Tokoh Islami "ENAM PULUH SAHABAT UTAMA RASUL - ABU AIYUB AL-ANSHARI - PART 1"
http://massandry.blogspot.com
Rasulullah memasuki kota Madinah, dan dengan demikian berarti beliau telah mengakhiri perjalanan hijrahnya dengan gemilang, dan memulai hari-harinya yang penuh berkah di kampung hijrah, untuk mendapatkan apa yang telah disediakan qadar Ilahi baginya, yakni sesuatu yang tidak disediakannya bagi manusia-manusia lainnya ….
Dengan mengendarai untanya Rasulullah berjalan di tengah- tengah barisan manusia yang penuh sesak, dengan luapan semangat dari kalbu yang penuh cinta dan rindu . . . , berdesak- desakan berebut memegang kekang untanya, karena masing- masingnya menginginkan untuk menerima Rasul sebagai tamunya ….
Rombongan Nabi itu mula-mula sampai ke perkampungan Bani Salim bin Auf; mereka mencegat jalan unta sembari berkata: “Wahai Rasul Allah tinggallah anda pada kami, bilangan kami banyak, persediaan cukup, serta keamanan terjamin . . . !”
Tawaran mereka yang telah mencegat dan memegang tali kekang unta itu, dijawab oleh Rasulullah:
“Biarkanlah, jangan halangi jalannya, karena ia hanyalah melaksanakan perintah … “
Kendaraan Nabi terus melewati perumahan Bani Bayadhah, lalu ke kampung Bani Sa’idah, terus ke kampung Bani Harits ibnul Khazraj, kemudian sampai di kampung Bani ‘Adi bin Najjar ….
Setiap suku atau kabilah itu mencoba mencegat jalan unta Nabi, dan tak henti-hentinya meminta dengan gigih agar Nabi saw. sudi membahagiakan mereka dengan menetap di kampung mereka. Sedang Nabi menjawab tawaran mereka sambil tersenyum syukur di bibirnya ujarnya:
“Lapangkan jalannya, karena ia terperintah . . . “
Nabi sebenarnya telah menyerahkan memilih tempat tinggalnya kepada qadar Ilahi, karena dari tempat inilah kelak kemasyhuran dan kebesarannya ….
Di atas tanahnya bakal muncul suatu masjid yang akan memancarkan kalimat-kalimat Allah dan nur-Nya ke Seantero dunia …. Dan di sampingnya akan berdiri satu atau beberapa bilik dari tanah dan bata kasar . . . , tidak terdapat di sana harta kemewahan dunia selain barang-barang bersahaja dan seadanya . . . !
Tempat ini akan dihuni oleh seorang Mahaguru dan Rasul yang akan meniupkan ruh kebangkitan pada kehidupan yang sudah padam, dan yang akan memberikan kemuliaan dan keselamatan bagi mereka yang berkata:
“Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap di atas pendirian . . . bagi mereka yang beriman dan tidak mencampurkan keimanan itu dengan keaniayaan . . . , bagi mereka yang mengikhlaskan Agama mereka semata-mata untuk Allah . . . dan bagi mereka yang berbuat kebaikan di muka bumi dan tidak berbuat binasa ….
Benarlah …. Rasul telah menyerahkan sepenuhnya pemilihan ini kepada qadar Ilahi yang akan memimpin langkah perjuangannya kelak …. Oleh karena inilah ia membiarkan saja tali kekang untanya terlepas bebas, tidak ditepuknya kuduk unta itu tidak pula dihentikan langkahnya . . . hanya dihadapkan hatinya kepada Allah, serta diserahkan dirinya kepada-Nya dengan berdu’a:
“Ya Allah, tunjukkan tempat tinggalku, pilihkanlah untukku . . . !”
Di muka rumah Bani Malik bin Najjar unta itu bersimpuh kemudian ia bangkit dan berkeliling di tempat itu, lalu Dersn ke tempat ia bersimpuh tadi dan kembali bersimpuh lalu tetap dan tidak beranjak dari tempatnya. Maka turunlah Rasul dari atasnya dengan penuh harapan dan kegembiraan ….
Salah seorang Muslimin tampil dengan wajah berseri-seri karena sukacitanya … ia maju lalu membawa barang muatan dan memasukkannya ke rumahnya kemudian mempersilakan Rasul masuk …. Rasul pun mengikutinya dengan diliputi oleh hikmat dan berkat.
Maka tahukah anda sekalian siapa orang yang berbahagia ini, yang telah dipilih taqdir bahwa unta Nabi akan berlutut di muka rumahnya, hingga Rasul menjadi tamunya, dan semua penduduk Madinah akan sama merasa iri atas nasib mujurnya . . . ?
Nah, ia adalah pahlawan yang jadi pembicaraan kita sekarang ini … , Abu Aiyub al-Anshari Khalid bin Zaid, cucu Malik bin Najjar.