(i) Syech
(ii) Abdullah
(iii) Alwi (keturunannya keluarga Mudhir di Makkah, Zhufar dan keluarga Muthohar di Qasam)
e) Mubarok, mempunyai tiga orang anak laki:

(1) Alwi 
keturunannya sedikit dan terputus

(2) Ali 
(3) Abdullah, mempunyai seorang anak bernama Muhammad, dikaruniai dua orang anak laki:
(a) Hasyim, mempunyai dua orang anak:

i) Toha
ii) Muhammad, mempunyai dua orang anak di Aden.
(b) Fad'aq, keturunannya keluarga Fad'aq di Qasam. 
f) Ali al-Mundarij, mempunyai seorang anak laki bernama Syech, dan Syech dikaruniai tujuh orang anak laki tiga diantaranya terputus keturunannya, sedangkan yang meneruskan keturunannya:
(1) Hasyim (keturunannya sedikit dan terputus)
(2) Umar (keturunannya sedikit)
(3) Abdullah, mempunyai tujuh orang anak laki:

a. Muhammad
b. Syech
c. Abu Bakar
d. Alwi keturunannya sedikit
e. Umar
f. Ahmad al-Majzub (keturunannya di Musyaqos)
g. Abu Numai(keturunannya keluarga Abu Numai di Gail Bawazir, Seiwun yang dikenal dengan Asy-Syatiri Abu Numai.

(4) Aqil, mempunyai tiga orang anak laki: 
a. (Muhammad, wafat tahun 1005 H.
b. Syech, mempunyai dua orang anak laki, terputus keturunannya. 
c. Abdullah, keturunannya keluarga Mudihij di Tarim

Tokoh Islami "IMAM BESAR - IMAM ABDULLAH BA 'ALAWY BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALWI AL-GHUYUR BIN SAYYIDINA AL-IMAM AL-FAQIH AL-MUQADDAM MUHAMMAD BIN SAYYIDINA ALI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB MARBAT BIN SAYYIDINA AL-IMAM KHOLI QOSAM BIN SAYYIDINA ALWI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB AS-SHOUMA’AH BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALWI SHOHIB SAML BIN SAYYIDINA AL-IMAM UBAIDILLAH SHOHIBUL ARADH BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAJIR AHMAD BIN SAYYIDINA AL-IMAM ISA AR-RUMI BIN SAYYIDINA AL- IMAM MUHAMMAD AN-NAQIB BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI AL-URAYDHI BIN SAYYIDINA AL-IMAM JA’FAR AS-SHODIQ BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI ZAINAL ABIDIN BIN SAYYIDINA AL-IMAM AS-SYAHID SYABABUL JANNAH SAYYIDINA AL-HUSEIN. RODIYALLAHU ‘ANHUM AJMA’IN - PART 2"

http://massandry.blogspot.com
Imam Abdullah Ba’alawy wafat pada hari Rabu, pertengahan Jumadil Ula 731 H / 1311 M; meninggalkan tiga putra.

Imam Abdullah bin Alwi lahir di Tarim tahun 738 hijriyah. Beliau belajar tafsir , hadits dan tasawuf kepada kakek dan ayahnya, Imam Ahmad bin Abdurahman bin Alwi bin Muhammad Shahib Marbath, Syaikh Abdullah bin Ibrahim Baqasyir. Beliau seorang yang zuhud, wara' dan menempati maqom wali besar yang terkumpul padanya ilmu-ilmu syariah dan hakikat. Disamping belajar di Tarim, beliau juga belajar kepada Syaikh Umar bin Maimun di Yaman dan setelah itu beliau menunaikan ibadah haji ke Makkah pada tahun 670 hijriyah. Di Makkah, para penduduk di sana meminta kepada Imam Abdullah untuk berdoa agar hujan segera turun di kota itu. Maka dengan izin Allah swt hujan pun turun di Makkah. Banyak penduduk Makkah yang belajar ilmu kalam dan ilmu tasawuf kepadanya.

Setelah lama tinggal di Makkah, penduduk Tarim meminta beliau untuk pulang ke negerinya. Maka ia pun pulang ke Tarim melalui kota Zubaidi dimana kota tersebut banyak berkumpul para ulama besar, kemudian beliau ke kota Taiz dan kota Akur untuk berziarah kepada Syaikh Umar bin Maimun. Akan tetapi ketika sampai di kota tersebut beliau menemukan Syaikh Umar bin Maimun telah meninggal, maka beliau memandikan dan menguburkannya. Sesudah itu beliau ke Tarim.

