Tokoh Islami "ENAM PULUH SAHABAT UTAMA RASUL - KHUBAIB BIN "ADI - PART 3"
http://massandry.blogspot.com
Di kala itu salah seorang pemimpin Quraisy mendekatinya sambil berkata: “Sukakah engkau, Muhammad menggantikanmu, dan engkau sehat wal’afiat bersama keluargamu?”
Tenaga Khubaib pulih kembali, dengan suara laksana angin kencang ia berseru kepada para pembunuhnya:
“Demi Allah tak sudi aku bersama anak isteriku selamat meni’mati kesenangan dunia, sedang Rasulullah kena musibah walau oleh sepotong duri …!”
Kalimat dan kata-kata hebat yang menggugah ini pulalah yang telah diucapkan oleh teman seperjuangannya Zaid bin Ditsinnah sewaktu mereka hendak membunuhnya ….
Kata-kata yang mempesona itu yang telah diucapkan oleh Zaid kemarin, dan diulangi oleh Khubaib sekarang . . . yang menyebabkan Abu Sofyan, yang waktu itu belum lagi masuk Islam mempertepukkan kedua telapak tangannya sembari berkata kepada penganiaya itu:
“Demi Allah, belum pernah kulihat manusia yang lebih mencintai manusia lain, seperti halnya shahabat-shahabat Muhammad terhadap Muhammad …. “
Kata-kata Khubaib ini bagaikan aba-aba yang memberi keleluasaan bagi anak-anak panah dan mata-mata pedang untuk mencapai sasarannya di tubuh pahlawan ini, yang menyakitinya dengan segala kekejaman dan kebuasan …. Dekat ke tempat kejadian ini telah berterbangan burung-burung bangkai dan burung-burung buas lainnya, seolah-olah sedang menunggu selesainya para pembantai pulang meninggalkan tempat itu, hingga dapat mendekat dan mengerubungi tubuh yang sudah menjadi mayat itu sebagai santapan istimewa ….
Tetapi kemudian burung-burung tersebut berbunyi bersahut-sahutan lalu berkumpul dan saling mendekatkan paruhnya seakan-akan mereka sedang berbisik dan berbicara perlahan-lahan serta saling bertukar kata dan buah fikiran.
Dan tiba-tiba mereka beterbangan membelah angkasa, dan pergi menjauh …. jauh . . . jauh sekali …. Seolah-olah burung ini dengan perasaan dan nalurinya tercium akan jasad seorang yang shaleh yang berdekat diri kepada Allah dan menyebarkan baunya yang harum dari tubuh yang tersalib itu, maka mereka segan dan malu akan menghampiri dan menyakitinya . . . !
Demikianlah burung-burung itu berlalu terbang berbondong-bondong melintasi angkasa dan menahan diri dari kerakusannya….
Orang-orang musyrik telah kembali ke Mekah, ke sarang kedengkian, setelah meluapkan dendam kesumat dan permusuhan. Dan tinggallah tubuh yang syahid itu dijaga oleh sekelompok para algojo bersenjata tombak dan pedang.
Dan Khubaib, ketika mereka menaruhnya di atas pelepah kurma yang mereka jadikan sebagai kayu salib tempat mereka mengikatkannya, telah menghadapkan mukanya ke arah langit sambil berdu’a kepada Tuhannya Yang Maha Besar, Katanya: “Ya Allah kami telah menyampaikan tugas dari Rasul-Mu, maka mohon disampaikan pula kepadanya esok, tindakan orang-orang itu terhadap kami.. . !”
Du’anya itu diperkenankan oleh Allah …. Sewaktu Rasul di Madinah, tiba-tiba ia diliputi suatu perasaan yang kuat, memberitahukan bahwa para shahabatnya dalam bahaya . . . dan terbayanglah kepadanya tubuh salah seorang mereka sedang tergantung di awang-awang….
Dengan segera beliau saw. memerintahkan shahabatnya Miqdad bin Amar dan Zubair bin Awwam . . . , yang segera menunggang kuda mereka dan memacunya dengan kencang. Dan dengan petunjuk Allah sampailah mereka ke tempat yang dimaksud. Maka mereka turunkanlah mayat shahabat mereka Khubaib, sementara tempat suci di bumi telah menunggunya untuk memeluk dan menutupinya dengan tanah yang lembab penuh berkah ….
Tak ada yang mengetahui sampai sekarang di mana sesungguhnya makam Khubaib. Mungkin itu lebih pantas dan utama untuknya, sehingga senantiasalah ia menjadi kenangan dalam hati nurani kehidupan, sebagai seorang pahlawan yang mati syahid di atas kayu salib . .. !