Tokoh Islami "IMAM BESAR - MUSLIM BIN AL HAJJAJ BIN MUSLIM BIN KUSYADZ AL-QUSYAIRI AN-NAISABURI - IMAM MUSLIM (204H - 261H) - PART 1"
http://massandry.blogspot.com
Nama lengkap beliau Muslim bin al Hajjaj bin Muslim bin Kusyadz al-Qusyairi an-Naisaburi
Kuniyah beliau: Abul Husain
Nasab beliau:
1. Al Qusyairi; merupakan nisbah kepada kabilah besar Al Qusyairi, mayoritas ulama diantaranya Ibnu Sholah dan Nawawi mengatakan bahwa beliau merupakan suku asli dari kabilah tersebut dan ada juga yang berpendapat bahwa nisbah kepada Qusyair merupakan nisbah perwalian saja
2. An Naisaburi; merupakan nisbah yang ditujukan kepada negeri tempat beliau tinggal, yaitu Naisabur . Satu kota besar yang terletak di daerah Khurasan dan merupakan kota terindah serta yang paling istimewa di wilayah Khurasan
Kelahiran Beliau
Para ulama berbeda pendapat dalam penentuan tahun kelahiran beliau; sebagian mereka diantaranya Imam Ibnu Katsir dan Al Hafizh Ibnu Hajar berpendapat bahwa tahun kelahirannya adalah tahun 204 Hijriah , adapun Abu Abdillah Al Hakim An Naisaburi berpendapat bahwa kelahiran beliau pada tahun 206 Hijriah .
Ciri-ciri, sifat dan profesi beliau
Beliau mempunyai perawakan yang tegap, berambut dan berjenggot putih, serta mengulurkan ujung surbannya diantara dua punggungnya.
Menurut Imam Dzahabi beliau memiliki sifat yang keras dan tegas
Imam Muslim juga dikenal sebagai seorang saudagar kain yang kaya lagi dermawan di Naisabur.
Aktifitas dan rihlah beliau dalam menimba ilmu
Imam Muslim lahir dan tumbuh di lingkungan yang memberikannya peluang yang sangat luas untuk menuntut ilmu yang bermanfaat, karena Naisabur pada saat itu merupakan negeri yang penuh dengan peninggalan ilmu-ilmu sunnah. Semua itu terjadi karena banyaknya orang-orang yang giat untuk memperoleh ilmu dan mentransfer ilmu, maka besar kemungkinan bagi orang yang terlahir di lingkungan masyarakat seperti ini akan tumbuh dengan ilmu juga. Kesempatan yang terhampar luas di hadapan Imam Muslim kecil ini tidak di sia-siakannya untuk memetik dan menikmati buah-buah ilmu syariat.
Beliau mulai mendengar hadits di negerinya sendiri pada tahun 218 Hijriah dari gurunya Yahya bin Yahya At Tamimi, pada saat itu umurnya baru menginjak dua belas atau empat belas tahun.
Besar kemungkinan ayah beliau serta keluarganya yang lain juga mempunyai andil besar dalam memotivasinya untuk menuntut ilmu. Para ulama telah menceritakan bahwa ayah beliau yang bernama Al Hajjaj termasuk dari kalangan orang yang memiliki perhatian terhadap ilmu syar’i.
Setelah beberapa lama beliau menimba ilmu di negerinya maka muncul keinginan besar untuk menambah perbendaharaan ilmu syar’i beliau dengan cara rihlah (mengadakan perjalanan). Rihlah dalam rangka menuntut hadits merupakan syi’ar ahlul hadits pada abad-abad pertama karena berpencarnya para pengusung sunnah dan riwayat-riwayat di berbagai belahan negeri Islam yang sangat luas. Maka Imam Muslim pun tidak ketinggalan untuk ambil bagian dalam meniti jalan ini, karenanya dalam sejarah beliau tertulis rihlah ilmiahnya, diantaranya;
Rihlah pertama; Muslim berkesempatan mengadakan perjalanan hajinya pada tahun 220 Hijriah. Pada saat itu beliau masih muda belia, beliau berjumpa dengan syaikhnya Abdullah bin Maslamah al Qa’nabi di Makkah, dan mendengar hadits darinya, sebagaimana beliau juga mendengar hadits dari Ahmad bin Yunus dan beberapa ulama hadits yang lainnya ketika di tengah perjalanan di daerah Kufah. Kemudian setelah itu beliau kembali lagi ke negerinya dan tidak memperpanjang rihlahnya pada saat itu.
Rihlah kedua; rihlah kedua ini waktunya lebih lama dan lebih meluas karena beliau menjelajah ke negeri Islam lainnya. Rihlah ini dimulai sebelum tahun 230 Hijriah. Beliau berkeliling dan memperbanyak mendengar hadits, hingga beliau mendengar dari banyak ahli hadits, dan mengalami banyak kemajuan di bidang ilmu hadits yang mengantarkan beliau kepada derajat seorang imam.
Beberapa negeri yang beliau masuki, diantaranya;
1. Khurasan dan daerah sekitarnya; di sini beliau belajar dari Yahya bin Yahya dan Ishaq bin Rahuyah
2. Ar Ray; di sini beliau belajar dari Muhammad bin Mihran dan Abu Ghassan
3. Iraq; beliau mengunjungi Kufah, Bashrah dan Baghdad. Beliau sangat sering mengunjungi daerah ini dan kunjungan terakhir beliau di daerah tersebut di tahun 259 H, di daerah ini beliau belajar dari Ahmad bin Hanbal dan Abdullah bin Maslamah
4. Hijaz; beliau mengunjungi Makkah dan Madinah. Di kedua kota suci ini beliau belajar dari Said bin Manshur dan Abu Mush’ab.
5. Negeri Syam; Imam Khattabi, Ibnu Asakir dan As Sam’ani menyebutkan bahwa Imam Muslim sempat mengunjungi Syam namun hal itu diingkari oleh Imam Dzahabi dengan dalih Imam Muslim hanya belajar dari seorang guru yang merupakan penduduk Damasqus sehingga boleh jadi beliau hanya sekadar menemuinya pada saat musim haji
6. Mesir; di negeri ini beliau belajar dari ‘Amru bin Sawad dan Harmalah bin Yahya