Tokoh Islami "HAFSHAH RADHIALLAHU 'AN BINTI UMAR BIN KHATHTHAB BIN NAF’AL BIN ABDUL-UZZA BIN RIYAH BIN ABDULLAH BIN QURT BIN RAJAH BIN ADI BIN LUAY (605-665M) - PART 1"
http://massandry.blogspot.com
Status ketika menikah: Janda dari Khunais bin Hudzaifah yang gugur sebagai syahid dalam Perang Badar.
Periode menikah: tidak lama setelah Perang Badar usai, tahun ke-3 Hijriyah
Anak: tidak ada.
Fakta penting: Rasulullah SAW menikahinya untuk menghormati ayah Hafsoh, yaitu Umar bin Khatab RA yang kelak menjadi khalifah kedua setelah Rasulullah SAW meninggal.
Dia adalah putri Umar bin Khaththab, seorang sahabat agung yang dengannya Allah telah memuliakan Islam. Pertama kali ia menikah dengan Khunais bin Hudzafah bin Qais As-Sahmi Al-Quraisyi, seorang sahabat yang turut dua kali hijrah (ke Habsyi dan ke Madinah), sahabat yang turut serta dalam perang Badar dan Uhud. Khunais wafat di Madinah karena luka yang menimpanya saat perang Uhud, sehingga Hafshah menjadi janda pada usia relatif muda, yaitu 18 tahun.
Umar yang sedih karena anaknya sudah menjadi janda pada usia yang sangat muda. Umar merasa tertekan setiap kali masuk rumah dan mendapati putrinya sedang terlarut dalam kesedihan yang menimpanya. Setelah melalui proses pemikiran yang panjang, akhirnya terbersit niat dalam diri Umar untuk mencarikan suami yang bisa menyenangkan hati putrinya, dengan harapan putrinya bisa meraih kembali ketenangan dan ketentraman bersama suami yang hilang darinya selama 6 bulan atau lebih.
Pilihan Umar akhirnya jatuh pada Abu Bakar, seorang laki-laki kesayangan Rasulullah. Umar berharap, dengan kemurahan dan kelapangan hati Abu Bakar, ia mau menanggung tabiat Hafshah yang pencemburu dan keras, suatu sifat yang diwarisi dari ayahnya.
Selanjutnya, segeralah Umar menemui Abu Bakar untuk membicarakan soal cobaan hidup menjanda yang dialami Hafshah. Abu Bakar dengan simpati menyimak semua penuturan Umar. Hal ini menimbulkan harapan bagi Umar bahwa Abu Bakar tidak akan ragu-ragu menerima putri seorang laki-laki yang dengannya Allah memuliakan Islam ini. Akan tetapi ketika Umar menyatakan keinginannya agar Abu Bakar berkenan menikahi putrinya, Hafshah, Abu Bakar hanya diam dan tidak menjawab sepatah kata pun.
Umar lalu keluar dengan hati sedih seolah tidak percaya dengan apa yang telah dialaminya. Selanjutnya Umar melangkahkan kakinya ke rumah Utsman bin Affan, yang saat itu baru saja ditinggal mati oleh istrinya Ruqayyah, putri Rasulullah. Ruqayyah meninggal karena penyakit campak. Sesampainya di sana, Umar mengadakan pembicaraan dengan Utsman dan menawarkan kepadanya untuk menikahi Hafshah. Akan tetapi, Utsman menjawab, “Nampaknya saat ini, aku belum ingin menikah lagi.”
Bertambahlah rasa sedih Umar dengan penolakan kedua sahabatnya itu. Saking kecewanya akibat penolakan tersebut, Umar pergi menemui Nabi untuk mengeluhkan sikap kedua sahabatnya itu.
Mendengar pengaduan Umar, beliau tersenyum seraya bersabda, “Hafshah akan dinikahi oleh seseorang yang lebih baik daripada Utsman, dan Utsman akan menikah dengan seseorang yang lebih baik daripada Hafshah.” Seketika itu juga berserilah wajah Umar karena mendapatkan kehormatanyang besar yang belum pernah terbayangkan sebelumnya dan hilang pula kesedihannya. Segera ia pergi untuk menyampaikan kabar gembira itu kepada semua orang yang dicintainya. Orang pertama yang ia temui adalah Abu Bakar. Begitu melihat Umar yang berseri-seri Abu Bakar langsung mengulurkan tangannya untuk mengucapkan selamat seraya meminta maaf. Abu Bakar berkata, “Janganlah engkau masukkan ke dalam hatimu atas sikapku saat itu, wahai Umar, karena sungguh sebelum itu Rasulullah telah menyinggung-nyinggung masalah Hafshah, namun aku tidak mungkin membocorkan rahasia beliau. Seandainya Rasulullah batal menikahi Hafshah, akulah yang akan menikahinya.”