Tokoh Islami "ENAM PULUH SAHABAT UTAMA RASUL - ABDULLAH IBNU RAWAHAH - PART 1"
http://massandry.blogspot.com
ABDULLAH IBNU RAWAHAH ” YANG BERSEMBOYAN : ” WAHAI DIRI . . . JIKA KAU TIDAK GUGUR DI MEDAN JUANG . . . KAU TETAP AKAN MATI WALAU DI ATAS RANJANG “
Waktu itu Rasulullah saw. sedang duduk di suatu tempat dataran tinggi kota Mekah, menghadapi para utusan yang datang dari kota Madinah, dengan bersembunyi-sembunyi dari kaum Quraisy.
Mereka yang datang ini terdiri dari duabelas orang utusan suku atau kelompok yang kemudian dikenal dengan nama Kaum Anshar (penolong Rasul). Mereka sedang dibai’at Rasul (diambil janji sumpah setia) yang terkenal pula dengan nama Bai’an al-Aqabah al-Ula (Aqabah pertama). Merekalah pembawa dan penyiar Islam pertama ke kota Madinah, dan bai’at merekalah yang membuka jalan bagi hijrah Nabi beserta pengikut beliau, yang pada gilirannya kemudian, membawa kemajuan pesat bagi Agama Allah yaitu Islam …. Maka salah seorang dari utusan yang dibai’at Nabi itu, adalah Abdullah bin Rawahah.
Dan sewaktu pada tahun berikutnya, Rasulullah saw. membaiat lagi tujuhpuluh tiga orang Anshar dari penduduk Madinah pada bai’at ‘Aqabah kedua, maka tokoh Ibnu Rawahah ini pun termasuk salah seorang utusan yang dibai’at itu.
Kemudian sesudah Rasulullah bersama shahabatnya hijrah ke Madinah dan menetap di sana, maka Abdullah bin Rawahah pulalah yang paling banyak usaha dan kegiatannya dalam membela Agama dan mengukuhkan sendi-sendinya. Ialah yang paling waspada mengawasi sepak terjang dan tipu muslihat Abdullah bin Ubay (pemimpin golongan munafik) yang oleh penduduk Madinah telah dipersiapkan untuk diangkat menjadi raja sebelum Islam hijrah ke sana, dan yang tak putus-putusnya berusaha menjatuhkan Islam dengan tidak menyia-nyiakan setiap kesempatan yang ada. Berkat kesiagaan Abdullah bin Rawahah yang terus-menerus mengikuti gerak-gerik Abdullah bin Ubay dengan cermat, maka gagallah usahanya, dan maksud-maksud jahatnya terhadap Islam dapat dipatahkan.
Ibnu Rawahah adalah seorang penulis yang tinggal di suatu lingkungan yang langka dengan kepandaian tulis baca. Ia juga seorang penyair yang lancar, yang untaian syair-syairnya meluncur dari lidahnya dengan kuat dan indah didengar ….
Semenjak ia memeluk Islam, dibaktikannya kemampuannya bersyair itu untuk mengabdi bagi kejayaan Islam …. Dan Rasulullah menyukai dan meni’mati syair-syairnya dan sering beliau minta untuk lebih tekun lagi membuat syair.
Pada suatu hari, beliau duduk bersama para shahabatnya, tiba-tiba datanglah Abdullah bin Rawahah, lalu Nabi bertanya kepadanya: “Apa yang anda lakukan bila anda hendak mengucapkan syair?”
Jawab Abdullah: “Kurenungkan dulu, kemudian baru kuucapkan”. Lalu teruslah ia mengucapkan syairnya tanpa bertangguh, demikian kira-kira artinya secara bebas:
“Wahai putera Hasyim yang baik, sungguh Allah telah melebihkanmu dari seluruh manusia Dan memberimu keutamaan, di mana orang tak usah iri Dan sungguh aku menaruh firasat baik yang kuyakini terhadap dirimu Suatu firasat yang berbeda dengan pandangan hidup mereka Seandainya anda bertanya dan meminta pertolongan mereka Dalam memecahkan persoalan, tiadalah mereka hendak menjawab atau membela Karena itu Allah mengukuhkan kebaikan dan ajaran yang anda bawa Sebagaimana Ia telah mengukuhkan dan memberi pertolongan kepada Musa”.
Mendengar itu Rasul menjadi gembira dan ridla kepadanya, lalu sabdanya:
“Dan engkau pun akan diteguhkan Allah”.
Dan sewaktu Rasulullah sedang thawaf di Baitullah pada ‘umrah qadla, Ibnu Rawahah berada di muka beliau sambil membaca syair dari rajaznya:
“Oh Tuhan, kalaulah tidak karena Engkau, niscaya tidaklah kami akan mendapat petunjuk, tidak akan bersedeqah dan shalat! Maka mohon diturunkan sakinah atas kami dan diteguhkan pendirian kami jika musuh datang menghadang. Sesungguhnya orang-orang yang telah aniaya terhadap kami, bila mereka membuat fitnah akan kami tolak dan kami tentang”.
Orang-orang Islam pun sering mengulang-ulangi syair-syairnya yang indah.
Penyair Rawahah yang produktif ini amat berduka sewaktu turun ayat al-Quranul Karim :
وَ الشُّعَراءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغاوُونَ
Yang artinya:
“Dan para penyair, banyak pengikut mereka orang-orang sesat”- (Q-S.26asy Syu’ara: 224)
Tetapi kedukaannya jadi terlipur waktu turun pula ayat lainnya:
إِلاَّ الَّذينَ آمَنُوا وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ وَ ذَكَرُوا اللهَ كَثيراً وَ انْتَصَرُوا مِنْ بَعْدِ ما ظُلِمُوا
Artinya:
“Kecuali orang-orang (penyair) yang beriman dan beramal shaleh dan banyak ingat kepada Allah, dan menuntut bela sesudah mereka dianiaya”. (Q.S. 26 asy-Syu’ara; 227 )
Dan sewaktu Islam terpaksa terjun ke medan perang karena membela diri, tampillah Abdullah ibnu Rawahah membawa pedangnya ke medan tempur Badar, Uhud, Khandak, Hudaibiah dan Khaibar, seraya menjadikan kalimat-kalimat syairnya dan qashidahnya menjadi slogan perjuangan:
“Wahai diri! Seandainya engkau tidak tewas terbunuh, tetapi engkau pasti akan mati juga!”
Ia juga menyorakkan teriakan perang:
“Menyingkir kamu, hai anak-anak kafir, dari jalannya. Menyingkir kamu, setiap kebaikan akan ditemui pada Rasul-Nya”.
Dan datanglah waktunya perang Muktah …. Abdullah bin Rawahah adalah panglima yang ketiga dalam pasukan Islam, sebagaimana telah kita ceriterakan dalam riwayat Zaid dan Ja’far.