Tokoh Islami "ENAM PULUH SAHABAT UTAMA RASUL - THALHAH BIN UBAIDILLAH - PART 2"
http://massandry.blogspot.com
Sekarang datanglah masa perang Uhud yang akan memperlihatkan segala kebengisan dan kekejaman Quraisy, yang tampil hendak membalas dendam atas kekalahannya di perang Badar dan untuk mengamankan tujuan terakhirnya dengan menimpakan kekalahan yang menentukan atas Muslimin yang menurut perkiraan mereka suatu soal mudah dan pasti dapat terlaksana . .. !
Peperangan dahsyat pun berlangsunglah dan korban-korban yang berjatuhan segera menutupi muka bumi. . . serta kekalahan tampak berada di fihak kaum musyrikin …. Kemudian sewaktu Kaum Muslimin melihat musuh mengundurkan diri, mereka sama meletakkan senjata, dan para pemanah turun meninggalkan kedudukan mereka, pergi memperebutkan harta rampasan ….
Tiba-tiba sewaktu mereka lengah pasukan Quraisy menyerang kembali dari belakang hingga berhasil merebut prakarsa dan menguasai kendali pertempuran ….
Sekarang peperangan mulai berkecamuk lagi dengan segala kekejaman dan kedahsyatannya. Serangan mendadak yang tiba-tiba itu, rupanya telah mengkucar-kacirkan barisan Kaum Muslimin …. Thalhah memperhatikan daerah peperangan tempat Rasulullah saw. berdiri. Dilihatnya Rasulullah menjadi sasaran empuk serbuan pasukan penyembah berhala dan musyrik, maka ia pun dengan cepat bersegera ke arah Rasul…. Thalhah r.a. terus maju menebas jalan yang walaupun pendek tetapi terasa panjang . . . setiap jengkal jalan dihadang puluhan pedang yang bersilang dan tombak-tombak yang mencari mangsanya ….
Dari jauh dilihatnya Rasulullah saw. bercucuran darah dari pipinya, sedang beliau menahan kesakitan yang amat sangat. Ia naik pitam dan berang, lalu diambilnya jalan pintas, dengan satu atau dua lompatan dahsyat dari kudanya, dan benarlah . . . di hadapan Rasul sekarang ia menemukan apa yang ditakutinya . . . pedang-pedang musyrikin menyambar-nyambar ke arah Rasul, mengepung dan hendak membinasakannya ….
Bagaikan satu peleton tentara jua, Thalhah berdiri kukuh, dan mengayunkan pedangnya yang ampuh ke kiri dan ke kanan.
Ia dapat melihat darah Rasul yang mulia menetas dan mendengar rintihan kesakitannya. Maka diraihnya Nabi dengan tangan kiri dari lobang tempat kakinya terperosok. Sambil memapah Rasul yang mulia dengan dekapan tangan kiri ke dadanya, ia mengundurkan diri ke tempat yang aman, sementara tangan kanannya — Allah memberkati tangan kanannya — mengayun-ayunkan pedangnya bagaikan kilat menusuk dan menyabet orang-orang musyrik yang hendak mengerumuni Rasul bagaikan belalang memenuhi medan pertempuran ….
Marilah kita dengarkan Abu Bakar Shiddiq r.a. menggambarkan keadaan medan tempur kala itu: Kata Aisyah: Bila disebutkan perang Uhud, maka Abu Bakar selalu berkata:
“Itu semuanya adalah hari Thalhah . . . ! Aku adalah orang yang mula-mula mendapatkan Nabi saw., maka berkatalah Rasul kepadaku dan kepada Abu Ubaidah ibnul Jarrah: “Tolonglah saudaramu itu … . (Thalhah)!” Kami lalu menengoknya, dan ternyata pada sekujur tubuhnya terdapat lebih dari tujuh puluh luka berupa tusukan tombak, sobekan pedang dan tancapan panah, dan ternyata pula anak jarinya putus . . . maka kami segera merawatnya dengan baik”.
Di semua medan tempur dan peperangan Thalhah selalu berada di barisan terdepan mencari keridlaan Allah dan membela bendera Rasulnya. Thalhah hidup di tengah-tengah jama’ah Muslimin, mengabdi kepada Allah bersama mereka yang beribadat, dan berjihad pada jalan-Nya bersama mujahidin yang lain. Dengan tangannya dikukuhkanlah bersama kawan-kawan yang lain tiang-tiang Agama yang baru ini, Agama yang akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya yang terang benderang ….
Dan bila ia telah melaksanakan haq Tuhannya, ia pergi berusaha di muka bumi, mencari keridlaan Allah, dengan mengembangkan perniagaannya yang memberi laba, dan usaha- usaha lain yang membawa hasil. Thalhah r.a. adalah seorang Muslim yang terbanyak hartanya dan paling berkembang kekayaannya ….
Semua harta bendanya dipergunakannya untuk berkhidmat kepada Agama Islam, yang benderanya dipanggulnya bersama Rasulullah saw …. Dinafqahkannya hartanya tanpa batas . . . dan oleh sebab itu pula Allah menambahkan untuknya secara tak berhingga pula.
Rasulullah saw. memberinya gelar “Thalhah si Baik Hati” atau “Thalhah si Pemurah” dan “Thalhah si Dermawan”, sebagai pujian atas kedermawanannya yang melimpah-limpah. Dan setiap kali ia mengeluarkan hartanya sebegitu banyak, maka ternyata Allah yang Maha Peniurah menggantinya berlipat ganda.
Isterinya Su’da bin Auf menceriterakan kepada kita, katanya:
“Suatu hari saya menemukan Thalhah berdukacita, saya bertanya kepadanya: “Ada apa dengan kanda . . . ?”
Maka jawabnya: “Soal harta yang ada padaku ini … , semakin banyak juga, hingga menyusahkanku dan menyempit- kanku . . . !” Kataku: “Tidak jadi soal, bagi-bagikan saja . . . !”
Ia lalu berdiri memanggil orang banyak, kemudian membagi-bagikannya kepada mereka, hingga tidak ada yang tinggal lagi walau satu dirham pun ….”.
Di suatu saat setelah ia menjual sebidang tanah dengan harga yang tinggi, maka dilihatnya tumpukan harta, lalu mengalirlah air matanya, kemudian katanya:
“Sungguh, bila seseorang dibebani memalami harta yang begini banyaknya dan tidak tahu apa yang akan terjadi, pasti akan mengganggu ketenteraman ibadah kepada Allah . . . !”