Imam Abdullah seorang yang bersifat dermawan. Beliau menginfaqkan hartanya untuk keluarga Alawiyin yang ada di Tarim. Syaikh Ali bin Salim menceritakan: "Pada suatu hari beliau mendapat uang sebesar lima ratus dinar, maka dibagikannya uang tersebut kepada keluarganya tanpa meninggalkan sedikitpun untuknya".

Imam Abdullah Ba'alawi adalah seorang yang banyak menangis karena rasa takutnya kepada Allah swt terutama ketika sedang membaca alquran hingga terlihat matanya bengkak. Dan salah satu kebiasaannya, beliau sering beri'tikaf di masjid mulai sebelum subuh sampai terbit matahari. Pada waktu i'tikaf diisi dengan shalat dan membaca alquran. Setelah terbit matahari beliau pulang ke rumah dan beberapa saat kemudian beliau kembali lagi ke masjid untuk mengkaji ilmu sampai waktu sebelum dzuhur. Sesudah itu beliau pulang ke rumahnya untuk tidur sesaat dan beliau beristirahat di rumahnya sampai waktu shalat ashar tiba. Setelah itu beliau shalat ashar berjama'ah di masjid dan bermudzakarah dengan sahabatnya sampai waktu shalat maghrib, setelah shalat maghrib beliau membaca alquran sampai waktu shalat isya' dan setelah shalat isya beliau pulang kerumahnya.

Pada bulan Ramadhan beliau pergi ke masjid untuk shalat tarawih sesudah itu shalat dua rakaat. Dalam shalat itu, beliau membaca alquran sampai khatam. Kemudian beliau kembali ke rumahnya. Ketika waktu sahur tiba, beliau kembali lagi ke masjid hingga waktu shalat dzuhur. Setelah itu beliau mengkaji ilmu sampai waktu ashar.

Syaikh Muhammad Maula Dawilah berkata: "Tidak aku lihat dalam perjalananku dan selama hidupku orang seperti pamanku Abdullah Ba'alawi". Syaikh Abdurahman Assaqqaf berkata: "Para kaum ulama al-arifin bersepakat bahwa Syaikh Abdullah bin Alwi merupakan pemimpin kaum mujtahid yang mempunyai keramat yang khariqah".

Pada saat wafat beliau berumur sembilan puluh tiga tahun. Berkata Syech bin Abdullah Alaydrus: "Tidak ada dari keluarga Ba'alawi yang hidup umurnya melebihi sembilan puluh kecuali hanya tiga orang yaitu al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali, Syaikh Abdullah bin Alwi dan Syaikh Abdurahman Assaqqaf".

Imam Abdullah bin Alwi wafat pada hari Rabu bulan Jumadil 'Ula tahun 731 hijriyah. Pada hari wafatnya banyak orang yang hadir terutama dari kalangan kaum fuqara dan kaum lemah serta anak-anak yatim.

Tokoh Islami "IMAM BESAR - IMAM ABDULLAH BA 'ALAWY BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALWI AL-GHUYUR BIN SAYYIDINA AL-IMAM AL-FAQIH AL-MUQADDAM MUHAMMAD BIN SAYYIDINA ALI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB MARBAT BIN SAYYIDINA AL-IMAM KHOLI QOSAM BIN SAYYIDINA ALWI BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD SHOHIB AS-SHOUMA’AH BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALWI SHOHIB SAML BIN SAYYIDINA AL-IMAM UBAIDILLAH SHOHIBUL ARADH BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAJIR AHMAD BIN SAYYIDINA AL-IMAM ISA AR-RUMI BIN SAYYIDINA AL- IMAM MUHAMMAD AN-NAQIB BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI AL-URAYDHI BIN SAYYIDINA AL-IMAM JA’FAR AS-SHODIQ BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI ZAINAL ABIDIN BIN SAYYIDINA AL-IMAM AS-SYAHID SYABABUL JANNAH SAYYIDINA AL-HUSEIN. RODIYALLAHU ‘ANHUM AJMA’IN - PART 1"

http://massandry.blogspot.com
Nasab Imam Abdullah Ba’alawy

Imam Abdullah Ba 'Alawy bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.

