Tokoh Islami "AISYAH RADHIALLAHU 'AN BINTI ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ BIN ABU QUHAFAH BIN ‘AMIR BIN ‘AMR BIN KA’AB BIN SA’AD BIN TAIM BIN MURRAH BIN KA’AB BIN LU’AY (614-678 M) - PART 3"
http://massandry.blogspot.com
Dalam riwayat lain dari A’masy, dari Abu Dhuha dari Masruq, Abud Dhuha berkata, “Kami pernah bertanya kepada Masruq, ‘Apakah Aisyah menguasai ilmu faraidh?’ Dia menjawab, ‘Demi Allah, aku pernah melihat para sahabat Nabi yang senior biasa bertanya kepada Aisyah tentang faraidh.’”
Selain memiliki berbagai keutamaan dan kemuliaan, Aisyah juga memiliki kekurangan yakni memiliki sifat mudah cemburu. Bahkan dia termasuk istri nabi yang paling besar rasa cemburunya. Rasa cemburu memang termasuk sifat pembawaan seorang wanita. Namun demikian perasaan cemburu yang ada pada Aisyah masih berada dalam batas yang wajar dan selalu mendapat bimbingan dari Nabi sehingga tidak melampaui batas dan tidak sampai menyakiti istri nabi yang lain.
Di antara kejadian yang paling menggelisahkan yang pernah menimpa Aisyah adalah tuduhan keji -yang terkenal dengan sebutan Haditsul ifki (berita bohong)- yang dituduhkan kepadanya, padahal diri Aisyah sangat jauh dengan apa yang dituduhkan itu. Akhirnya turunlah ayat Alquran yang menerangkan kesucian dirinya. Cobaan yang menimpa wanita yang amat utama ini merupakan pelajaran berharga bagi setiap wanita, karena tidak ada wanita di dunia ini yang bebas dari tuduhan buruk.
Ketika Rasulullah sakit sekembalinya dari haji Wada dan meras bahwa ajalnya sudah dekat, setelah dirasa selesai dalam menunaikan amanat dan menyampaikan risalah, beliau selalu bertanya, “Dimana saya besok? Dimana saya lusa?” Hal ini mengisaratkan bahwa beliau ingin segera sampai pada hari giliran Aisyah. Para istri Nabi yang lain pun bisa mengerti hal itu dan merelakan Nabi untuk tinggal di tempat istri mana yang beliau sukai selama sakit, sehingga mereka semuanya berkata, “Ya Rasulullah, kami rela memberikan jatah giliran kami kepada Aisyah.”
Kekasih Allah itu pun pindah ke rumah istri tercintanya. Di sana Aisyah dengan setia menjaga dan merawat beliau. Bahkan saking cintanya, sakit yang diderita Nabi itu rela Aisyah tebus dengan dirinya kalau memang hal itu memungkinkan. Aisyah berkata, “Aku rela menjadikan diriku, ayahku, dan ibuku sebagai tebusanmu, wahai Rasulullah.” Tak lama kemudian Rasul pu wafat di atas pangkuan Aisyah.
Aisyah melukiskan detik-detik terakhir dari kehidupan Rasulullah sebagai berikut,”Rasulullah meninggal dunia di rumahku, pada hari giliranku, dan beliau bersandar di dadaku. Sesaat sebelum beliau wafat, Abdur Rahman bin Abu Bakar (saudaraku) datang menemuiku sambil membawa siwak, kemudian Rasulullah melihat siwak itu, sehingga aku mengira bahwa beliau menginginkannya. Siwak itu pun aku minta, lalu kukunyah (supaya halus), kukebutkan, dan kubereskan sebaik-baiknya sehingga siap dipakai. Selanjutnya, siwak itu kuberikan pada Nabi. Beliau pun bersiwak dengan sebaik-baiknya, sehingga belum pernah aku melihat cara bersiwak beliau sebaik itu. Setelah itu beliau bermaksud memberikannya kembali kepadaku, namun tangan beliau lemas. Aku pun mendoakan beliau dengan doa yang biasa diucapkan Jibril untuk beliau dan yang selalu beliau baca bila beliau sedang sakit. Akan tetapi saat itu beliau tidak membaca doa tersebut, melainkan beliau mengarahkan pandangannya ke atas lalu membaca doa, ‘Arrufiiqol a’laa. (Ya Allah, kumpulkanlah aku di surga bersama mereka yang derajatnya paling tinggi, para nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin). Setelah selesai mengucapkan doa tersebut, barulah beliau wafat. Segala puji bagi Allah yang telah menyatukan air liurku dengan air liur beliau pada penghabisan hari beliau di dunia.”
Rasulullah dimakamkan di kamar Aisyah, tepat di tempat beliau meninggal. Sepeninggal Rasulullah Aisyah banyak menghabiskan waktunya dengan memberikan ta’lim, baik kepada kaum lelaki maupun wanita (di rumahnya) dsan banyak berperan serta dalam mengukir sejarah Islam sampai wafatnya. Aisyah wafat pada malam Selasa bulan Ramadhan tahun 57 Hijriyah pada usia 66 tahun.
Diposkan oleh Putra bungsu di 21.57