Tokoh Islami "IMAM BESAR - MUSLIM BIN AL HAJJAJ BIN MUSLIM BIN KUSYADZ AL-QUSYAIRI AN-NAISABURI - IMAM MUSLIM (204H - 261H) - PART 3"
http://massandry.blogspot.com
Imam Bukhari adalah guru imam Muslim yang paling menonjol dan paling berpengaruh dalam membentuk kepribadian dan mengasah bakat serta kemampuan imam Muslim dalam bidang hadits. Ketika imam Bukhari datang ke Naisabur di tahun 250 H maka imam Muslim bermulazamah kepadah beliau dan mengambil manfaat sebesar-besarnya terutama di bidang ilmu ‘Ilal Hadits yang merupakan cabang ilmu hadits yang paling pelik dan membutuhkan ketelitian yang luar biasa.
Al Hafizh Abu Bakar al Khathib al Baghdadi pada saat menceritakan biografi imam Muslim, beliau berkata, “Imam Muslim hanyalah mengikuti jejak imam Bukhari dan meniti ilmunya…”
Al Hafizh Ibnu Hajar al ‘Asqalani ketika menjelaskan sisi-sisi yang menguatkan pendapat mayoritas ulama bahwa Shohih Bukhari lebih utama dari Shohih Muslim, beliau berkata, “…para ulama telah sepakat bahwa Bukhari lebih mulia dari Muslim dan lebih menguasai ilmu hadits, Muslim adalah murid dan alumni madrasah Bukhari dan beliau senantiasa mengambil manfaat darinya serta mengikuti jejaknya hingga imam Daraquthni menegaskan, “Seandainya bukan karena Bukhari maka tentu Muslim tidak akan datang dan pergi”
Akan tetapi walaupun imam Muslim banyak belajar dan mengambil manfaat dari imam Bukhari, tidak satu pun hadits dari periwayatan imam Bukhari yang dicantumkan imam Muslim dalam kitabnya Shohih Muslim. Hal itu disebabkan tiga kemungkinan :
a. Hasrat untuk mendapatkan sanad yang tinggi; sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa kebanyakan guru imam Bukhari juga guru imam Muslim sehingga nampaknya beliau memandang tidak perlu pada saat meriwayatkan dari guru-guru tersebut melalui perantaraan imam Bukhari, karena para ahli hadits sangat mementingkan yang namanya sanad yang tinggi.
b. Imam Muslim sangat terganggu dan bersedih melihat kenyataan di zaman itu dimana begitu banyak kitab hadits yang mencampurkan antara shohih dan lemah tanpa membedakannya. Atas dasar itulah beliau bertekad untuk menyusun kitab hadits yang khusus mengumpulkan hadits-hadits shohih sebagaimana yang telah dilakukan oleh imam Bukhari, dengan demikian apa yang beliau telah riwayatkan dari imam Bukhari maka beliau pandang tidak perlu beliau cantumkan ke dalam kitabnya.
c. Permasalahan yang terjadi antara kedua guru beliau yaitu Muhammad bin Yahya adz Dzuhli dan imam Bukhari; dimana adz Dzuhli menuduh bahwa Bukhari mengatakan,”Lafazhku ketika membaca al Quran adalah makhluk”. Tentu saja imam Bukhari terjaga dan selamat dari apa yang dituduhkan tersebut dan cukuplah kitab yang beliau tulis Khalqu Af’aalil ‘Ibaad sebagai bukti akan hal itu. Imam Muslim sepakat kepada imam Bukhari dan lebih cenderung kepadanya yang menyebabkan imam adz Dzuhli marah kepadanya hingga beliau pada suatu hari dikeluarkan dari majelisnya. Sebagian ulama menyebutkan demi menjaga perasaan kedua gurunya yang berselisih itu akhirnya imam Muslim memutuskan untuk tidak meriwayatkan hadits dari keduanya dalam kitab Shohih Muslim,wallohu a’lam.
Murid-murid beliau
Al Imam Muslim sibuk menyebarkan ilmunya di negerinya dan negeri-negeri Islam lainnya, baik dengan pena maupun dengan lisannya, sehingga tidak mengherankan jika para penuntut ilmu sangat banyak yang mengambil ilmu dari beliau.
Diantara murid-murid beliau adalah;
1. Abu Ahmad Muhammad bin Abdul Wahhab al Farra`(wafat tahun 272 H); seorang perowi yang tsiqoh, beliau telah mengambil hadits dari imam Muslim padahal beliau juga termasuk guru dari imam Muslim.
2. Abu Hatim Muhammad bin Idris ar Razi
3. Abu Bakar Muhammad bin An Nadlr bin Salamah al Jarudi
4. Ali bin Al Husain bin al Junaid ar Razi
5. Shalih bin Muhammad bin ‘Amr bi Habib Jazrah al Asadi Maulaahum al Baghdadi (wafat tahun 293 H); beliau seorang hafizh, ilmunya luas lagi mendalam dan kuat hafalannya. Al Idrisi berkata, “Aku tidak mengetahui
6. Abu Isa Muhammad bin Isa at Tirmidzi (wafat tahun 279 H); penyusun kitab Jami’ At Tirmidzi atau Sunan At Tirmidzi. Beliau telah meriwayatkan dari imam Muslim sebuah hadits yang beliau cantumkan dalam kitab Jami’ At Tirmidzi, kitab Ash Shiyam, Bab Maa Jaa Fii Ihsho Hilal Sya’ban li Ramadhan
7. Abu Ishaq Ibrahim bin Abu Thalib Muhammad bin Nuh bin Abdullah An Naisaburi (wafat tahun 295 H); beliau seorang imam, hafizh dan syaikh Khurasan. Imam Hakim berkata tentang beliau, “Beliau adalah imam di masanya dalam pengetahuan tentang hadits dan rijal, beliau mengumpulkan para masyayikh dan ‘ilal”
8. Abul Fadhl Ahmad bin Salamah An Naisaburi (wafat tahun 286 H); beliau seorang hafizh, hujjah dan pendamping imam Muslim pada saat rihlah ke Balakh dan Bashrah.
9. Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah As Sulami An Naisaburi Asy Syafi’i (wafat tahun 311 H); beliau seorang yang hafizh, hujjah, faqih dan memiliki banyak karya tulis. Beliau memiliki perhatian yang besar terhadap hadits dan fiqh sejak usia mudanya hingga beliau dijadikan sebagai teladan dalam keluasan ilmu dan mumpuninya, beliau diberi gelar dengan Imamul A-immah (imamnya para imam)
10. Abu Hatim Makki bin ‘Abdan at Tamimi an Naisaburi (wafat tahun 325 H); belia seorang muhaddits yang tsiqoh dan mutqin
11. Abu Muhammad Abdurrahman bin Abu Hatim at Tamimi al Hanzhali ar Razi (wafat tahun 327 H); beliau seorang imam, hafizh, kritikus hadits dan penulis kitab Al Jarh wa at Ta’dil dan Tafsir.
12. Abu Hamid Ahmad bin Muhammad bin Asy Syarqi
13. Abu ‘Awanah Ya’qub bin Ishaq al-Isfarayini (wafat tahun 316 H); beliau seorang imam yang mulia, hafizh besar, tsiqoh dan berkeliling dalam menimba ilmu juga beliau pemilik kitab Al Musnad ash Shohih al Mustakhraj ‘ala Shohih Muslim
14. Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan al Faqih az Zahid.