Imam Abdullah bin Alwi lahir di Tarim tahun 738 hijriyah. Beliau belajar tafsir , hadits dan tasawuf kepada kakek dan ayahnya, Imam Ahmad bin Abdurahman bin Alwi bin Muhammad Shahib Marbath, Syaikh Abdullah bin Ibrahim Baqasyir. Beliau seorang yang zuhud, wara' dan menempati maqom wali besar yang terkumpul padanya ilmu-ilmu syariah dan hakikat. Disamping belajar di Tarim, beliau juga belajar kepada Syaikh Umar bin Maimun di Yaman dan setelah itu beliau menunaikan ibadah haji ke Makkah pada tahun 670 hijriyah. Di Makkah, para penduduk di sana meminta kepada Imam Abdullah untuk berdoa agar hujan segera turun di kota itu. Maka dengan izin Allah swt hujan pun turun di Makkah. Banyak penduduk Makkah yang belajar ilmu kalam dan ilmu tasawuf kepadanya.

Setelah lama tinggal di Makkah, penduduk Tarim meminta beliau untuk pulang ke negerinya. Maka ia pun pulang ke Tarim melalui kota Zubaidi dimana kota tersebut banyak berkumpul para ulama besar, kemudian beliau ke kota Taiz dan kota Akur untuk berziarah kepada Syaikh Umar bin Maimun. Akan tetapi ketika sampai di kota tersebut beliau menemukan Syaikh Umar bin Maimun telah meninggal, maka beliau memandikan dan menguburkannya. Sesudah itu beliau ke Tarim.

Imam Abdullah seorang yang bersifat dermawan. Beliau menginfaqkan hartanya untuk keluarga Alawiyin yang ada di Tarim. Syaikh Ali bin Salim menceritakan: "Pada suatu hari beliau mendapat uang sebesar lima ratus dinar, maka dibagikannya uang tersebut kepada keluarganya tanpa meninggalkan sedikitpun untuknya".

Imam Abdullah Ba'alawi adalah seorang yang banyak menangis karena rasa takutnya kepada Allah swt terutama ketika sedang membaca alquran hingga terlihat matanya bengkak. Dan salah satu kebiasaannya, beliau sering beri'tikaf di masjid mulai sebelum subuh sampai terbit matahari. Pada waktu i'tikaf diisi dengan shalat dan membaca alquran. Setelah terbit matahari beliau pulang ke rumah dan beberapa saat kemudian beliau kembali lagi ke masjid untuk mengkaji ilmu sampai waktu sebelum dzuhur. Sesudah itu beliau pulang ke rumahnya untuk tidur sesaat dan beliau beristirahat di rumahnya sampai waktu shalat ashar tiba. Setelah itu beliau shalat ashar berjama'ah di masjid dan bermudzakarah dengan sahabatnya sampai waktu shalat maghrib, setelah shalat maghrib beliau membaca alquran sampai waktu shalat isya' dan setelah shalat isya beliau pulang kerumahnya.

Pada bulan Ramadhan beliau pergi ke masjid untuk shalat tarawih sesudah itu shalat dua rakaat. Dalam shalat itu, beliau membaca alquran sampai khatam. Kemudian beliau kembali ke rumahnya. Ketika waktu sahur tiba, beliau kembali lagi ke masjid hingga waktu shalat dzuhur. Setelah itu beliau mengkaji ilmu sampai waktu ashar.

Syaikh Muhammad Maula Dawilah berkata: "Tidak aku lihat dalam perjalananku dan selama hidupku orang seperti pamanku Abdullah Ba'alawi". Syaikh Abdurahman Assaqqaf berkata: "Para kaum ulama al-arifin bersepakat bahwa Syaikh Abdullah bin Alwi merupakan pemimpin kaum mujtahid yang mempunyai keramat yang khariqah".

Pada saat wafat beliau berumur sembilan puluh tiga tahun. Berkata Syech bin Abdullah Alaydrus: "Tidak ada dari keluarga Ba'alawi yang hidup umurnya melebihi sembilan puluh kecuali hanya tiga orang yaitu al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali, Syaikh Abdullah bin Alwi dan Syaikh Abdurahman Assaqqaf".

Imam Abdullah bin Alwi wafat pada hari Rabu bulan Jumadil 'Ula tahun 731 hijriyah. Pada hari wafatnya banyak orang yang hadir terutama dari kalangan kaum fuqara dan kaum lemah serta anak-anak yatim. 

