Tokoh Islami "SHAFIYYAH RADHIALLAHU 'AN BINTI HUYAY BIN AKHTAB BIN SA'YAH BIN AMIR BIN UBAID BIN KAAB BIN AL-KHAZRAJ BIN HABIB BIN NADHIR BIN AL-KHAM BIN YAKHURN (628–672 M) - PART 1"
http://massandry.blogspot.com
Status ketika menikah: Janda dari Kinanah, salah seorang tokoh Yahudi yang terbunuh dalam perang Khaibar.
Periode menikah: 628 M, tahun ke-7 Hijriyah.
Anak: tidak ada.
Fakta penting: Shafiyah adalah istri Rasulullah SAW yang berlatarbelakang etnis Yahudi. Sukunya diserang karena telah melanggar perjanjian yang sudah mereka sepakati dengan kaum Muslimin. Shafiyyah termasuk salah seorang tawanan saat itu. Nabi berjanji menikahinya jika ia masuk Islam. Maka masuklah ia dalam Islam.
Shafiyah binti Huyay (sekitar 610 M - 670 M) adalah salah satu istri ke-11 Nabi Muhammad Saw yang berasal dari suku Bani Nadhir . Ketika menikah, ia masih berumur 17 tahun. Ia mendapatkan julukan " Ummul mu'minin ". Bapaknya adalah ketua suku Bani Nadhir.
Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab bin Sa'yah bin Amir bin Ubaid bin Kaab bin al-Khazraj bin Habib bin Nadhir bin al-Kham bin Yakhurn, termasuk keturunan Harun bin Imran bin Qahits bin Lawi bin Israel bin Ishaq bin Ibrahim. Ibunya bernama Barrah binti Samaual darin Bani Quraizhah. Shafiyyah dilahirkan sebelas tahun sebelum hijrah, atau dua tahun setelah masa kenabian Nabi Muhammad Saw.
Shafiyah telah menjanda sebanyak dua kali, karena dia pernah kawin dengan dua orang keturunan Yahudi yaitu Salam bin Abi Al-Haqiq (dalam kisah lain dikatakan bernama Salam bin Musykam), salah seorang pemimpin Bani Qurayzhah, namun rumah tangga mereka tidak bertahan lama.
Kemudian suami keduanya bernama Kinanah bin Rabi 'bin Abil Hafiq, ia juga salah seorang pemimpin Bani Qurayzhah yang diusir Rasulullah. Dalam Perang Khaibar, Shafiyah dan suaminya Kinanah bin Rabi 'telah tertawan, karena kalah dalam pertempuran tersebut. Dalam satu negosiasi Shafiyah diberikan dua pilihan yaitu dibebaskan kemudian diserahkan kembali kepada kaumnya atau dibebaskan kemudian menjadi istri Nabi Muhammad Saw, kemudian Safiyah memilih untuk menjadi istri Nabi Muhammad Saw.
Shafiyah memiliki kulit yang sangat putih dan memiliki paras cantik, menurut Ummu Sinan Al-Aslamiyah , kecantikannya itu sehingga membuat cemburu istri-istri Nabi Muhammad Saw yang lain. Bahkan ada seorang istri Nabi Nabi Muhammad Saw dengan nada mengejek, mereka mengatakan bahwa mereka adalah wanita-wanita Quraisy bangsa Arab, sedangkan dirinya adalah wanita asing (Yahudi). Bahkan suatu ketika Hafshah sampai mengeluarkan lisan kata-kata, "Anak seorang Yahudi" hingga menyebabkan Shafiyah menangis.
Nabi Nabi Muhammad Saw kemudian bersabda, "Sesungguhnya engkau adalah seorang putri seorang nabi dan pamanmu adalah seorang nabi, suamimu pun juga seorang nabi lantas dengan alasan apa dia mengejekmu?" Kemudian Nabi Muhammad Saw bersabda kepada Hafshah, "Bertakwalah kepada Allah wahai Hafshah!" Selanjutnya manakala dia mendengar ejekan dari istri-istri nabi yang lain maka diapun berkata, "Bagaimana bisa kalian lebih baik dariku, padahal suamiku adalah Nabi Nabi Muhammad Saw Saw, ayahku (leluhur) adalah Harun dan pamanku adalah Musa ?" Shafiyah wafat tatkala berumur sekitar 50 tahun, ketika masa pemerintahan Mu'awiyah .
Sejak kecil dia menyukai ilmu pengetahuan dan rajin mempelajari sejarah dan kepercayaan bangsanya. Dari kitab suci Taurat dia membaca bahwa akan datang seorang nabi dari jazirah Arab yang akan menjadi penutup semua nabi. Pikirannya tercurah pada masalah kenabian tersebut, terutama setelah Nabi Muhammad Saw muncul di Mekkah. Dia sangat heran ketika kaumnya tidak mempercayai berita besar tersebut, padahal sudah jelas tertulis di dalam kitab mereka sendiri. Demikian juga ayahnya, Huyay bin Akhtab, yang sangat gigih menyulut permusuhan terhadap kaum Muslim.
Sifat dusta, tipu muslihat, dan pengecut ayahnya sudah tampak di mata Shafiyyah dalam banyak peristiwa. Di antara yang menjadi perhatian Shafiyyah adalah sikap Huyay terhadap kaumnya sendiri, Yahudi Bani Qurayzhah. Ketika itu, Huyay berjanji untuk mendukung dan memberikan pertolongan kepada mereka jika mereka melepaskan perjanjian tidak mengkhianati kaum Muslim ( Perjanjian Hudaibiyah ). Akan tetapi, ketika kaum Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut, Huyay melepaskan tanggung jawab dan tidak menghiraukan mereka lagi.
Hal lain adalah sikapnya terhadap orang-orang Quraisy Mekah. Huyay pergi ke Mekkah untuk menghasut kaum Quraisy agar memerangi kaum Muslim dan mereka menyuruhnya mengakui bahwa agama mereka (Quraisy) lebih mulia dari agama Nabi Muhammad Saw, dan Tuhan mereka lebih baik dari Tuhannya Nabi Muhammad Saw .
Perang Khandaq membuka tabir pengkhianatan kaum Yahudi terhadap perjanjian yang telah mereka sepakati dengan kaum muslimin. Nabi Muhammad Saw segera menyadari ancaman yang akan menimpa kaum muslimin dengan berpindahnya kaum Yahudi ke Khaibar kernudian membentuk pertahanan yang kuat untuk persiapan menyerang kaum muslimin.
Setelah perjanjian Hudaibiyah disepakati untuk menghentikan permusuhan selama sepuluh tahun, Nabi Muhammad Saw merencanakan penyerangan terhadap kaum Yahudi, tepatnya pada bulan Muharam tahun ke-7 hijriah. Nabi Muhammad Saw memimpin tentara Islam untuk menaklukkan Khaibar, benteng terkuat dan terakhir kaum Yahudi. Perang berlangsung dahsyat hingga beberapa hari lamanya, dan akhirnya kemenangan ada di tangan umat Islam. Benteng-benteng mereka berhasil dihancurkan, harta benda mereka menjadi harta rampasan perang, dan kaum wanitanya pun menjadi tawanan perang. Di antara tawanan perang itu terdapat Shafiyyah, putri pemimpin Yahudi yang ditinggal mati suaminya.