Menurut Imam Abdurraman Assegaf bin Muhammad Maula Dawilah, para ulama di zamannya telah sepakat, Imam Abdullah Ba’alawy adalah seorang Mujtahid-Ulama besar yang mampu melakukan ijtihad. Pendapat serupa datang dari Al-Faqih Ali bin Salim, “Aku pernah berada di Makkah bersama Imam Abdullah Ba’alawy di bulan Ramadhan. Setiap kali usai shalat Tarawih, kami melakukan shalat dua rakaat. Dalam dua rakaat tersebut kami membaca Al-Qur’an sampai habis. Kami tidak makan malam kecuali setelah dua ibadah tersebut. Sementara kami hanya berbuka puasa dengan seteguk air dan kurma.” Katanya.

Imam Andullah Ba’alawy adalah guru yang sangat bersungguh-sungguh dalam mendidik murid-muridnya, terutama dalam pelajaran Al-Qur’an.”Aku pernah belajar Al-Qur’an bersama beliau. Pelajaran kami tidak akan selesai kecuali setelah habis setengah dari Al-qur’an.” Kata Al-Faqih bin Salim.

Sosok Imam Abdullah Ba’alawy merupakan panutan dan suri teladan, terutama kedermawanannya. Beliau dikenal banyak berinfaq kepada semua keluarga Ba’alawy dan pembantu-pembantu mereka. Beliau menginfaqkan hartanya hingga hanya tersisa sedikit, termasuk untuk memakmurkan masjid dan ketikamenunaikan haji.

Beliau juga berinfaq dalam jumlah besar untuk majelisnya. Dari majelis itulah kemudian lahir para ulama besar, seperti Al-Faqih Ali bin Salim, Syekh Muhammad Basyu’aib, Syekh Umar Bawazir, Syekh Shaleh Fadhl bin Abdullah bin Fadhl Asy-Syihri, Syekh Bahamran, Syekh Khalil bin Syekh Bamaimun, Sayid Syekh Muhammad Maula Dawilah.

Tokoh Islami "IMAM BESAR - SAYYIDINA AL-IMAM JA’FAR AS-SHODIQ BIN SAYYIDINA AL-IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR BIN SAYYIDINA AL-IMAM ALI ZAINAL ABIDIN BIN SAYYIDINA AL-IMAM AS-SYAHID SYABABUL JANNAH SAYYIDINA AL-HUSEIN. RODIYALLAHU ‘ANHUM AJMA’IN.

http://massandry.blogspot.com
Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.

Beliau lahir di Madinah, tahun 83 H dan dibesarkan disana. Ibunda beliau Ummu Farwah binti Al-Qasim bin Muhammad bin Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq. Ayahanda beliau Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir.
Sejak kecil beliau telah memperoleh pendidikan agama dari orang tuanya sendiri; ayah beliau telah membangun sebuah madrasah yang sudah banyak melahirkan Ulama besar yang pernah belajar di madrasah tersebut. Beliau juga belajar kepada Ulama besar lain seperti : Atha’, Urwah, Nafi Al Zuhri, dll.
Selama beliau tinggal di Madinah, beliau menghabiskan waktunya untuk memperdalam berbagai macam ilmu dan bergaul dengan Tokoh-tokoh Ulama besar, seperti :

• Imam Abu Hanifah
• Imam Malik bin Anas
• Washal bin Atha’
• Dll

Kelebihan dan Karomah Imam Ja’far As-Shodiq

• Beliau dikenal sebagai Mujtahid di bidang ilmu Fiqih. Dalam kalangan para Fuqoha’ dikenal sebagai Pendiri Mazhab kelima yakni Mazhab Fiqih Ja’fariyah. 

• Beliau dikenal sebagai Ulama dan Tokoh Sufi yang memilki Ma’rifah Laduniyah yang tinggi yang tidak dimiliki oleh sembarang orang.

• Beliau selalu menolak untuk diberi jabatan duniawi. Imam As-Syilli berkata : “pada suatu hari kalangan Bani Hasyim bermaksud akan mengangkat Muhammad dan Ibrahim bin Abdullah bin Hasan bin Abi Thalib, untuk menjadi Khalifah. Peristiwa itu terjadi, beberapa saat menjelang berakhirnya daulah Marwan.

Mereka mengirim sejumlah utusan untuk menemui Imam Ja’far As-Shodiq, dan meminta kesediaan beliau untuk diangkat menjadi Khalifah. Sesudah mereka berkumpul dihadapan beliau danmenyatakan akan membai’at beliau menjadi Khalifah, dengan tegas beliau menolak, seraya berkata : 

“Demi Allah swt,jabatan itu bukan untukku dan bukan pula untuk kedua orang ini. Jabatan ini hanya untuk yang berjubah kuning itu. Demi Allah swt, mereka akan dipermainkan oleh anak-anaknya.”
Setelah itu, beliau bangkit meninggalkan majelis itu. Manshur Al-Abbasi ketika itu hadir dan memakai jubah kuning. Ucapan Imam Ja’far As-Shodiq itu ternyata benar, karena Al-Manshur belakangan diangkat menjadi Khalifah.

• Doa’ beliau makbul; jika memerlukan sesuatu, beliau mengucapkan :”Wahai Tuhan, Aku memerlukan itu”
Maka belim habis doa’nya, sesuatu yang dimaintanya sudah berada didepannya. 
Al-Manawi meriwayatkan bahwa pada suatu hari Imam Ja’far As Shodiq digiring kehadapan Kholifah Al-Manshur, dengan tuduhan palsu. Seorang saksi memperkuat tuduhan itu, dengan besumpah bahwa ia telah melihat Imam Ja’far As Shodiq melakukan sesuatu. Padahal kesaksian itu tidak benar sama sekali. Belum lagi habis ucapannya, tiba-tiba saksi itu jatuh tersungkur dan mati ketika itu juga. 

• Al-Laits bin Saad menyatakan :”Pada tahun 113 H, Aku mengerjakan haji di Makkah. Pada suatu hari , selesai sholat ‘Asar, aku naik ke punacak Jabal Kubis. Kulihat disitu seorang laki-laki sedang asyik berdo’a. dia mengucaokan :”Ya Allah swt , aku ingin sekali memakam buah anggur, berilah aku. Ya Allah! Sesungguhnya pakaianku sudah lusuh, berilah aku pakaian.” Belum habis doa’nya kulihat sebuah keranjang penuh berisi anggur sudah berada dihadapannya, padahal masa itu bukan musim anggur. Dan dua helai kain baju terletak pula disampingnya. Kain baju itu sangat bagus, belum pernah kulihat kain sebagus. 

Dasar Pemikiran Imam Ja’far As-Shodiq
“Keseimbangan Tobat dan Ibadah akan menimbulkan perilaku yang baik yang mendapat Ridho dari Allah swt. Sebab dengan Tobat, kita akan menyadari akan semua kesalahan yang pernah kita lakukan, dan dengan Tobat pula dapat meningkatkan amal ibadah kita kepada Allah swt.”

Sesuai sabda Rasulullah saw : 
“Apabila Allah swt menghendaki seseorang menjadi baik, maka dia membuatnya menyadari akan kesalahan-kesalahannya.” 

Wafatnya Imam Ja’far As-Shodiq
Beliau wafat di Madinah pada tahun 148 H dan dimakamkan di Baqi’.
Asy-Syarif Ahmad bin Muhammad Sholih al-Baradighi mengatakan bahwa nasab para sayyid/ syarif di Hadramaut berpangkal pada nasab Imam Ja'far al-Shadiq melalui Muhammad bin Ali Uraidhi. Ia diberi gelar gelar 'al-Shadiq' karena kebenarannya dalam kata-katanya. Ia juga diberi nama ' Amudusy-Syaraf ' (tiang kemuliaan).

Ibundanya ialah Furwah binti Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar al-Shiddiq. Sedangkan ibunda Furwah ialah Asma binti Abdurahman bin Abu Bakar al-Shiddiq. Ia pernah berkata: Aku dilahirkan al-Shiddiq dua kali!. Imam Ja'far al-Shaddiq mempunyai anak:
Abdullah 
Abbas 
Yahya 
Muhsin Tidak mempunyai keturunan
Ja'far 
Hasan 
Muhammad al-Ashgor 

Sedangkan yang memberi keturunan:
1. Ismail (Sohibul Mazhab Syi'ah Ismailiyah)
2. Muhammad al-Akbar (gelarnya al-Dibaj)
3. Ishaq (gelarnya al-Mu'taman)
4. Musa al-Kadzim 
5. Ali (gelarnya al-Uraidhi)

Newer Posts Older Posts Home

Tokoh Islami "HABIB ABDURRAHMAN BIN ZEIN BIN ALI BIN AHMAD AL JUFRY"

http://massandry.blogspot.com Sayyidy al-Habib Abdurrohman bin Zein bin Ali bin Ahmad al-Jufri dilahirkan tahun 1938 di Semarang. Ayahand...

Blogger Template by Blogcrowds